KENYATAAN

34 5 2
                                    

Dimensi waktu menarik mundur beberapa tahun kebelakang, saat keluarga Aleena sedikit membaik.

Pagi itu Aleena sedang duduk di halaman rumah, dengan cuaca yang cukup cerah. Ditemani susu hangat dan biskuit disampingnya, sembari menggumamkan sesuatu.

"Ga kebayang sih, kalo aku pindah rumah, dengan suasana baru, orang baru, lingkungan yang baru". Ia tersenyum tipis saat itu.

-

Dan kini Aleena tidak menyangka, khayalan nya menuju nyata. Ia baru sadar setelah rencana pernikahan sudah di musyawarahkan. Logikanya kalau Mama jadi menikah, mau tidak mau mereka harus ikut suami.

-

Menjelang pernikahan. Mama sakit parah, menyebabkan pernikahan itu ditunda. Sudah seminggu, kata Dokter lambung Mama kronis. Memang dari dulu Mama sudah langganan sakit lambung kalau telat makan apalagi banyak pikiran.

Tepat sore itu sambil mengintip pintu kamar Aleena melihat wajah Mama lebih pucat dari sebelumnya, Mukanya sayu, tatapannya kosong. Sembari masuk Aleena bertanya,

"Ma, Mama gimana sekarang. Udah mendingan ?"

"Lumayan Teh, tapi pusing sama mualnya belum hilang ini teh".

"Mama jangan cape-cape atuh ya"

"Iya teh, nuhun ya"

"Sami-sami Ma"

Baru saja keluar kamar, Evan datang dengan langkah yang rusuh.

"Assalamu'alaikum, teh Jajan" Sambil menampan tangannya mengharap Aleena memberi Uang.

"Ishhhh Jajan we terus bocah"

"Biarin we atuh, mana mau uangg ih"

"Nihh" akhirnya Aleena memberi 2 ribu lembar pada Evan untuk ia Jajan.

-

Aleena berjalan dan duduk di sofa ruang tamu, sambil ia mengeluarkan buku di tasnya untuk mengerjakan tugas Matematika dan Sejarah. Sedang fokus Aleena mengerjakan, 1 jam kemudian ada suara berat sambil mengetuk pintu

"Assalamu'alaikum..."

Aleena menyipitkan mata di balik jendela rumah, ternyata Om Darmawan.

"Wa'alaikumsalam" jawab Aleena pelan, yang mungkin malah tidak terdengar.

Aleena melihat buah tangan yang di bawa Om Darmawan untuk Mama, dan langsung melihat Mama setelah Aleena izinkan ia masuk.
Mereka tidak berdua, Aleena juga ikut masuk melihat kondisi Mama.

"Saya bawa kamu ke dokter lagi ya" ucap pria itu

"Gapapa, nanti juga sembuh" jawab Mama dengan sedikit ringisan nyeri lambungnya.

-

Aleena khawatir dan tidak konsentrasi apapun karena kondisi Mama yang tiba-tiba Muntah dan lemas. Tugas sekolahnya sedikit terbengkalai saat itu, ia mengusahakan untuk fokus pada Mama dan adiknya, Evan.
1 Bulan tak junjung pulih, kondisi Mama semakin memburuk, niatnya akan di bawa ke Rumah Sakit. Tapi, Mama enggan. Entah apa alasan pastinya, Aleena pun tidak tau.

-

Lingkungan rumah Aleena memang ramai. Banyak bocah, kendaraan, ibu-ibu gosip berlalu-lalang dll. Karena kondisi yang belum membaik, dengan kesepakatan bersama mereka pindah sementara di rumah Tante yang ke 2 dengan alasan Mama merasa bising dengan situasi rumah. Jaraknya tidak jauh, hanya 5 menit kalo dengan berjalan kaki. Tapi tempatnya tenang juga hening, karena berada di pojok kampung yang belakang rumahnya kebun dan sungai.

Mereka mengungsi mencari tempat hening tepatnya. Agar Kondisi Mama cepat membaik.

-

Hari-hari yang Aleena lalui semakin bertambah rumitnya. Karena Mama tidak mau terlalu merepotkan tante, Mama menyuruh Aleena untuk masak dirumah, alhasil Aleena harus bolak-balik dari rumah sendiri ke rumah tante setiap hari.

ALEENA'S LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang