17 • Gone

210 34 13
                                    

BAB 17
- Gone -

•••

"Kana!" panggil Atlas menyusul Kana yang sudah berada di parkiran dengan kakak perempuannya.

"Atlas ...." Kana mendekati Atlas, namun tubuhnya mundur saat Pandita berada di tengah-tengah mereka.

"Keluarga lo aneh!"

"Kak Pandita!" tegur Kana tidak suka, Pandita tidak berhak menghakimi Atlas semaunya.

"Gue mau minta maaf mewakili keluarga gue untuk Kana dan Kak Pandita." Atlas berujar jujur.

"Gue nggak akan ngebiarin adik gue pacaran dari anak dari keluarga aneh." Pandita menatap Atlas, kesan awalnya pada Atlas tidak masalah. Tapi, sudut pandangnya telah berubah. "Gue mau lo putus, dengan Kana!"

"Kak Pandita!" teriak Kana kesal, ia menyeret tangan sang kakak untuk segera masuk mobil dan menjauh pergi dari Atlas.

"Lo bego, Kan? Kalau sampai Mama tahu lo di-drop out dari sekolah, karena ngebelain dia. Mama pasti kecewa berat!"

Kana tidak mau Atlas mendengar perkataan buruk dan kasar Pandita. Kana takut hal itu akan melukai perasaan pria yang sedang menatapnya dengan rasa bersalah tersebut.

"Kita bicarain di rumah, ayo pulang ...."

Pada akhirnya, Pandita masuk ke dalam mobil sesuai arahan Kana. Suara mesin dari mobil berwarna putih itu terdengar, dan perlahan beranjak meninggalkan area sekolah.

•••

Di kediaman Dharmendra.

"Papa nggak percaya kamu ngelakuin hal sekeji itu ...." Haryo kesal sendiri dengan tingkah sang putri.

"Alice minta maaf, Pah."

"Minta maaf sama adik kamu!" Haryo menatap Atlas yang sedang berdiri, melihat ke arah mereka berdua.

Alice menoleh pada Atlas. "Gue minta maaf," ucapnya cepat.

Atlas tidak merespon dan segera pergi menuju kamar. Ia terlalu lelah hari ini.

Membaringkan diri di kamar, tidak menyelesaikan masalah. Atlas kepikiran Kana dan Kana.

Gadis itu membelanya di garis terdepan, bahkan harus terluka karena kesalahan yang tidak ia sebabkan.

Baru sepuluh menit berbaring, Atlas bangkit kembali. Mengambil jaket dan kunci mobil, segera ia pergi keluar untuk menemui sang kekasih.

"Mau ke mana kamu?" Pertanyaan tajam itu tertuju pada Atlas, ia tidak menggubris Haryo sedikitpun.

"Kamu mau bertemu dia? Baguslah," lanjut Haryo belum selesai, ia menatap punggung Atlas yang bergerak menjauh. "Temui dia, dan putuskan hubungan kalian!"

Langkah Atlas terhenti, ia menoleh marah pada Haryo. Apa hak pria tua itu, atas hubungan yang ia dan Kana jalani?

"Papa!"

"Dia buat Alice celaka!"

Atlas tersenyum miring, tidak menyangka bahwa masih saja ada orang yang berpihak pada Alice.

"Kak Alice jadiin Atlas korban, Pah! Apa Papa nggak peduli sama fakta itu?"

"Itu masalah kamu dan Alice. Wajar kakak-beradik berantem dan buat masalah."

"Wajar kata Papa? Kalau tanpa Kana, sampai saat ini mungkin semua orang masih mojokin Atlas dengan sinis! Apa Papa pernah mikirin itu sedikit saja?"

"Papa tahu Alice salah. Kamu juga ngelihat Papa mukulin Aice tadi ---"

"Kekerasan yang Papa lakuin, nggak akan menyelesaikan masalah."

"Kamu!!!"

"Atlas benar, Mas. Apapun masalahnya, berhenti mukulin anak-anak ...." Lina sedari tadi menonton perdebatan ayah dan anak itu. Merasa perlu ikut campur, ia akhirnya buka suara. "Atlas benar, kalau kekerasan nggak akan menyelesaikan masalah!"

Lina menengahi, ia berjalan ke arah putra tercinta yang ia lahirkan. Meraih tangan Atlas lalu mengusapnya lembut.

"Kamu nggak boleh ngebentak Papa kayak tadi, apapun alasannya ...."

"Mamaaaa."

"Mama dan Papa sepakat bahwa kamu tetap akan pindah sekolah ke Inggris ...."

"Mama, Atlas nggak mau. Aku nggak bersalah."

"Mama tahu, Mama dengar semuanya. Kamu pindah ke Inggris bukan karena kamu salah, bukan berarti Mama dan Papa ngebuang kamu ... kita sayang sama kamu."

"Bullshit ...."

"Atlas! Apa yang dibilang Mama benar, Papa mau kamu ketemu Om Richard dan tinggal sama beliau di sana, sekaligus belajar bisnis. Kamu satu-satunya harapan Papa, perusahaan butuh kamu."

Atlas merasa dimanfaatkan. Ia menggeleng menatap Lina dan Haryo, menolak usul yang sedikit pun tidak dirundingkan dengannya.

"Mama tahu Kana gadis yang baik. Tapi, kalian terlalu muda dan lihat apa yang sudah terjadi, Kana bahkan dikeluarkan dari sekolah. Jadi, alangkah lebih baik kalau kalian berpisah dulu ...."

Menepis kasar tangan Lina, Atlas langsung pergi keluar dari dalam rumah, menuju mobil hitam yang terparkir. Atlas harus menemui Kana.

•••

Sisa Rasa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang