Pagi ini cuaca sedang sedikit tidak bersahabat pasalnya dari semalam hujan tak ada berhentinya membuat udara menjadi sangat dingin. Dengan mantel tebal Aura melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya, biasanya jam segini sekolah sudah ramai namun mungkin karena hujan, baru segelintir siswa saja yang baru datang alhasil lorong sekolah nampak sepi.
Dari berlawanan arah, Aura melihat seorang siswi yang sangat asing baginya, ia memang belum lama sekolah di sini namun hampir seluruh siswa dan siswi disini pernah ia temui walau hanya sekedar berpapasan saja dan untuk siswi yang satu ini Aura belum pernah melihatnya sama sekali.
Saat jarak mereka sudah dekat, tiba tiba si siswi itu mendorong tubuh Aura ke arah tembok sebelah kiri. Tak sampai disitu saja, siswi itu mencekik Aura hingga sang gadis hampir kehabisan napasnya.
Siswi berambut pirang dengan manik ungu itu semakin menguatkan cekikannya pada Aura. Namun tanpa siswi itu sadari, Lenna yang berada di bawah pengaruh Shean sudah berdiri dibelakangnya. Dengan kasar, Lenna menjambak rabut gadis itu hingga cekikannya pada Aura terlepas. Disaat itu juga Aura langsung jatuh ke lantai karena dadanya masih terasa sesak.
"Pengecut kau Shean sialan!"
Lenna semakin menguatkan jambakannya, ia kemudian berbisik pada siswi itu dengan suara yang sedikit serak dan berat. "Tinggalkan dia sendiri."
Siswi itu menyeringai, "Kalau aku tidak mau, kau mau apa?"
"Akan ku pastikan kau dan si brengsek Aldirch mati ditanganku sendiri."
"Astaga aku sangat takut, apa kau tidak mau mengampuniku Shean?" ucapnya dengan nada meledek.
"Aku tidak pernah mengingkari ucapanku."
"Hei!" Teriakan seseorang dari ujung lorong sontak membuat dua gadis itu menghilang entah kemana menyisakan Aura yang terbaring lemas diatas lantai.
Orang itu berlari mendekati Aura kemudian segera membawanya ke ruang kesehatan. Untung saja dia memiliki kunci ruang kesehatan, dengan begitu mereka bisa langsung masuk.
"Kau sudah baik baik saja?" tanyanya pada Aura yang sudah mulai bernapas dengan teratur.
"Aku baik baik saja, terima kasih."
"Syukurlah."
Lester menghela napas lega, perasaanya sedaritadi tidak mengenakan apalagi saat ia mencium bau vampire yang pastinya bukan Shean di dekat sini.
Benar saja, saat ia menelusuri bau tersebut, ia akhirnya menemukan sumber bau itu. Bau tersebut adalah bau Flavia, gadis vampire dari golongan Purple Moon. Konon dahulu vampire golongan ini yang hampir membantai habis vampire golongan Red Moon, golongannya keluarga Shean karena merasa tersaingi.
Setelah raja vampire tersegel, seluruh kaum vampire dari segala golongan berlomba lomba mendapatkan reingkarnasi si pemilik darah murni. Namun karena reingkarnasi dari Belyva si pemilik darah murni akan lahir lima ratus tahun yang akan datang, mereka saling menyerang golongan lain supaya persaingan mereka nanti tidak begitu ketat.
Karena hal tersebut, jumlah kaum vampire sekarang tidaklah banyak, mereka mengalami kepunahan oleh kaum mereka sendiri. Bahkan golongan Red Moon kini hanya tersisa Shean seorang, menjadikan dia satu satunya vampire pengendali pikiran.
"Kau, gadis yang kemarin mimisankan?" Lester memecah keheningan.
"Ah, iya."
"Mungkin kita akan sering bertemu kedepannya, perkenalkan namaku Lester Reymond."
"Benarkah? Aku Aura Jovanka."
Lester mengangguk pelan. "Usahakan jika kau bepergian jangan sendirian, banyak makhkluk yang menginginkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire [End]✓ (Revisi)
Vampire(SEDANG DI REVISI TOTAL) Tentang Aura Jovanka si gadis yang menjadi incaran kaum Vampire berkat darahnya yang murni. scrlyrrnz (EXO FANFICTION) Update sesuai mood Since: march 2019 Revisi: june 2022