01 • T OR D

569 52 47
                                    

Bab 1
- TRUTH OR DARE -

•••

Raihana Kana Utami, namanya.

Gadis pemilik tubuh langsing nan tinggi semampai seperti model. Pipi chubby itu, memberikan kolaborasi visual yang menawan. Dia cantik, imut dan anggun di saat bersamaan.

Selain berparas cantik, kepintarannya yang di atas rata-rata menjadi kelebihan lain.

Di lihat dari ujung rambut sampai kuku, Kana jelas berasal dari keluarga berada. Di mana beberapa kali gadis itu, terlihat mengenakan brand ternama untuk ukuran pelajar kelas sepuluh SMA.

Seperti hari ini, Kana berjalan dengan pede melewati lorong menuju kelasnya, X IPA 1. Perhatian orang-orang terpusat pada Kana, yang tampak seperti model yang sedang catwalk di atas panggung.

Tingkat percaya diri Kana di atas rata-rata. Kacamata hitam dari brand Guccy ternama, bertengger di batang hidung mancung itu, sudah sekitar semingguan ini.

"OMG, Kana. You still wear your fucking ... black glasses?" Jihan bangkit dari kursinya, saat Kana tiba dan berdiri di ambang pintu sambil melakukan beberapa pose dengan sengaja.

"Yes, I still do. You know it helps me." Kana menjawab, mengambil posisi duduk di sebelah Jihan.

"Please stop it, Kana. You deserve better, forget him!!" Sudah berulang Kali, Jihan mengingatkan sang sahabat untuk melupakan pria brengsek yang tega mencampakan Kana.

"I know, you already told me many times. It's really hard, Jihan. No metter how many I tried, I couldn't forget Bastian."

Bahkan sudah dua minggu sudah berlalu sejak kepindahan Bastian, serta perpisahan mereka.

Namun, Kana belum sepenuhnya lupa. Apalagi move on, hal itu tidak semudah membalikan telapak tangan.

Apalagi hubungan Kana dan Bastian sudah berada di tahun ketiga saat bulan depan harusnya.

Alasan Kana memakai kacamata hitam juga, tidak lain karena ingin meyembunyikan mata sembabnya karena terus menangisi Bastian tiap malam.

"Capek banget gue sama lo, Kana!" Jihan melipat tangan di dada. Ia menyodorkan catatan yang selesai ia kerjakan tadi malam. "Nih, tugas yang lo minta. Saking galau karena putus, sampai tugas aja lo abaikan. Isshh, seorang Kana bisa bucin juga."

"I felt that, I was died without him, Han."

"You done, lol!" Jihan berdecak melihat Kana yang tidak bertenaga sama sekali. "Jangan lebay, life goes on, tanpa dia lo masih sehat wal afiat, nih."

Kana mengangguk, lalu menarik tugas Jihan untuk menyalinnya. Jihan memang tidak sepintar Kana, tapi Jihan bisa dibilang rajin, disiplin dan selalu objektif. Itu pula, alasan gadis semenarik Jihan, masih betah menjomlo.

Jihan menopang dagu dengan sebelah tangan. "Would you play a game with me? I am kinda bored, Kan."

"Same and sure! Truth or dare, right? I'll go first." Kana berpikir, lalu tersenyum. "T or D?"

"D!" Jihan menyahut.

"Hmm, pay my bill for a month."

"Gila lo, anjir!!" Jihan langsung mencela permintaan Kana. Sahabatnya itu memang sudah gila. "I can't, lo belanja kayak orang kesurupan."

"Dare tetap dare. Kartu gue diblokir Kak Pandita. Setelah nabrakin mobil Papa, gue nggak berani lagi minta duit sama bokap dan nyokap."

Jihan memijit kepalanya. Lalu mengangguk setuju, ia hanya perlu mencari alasan agar tidak membiayai kehidupan boros Kana selama sebulan itu. "Now, my turn. T or D?"

"Dare, dong!" Kana menjawab tanpa ragu. Ia tidak pernah memilih truth selama bermain. Kana yang menyukai tantangan jelas memilih dare.

"Okay!" Jihan nampak berpikir. "Be Altas' girlfriend for one month!"

Mata Kana langsung melotot ingin keluar. Di balik sisi baik Jihan yang selalu menjadi support system baginya.

Tapi, kadang kala. Jihan berubah menjadi seaneh ini, dengan segala permintaan acaknya.

"Jihan, are you kidding me? No way!"

•••

•••

--> Kana dan kacamata hitamnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sisa Rasa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang