Aura berjalan sendirian di tengah keramaian lorong menuju kantin karena Lenna yang tadi pagi tiba tiba saja berlari keluar dan tidak kembali lagi. Ada perasaan aneh terhadap Lenna, entah apa yang terjadi padanya setelah pertemuan terakhirnya dengan sang sahabat. Iris mata Lenna jika diperhatikan lebih teliti akan tampak sedikit berwarna kemerahan padahal Aura yakin sebelumnya warna merah itu tak pernah ada padanya.
Karena terlalu larut dalam pikirannya, si gadis berambut sebahu itu tak memperhatikan jalan hingga akhirnya menabrak seseorang. Orang ia tabrak tetap berdiri tegap tidak jatuh, sementara dirinya sendiri tersungkur hingga pantatnya mencium lantai lorong.
Tentunya semua pasang mata melihat itu namun tak ada satu pun dari mereka yang mau membantu Aura bangun. Gadis itu merigis sambil menahan malu dalam diri hingga sebuah uluran tangan diarahkan padanya.
Sontak ia mendongkak menatap si pemilik uluran tangan, namun keduanya malah saling menatap satu sama lain. Mata Aura berkaca kaca saat melihat siapa sosok yang berada tepat dihadapannya. Sesosok pemuda bermata rusa yang sudah sangat lama ia rindukan.
"Apa kau baik baik saja?" Tanyanya.
Aura tak menjawab pertanyaanya, ia masih larut dalam perasaan campur aduknya. "Ka... kak."
Mata si pemuda itu membulat seketika setelah baru menyadari siapa sosok gadis dihadapannya. Kilasan kilasan masa lalu kembali berputar, akibatnya kepala sang pemuda terasa sangat sakit. Ia mundur beberapa langkah sambil memegangi kepalanya. Terdengar juga suara rintihan kesakitan dari mulutnya.
Aura bangkit hendak mendekatinya namun kemunculan sosok Shean di dekat sang kakak membuat dirinya tak jadi berani mendekatinya. Seperti biasa, tatapan tajam selalu ditunjukannya pada si gadis membuat nyalinya semakin menciut.
Banyak pasang mata masih memandangi mereka, Shean menarik Razzel pergi entah kemana meninggalkan Aura yang menatap kepergian mereka.
Selera makannya langsung hilang, gadis itu berbalik menuju toilet. Pikirannya masih kacau, tak percaya akan kemunculan sosok kakak laki laki yang telah ia cari. Ia membasuh wajahnya kemudian menatap pantulan dirinya di cermin. Air matanya mengalir menghiasi wajah cantiknya.
Ingin sekali rasanya memeluk tubuh besarnya, mencurahkan segala kerinduanya.
"Aura? Hei? Kenapa kau menangis?"
Isabell langsung memeluk erat tubuh gadis itu. Ia terkejut saat melihat seseorang yang sedang menangis sambil bercermin tadi.
Pikirannya sudah mengarah pada gadis penunggu toilet yang sering di bicarakan teman temannya, tapi syukurlah ternyata itu adalah manusia.
"Hei, apa yang terjadi?" Tanyanya seraya mengusap cairan bening dari mata Aura.
Aura tak menjawab, cairan bening itu justru semakin deras. Isabell yang tak tau apa apa hanya bisa kembali memberikan sebuah dekapan hangat padanya.
Mungkin Aura belum mau memberitaunya, pasti nanti ia akan menceritakannya sendiri pikir Isabell.
"Aku menemukan kakak."
Alisnya berkerut bingung. "Hah? Kakak?"
Ia mengangguk. Isabell semakin bingung. Ia tidak tau menau tentang keluarga Aura, pasalanya gadis itu sama sekali tidak pernah menceritakannya.
"Aku tidak mengerti, kakak yang mana yang kau maksud?"
"Kakak laki lakiku, Razzel."
🍀🍀🍀
"Razzel! Apa yang telah kau lakukan?!"
Kenzo mendorong kasar pintu gudang dengan emosi yang meluap luap. Matanya tajam menatap kearah saudaranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire [End]✓ (Revisi)
Vampire(SEDANG DI REVISI TOTAL) Tentang Aura Jovanka si gadis yang menjadi incaran kaum Vampire berkat darahnya yang murni. scrlyrrnz (EXO FANFICTION) Update sesuai mood Since: march 2019 Revisi: june 2022