09 • Selingkuh?

233 34 42
                                    

BAB 9
- Selingkuh? -

•••

"Atlas, gue capek!"

Atlas menoleh ke belakang mendapati gadis dengan rambut terikat satu, yang tengah berjongkok.

"Dasar remaja jompo," ujar Atlas berlari ke belakang, menyusul Kana.

"Gue jarang olahraga, tau!"

"Kelihatan, kok."

"Lo ngajak jogging apa ngajak berantem, sih?" Kana menggulung lengan jaket olahraga yang ia kenakan.

"Sensi amat nih, cewek!" Atlas duduk berjongkok di depan Kana. Mengikat tali sepatu berwarna putih yang terlepas sedari tadi. "Untung cantik."

"Nggak usah muji, kalau nanti lo jatuhin."

"Nething banget."

Kana membuang muka, pura-pura tidak mendengar hal tersebut. Sambil mengipasi wajahnya yang kepanasan.

Tali sepatu Kana sudah terikat kembali.

"Gue haus," jujur Kana pada Atlas.

Atlas bangkit lalu menyodorkan tangan, membantu gadis itu berdiri. "Yuk, sarapan. Gue tahu warung yang enak di daerah sini."

Dengan senang hati, Kana menyambut uluran tangan Atlas. Berdiri dengan mata berbinar saat hal yang berhubungan dengan makanan disebutkan.

Kebetulan, Kana juga memang lapar karena pagi-pagi sekali sudah meninggalkan rumah, tanpa sarapan sedikitpun.

"Cuman kita perlu lari dikit lagi ...."

"Atlas!" ptotes Kana, ia sudah tidak sanggup lagi.

"Dikit aja lagi, semangat."

Langkah Kana bergerak dengan sendirinya saat Atlas mendorong tubuhnya dari belakang. Memberi kekuatan pada Kana untuk lanjut berlari.

•••

Kana keluar dari warung sederhana itu lebih dulu. Sementara, Atlas masih di dalam dan membayar makanan.

Melonggarkan otot tubuh sekaligus perut begah yang kini ia rasakan, Kana melakukan gerakan olahraga kecil di tempat.

"Kana, kan?!"

Gerakan Kana terhenti, ia menoleh ke arah sumber suara.

"Elsa, Intan?"

Kana mengenali dua gadis cantik yang merupakan teman sekelasnya saat SMP dulu.

"Hai, Kana. Lama nggak ketemu sama lo."

Kana merespon dengan senyum kecil yang terlihat canggung. Sejujurnya, Kana tidak merasa dekat dengan mereka berdua.

"Lo jogging sendirian aja?"

"Gueee ---" Kana menoleh pada pria bertubuh atletis yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya.

"Siapa?" tanya Atlas, ingin tahu siapa dua gadis yang sedang berbicara dengan Kana.

"Teman SMP gue," jawab Kana.

Pupil mata Kana melebar saat Elsa mengulurkan tangan ke arah Atlas.

"Gue Elsa."

"Atlas."

"Gue Intan."

"Atlas."

Atlas melirik Kana yang terlihat diam, tidak seceria biasanya.

"Dia siapa, Kan?" tanya Intan kepo.

Atlas langsung merangkul Kana. "Gue pacarnya Kana."

"Seriusan, Kan?" tanya Elsa memastikan.

Kana mengangguk singkat. "Iya, dia pacar gue." Kana bersuara pelan pada akhirnya.

"Kok gue rada nggak percaya, Kan. Bukannya lo awet banget ya dari jaman SMP sama Bastian ...."

Intan menoleh pada Elsa. "Bukannya, Bastian pindah ke Aussie?"

Elsa menatap Kana kembali. "Bastian beneran pindah ke Aussie?"

Kana mengangguk mengiyakan.

Melihat interaksi tiga gadis itu, Atlas menyadari ada yang membuat Kana tidak nyaman. Wajah Kana berubah datar tanpa ekspresi.

"Ngobrolnya next time aja, ya. Gue sama Kana, udah mau balik." Atlas tidak bisa diam lebih lama dan bertindak semata-mata hanya sebagai pengamat.

"Oh, iya, nggak apa-apa. Maaf, kalau menganggu." Elsa membalas, lalu menarik Intan untuk menjauh pergi.

•••

Keesokan harinya di sekolah.

"Kana!" Jihan yang baru saja tiba memukul meja keras, membuat gadis yang sedang merenung tersentak kaget dan mendesis kesal.

"Lo ngagetin banget, ishh."

"Lo sama Atlas jalan kemarin?"

"Jogging," koreksi Kana.

"Sama aja! Lo ketemu dua lamgurl, itu?"

"Elsa dan Intan maksud lo?"

"Iyaaaa, Kana!"

"Terus kenapa?"

Jihan mengacak rambutnya frustasi, lalu menyodorkan ponselnya pada sang sahabat.

"Lo digosipin di group alumni SMP."

"Dah biasa itu. Gue dah keluar dari itu group pas masuk SMA."

"Gue tahu! Tapi, karena mereka ngelihat lo sama Atlas. Mereka bilang, lo putus sama Bastian ... karena lo selingkuh, goblok!"

"What the hell?!" Kana bangkit dari kursinya. Kaget bukan main, ia merampas ponsel Jihan lalu mengecek pesan-pesan tersebut.

Selesai membaca ratusan pesan itu, Kana duduk kembali. "Emang tampang gue, tampang cewek doyan selingkuh, kah?"

"Nggak, lah! Sedeng banget yang ngomong begitu. Jelas-jelas lo yang ditinggalin."

"Iya!"

"Lo nangis berhari-hari juga karena si cowok brengsek itu."

Kana mengangguk. "Bener banget."

"Seorang Kana udah kehilangan harga diri, buat ngemis-ngemis cinta Bastian biar nggak jadi putus."

"Tapi, yang terjadi dia malah ngeblokir lo dan gue di semua akun medsos kita."

"Satu lagi ... lo bela-belain bolos sekolah dan nunggu tiga jam buat ketemu dia di bandara. Tapi, nihil."

Mendengar semua ucapan Jihan yang 100% benar, Kana hanya bisa diam lalu merebahkan kepala di atas meja tidak berdaya.

"Tapi, aneh nggak? Kalau ternyata gue masih kangen dia?"

Jihan melotot. "Bukan aneh, Kana! Lo gila kalau begitu."

"Berarti, gue gila, dong."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sisa Rasa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang