10 • Melawan Emak Tiri

233 37 46
                                    

BAB 10
- Melawan Emak Tiri -

•••

Langkah Atlas terhenti tepat di depan kelas Kana. Tidak sengaja menguping percakapan dua gadis cantik itu.

"Bastian?" gumam Atlas pelan.

Atlas mengintip sebentar, melihat Kana yang terlihat uring-uringan tidak bertenaga.

Tidak mau membuang waktu, Atlas beranjak meninggalkan kelas Kana. Langkah pria itu berhenti di depan tempat sampah, melemparkan plastik hitam berisi nasi remes kesukaan Kana.

"Enak banget nasi remesnya."

"Udah gue bilang, kan?"

"Minggu depan kalau lo jogging ajakin gue, biar gue bisa makan di sini lagi."

"Oke."

"Padahal kalau besok setelah upacara, pasti enak banget makan nasi remes ini."

"Ngidam lo!"

"Ishhh, ngeselin banget, sih. Nggak bisa gue ngehalu dikit aja, gitu? Gue udah kenyang banget, nih. Lo yang bayar ya, gue tunggu di luar."

•••

"Kak Monic nyuruh ngumpul di ruang CL, maaf banget ya, Kan."

Kana menahan tangan Jihan. Menyipit curiga, takut sahabatnya itu kembali melarikan diri dan tidak memenuhi dare yang mereka janjikan.

"Udah kali keberapa, nih. Lo alasan Cheerleaders mulu, kapan dare gue dipenuhin?"

Jihan mendengus, lalu menjitak Kana untuk sadar diri. "Lo lupa, kalau tadi malam gue bayarin belajaan lo di toko online senilai dua juta?"

Kana mengangguk. "Ingat, kok. Tapi, di sekolah pas jam istirahat lo kabur mulu!"

"Bayarin mie ayam dan bakwan nggak semahal harga pernak pernik yang lo sukai itu!"

"Idih! Jangan ngehina hobby gue, lo!"

Jihan mengeluarkan tiga lembar uang biru dari dalam dompet. "Nih, lebih dari cukup. Gue buru-buru, tau. Nanti Kak Monic ngamuk, byeee!"

Kana menatap uang sejumlah seratus lima puluh ribu tersebut. Lalu tersenyum licik, dan tersenyum pamer. Dengan cepat, ia mengantongi uang itu.

"Gue harus traktir, tuh anak!"

•••

Seperti biasa, Atlas selalu seorang diri. Tidak ada siapapun atau teman yang ia miliki di Smartly.

Karena sejak awal, ia sudah berencana untuk tidak memiliki teman. Karena ke depannya, Atlas ingin pindah sekolah dan dapat menjalani kehidupan sekolah yang normal.

Tapi, apapun masalah yang ia sebabkan di Smartly. Sampai saat ini, Atlas belum diusir secara halus ataupun paksa. Entahlah, apa yang membuat sekolah elit ini ... masih mau menampung murid berandalan sepertinya?

"Hai, Anak Haram!"

Suara itu, adalah suara yang Atlas benci. Melihat sang kakak berdiri di depan kelasnya, Atlas bergeming.

Langkah Alice terdengar yakin dan berani, mendekat pada sang adik.

"Mana cewek lo?" tanya Alice dengan tatapan mata tajam. Ia mengusap dada Atlas pelan untuk membersihkan debu yang menempel di sana.

Atlas menepis kasar tangan Alice.

"Bukan urusan lo!"

"Gue penasaran kenapa orang seperti dia mau sama anak dari seorang pelacur kayak lo, aneh?!"

Sisa Rasa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang