MASIH BAIK

71 12 2
                                    

Tiba di rumah setelah bersekolah.
Seperti biasa, Aleena mencium tangan mama. Juga memainkan tos ala-ala bersama Evan. Jarak sekolah dan rumah Aleena bisa dibilang dekat, hanya 5-7 menit dengan jalan kaki.

-

“maaa, masak apa?” Tanya Aleena dengan nada manja.

“masak tempe bacem nih teh, sok ganti baju dulu terus langsung makan ya. Eh, udah sholat kan?” jawab mama.

“siap laksanakan! Udah ko ma” sahut Aleena dengan semangat.

Bergegas Aleena mengganti seragam dengan daster favoritnya dan mereka bertiga makan bersama di meja makan.

-

Riana Natissa,
Mama Aleena yang cantik nan awet muda. Biasa dipanggil “Marina” (mama riana natissa). Papa Aleena yang buat saat dulu mereka sering bercanda.

“mariinaaa” ucap papa sembari berpose seperti bintang iklan dengan mengelus tangan Evan layaknya sedang memakai body lotion.

“body lotion nomor satu di Indonesia” jawab Aleena diikuti gelak tawa pada saat itu.

Mama hanya tersenyum melihat tingkah kami bertiga. Kehangatan keluarga saat itu membuat Aleena merasa nyaman.

-

Mahendra Dirgantara, nama papa Aleena.
hanya dengan mengetahui namanya saja, sudah terasa wibawanya. Papa merupakan pekerja proyek yang biasa bekerja di luar kota bahkan di luar pulau. Salah satunya pernah bekerja di Aceh, Bengkulu, dan saat ini bekerja di Pulau Kalimantan.
Aleena sudah terbiasa tidak bertemu papa ketika ia pulang dari sekolah. Dalam setahun biasanya papa dapat menggarap tiga proyek.

-

Sang adik Evan,
adalah anak yang bisa diajak kompromi, dia bijak meski umurnya belum mengharuskan dia berpikir layaknya orang dewasa. Di sekolah dasarnya pun selalu menjadi perhatian para guru, khususnya guru olahraga yaitu Pak Agus. Beliau memiliki tubuh yang cukup gempal dengan usia kira-kira 40 tahun. Sifatnya yang akrab dengan murid-murid membuatnya menjadi guru yang disukai oleh anak-anak.

Pernah saat Evan dijemput pulang oleh sang kakak. Aleena berpapasan dengan Pak Agus dekat ruang guru.

“Evan, ini teh kakak kamu?” sambil menunjuk riang dengan raut yang menunggu jawaban.

“iya pak, kakak cerewet saya hahaha” Evan menjawab seraya tertawa kecil sambil menyenggol tangan Aleena.

“euleeuh neng, Evan teh baik di sekolah teh. Meuni resep bapak mah, apalagi kalau udah main bola neng. Beuuh paling jago pisan” ucap pak Agus yang memberikan dua jempol dengan raut wajah yang semangat.

“Alhamdulillah pak, di rumah juga suka main bola sama temen-temennya di lapangan, jadi mungkin sudah terbiasa hehe” jawab Aleena dengan senyum ramah.

Mereka pun berpamitan dengan pak agus.

-

Setibanya dirumah, mereka langsung segera membersihkan diri dan bersiap untuk makan siang bersama. Selesai makan, kakak beradik ini memang selalu diajarkan mandiri oleh marina dengan mencuci piring yang telah mereka pakai masing-masing.

“teh langsung cuci piringnya ya, ajarin si ade juga biar nanti terbiasa” ucap mama.

“siap maaa” jawab Aleena.

-

Baru saja selesai mencuci piring,
Teriakan teman-teman Evan terdengar cukup kencang. Mengajak evan mengaji karena pada saat itu waktu menjelang petang. Sudah menjadi kebiasan Evan sebelum maghrib untuk berangkat mengaji bersama di masjid yang tidak jauh dari rumah mereka. Untungnya ia sudah mandi saat tiba di rumah.

“EVAANN, NGAJI YUK” terdengar teriakan dari luar rumah.

“IYAAA” jawab Evan dengan sama-sama berteriak.

“MAA, KAKAK, EVAN NGAJI YAA. ASSALAMU’ALAIKUM” teriak Evan sambil berlari membawa tas kecil dan sarung keluar rumah.

“wa’alaikumsalam. Ma, Evan ga salim dulu?” tanya Aleena kepada mama.

“dia mah sok kitu da kalo buru-buru teh” jawab mama.

Mendengar itu, Aleena hanya bisa heran sambil menggelengkan kepala. Biasanya Evan pulang ba’da isya karena harus berjamaah di masjid.

-

Selesai sholat berjamaah bersama mama, Aleena mendengar suara berat dengan khasnya

“assalamu’alaikum” terdengar suara pria membuka pintu rumah

“wa’alaikumsalam, waaah maaa papa pulangg” jawab Aleena yang kegirangan terburu-buru kedepan pintu dan langsung mencium tangan papa.

Tak lama Evan datang dengan teriakan khas cemprengnya itu. “PAPAAAA” dipeluknya papa dengan erat oleh Evan.

-

Selesai papa Mahendra membersihkan badan karena lelahnya perjalanan jauh. Mereka berbincang kecil sambil dibawakannya oleh-oleh khas Kalimantan. Kakak beradik itu pun dengan cepat menghampiri papa yang sedang membuka kotak kardus. Senyum lebar dan sorot mata senang terpancar dari mereka berdua.

Keluarga yang sangat sederhana, dengan rumah yang tidak terlalu besar dan juga mewah. Posisi rumah Aleena berada di pinggir kota dengan akses jalan yang cukup masuk kedalam gang kecil. Walaupun begitu mereka senang dan bersyukur memiliki keluarga kecil yang hangat. Ya, sangat hangat.

-

ALEENA'S LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang