LUKA

31 7 3
                                    

Luka bisa disembuhkan jika memang ada obatnya, jika tidak ada? Mungkin bisa. Yaitu dengan luka-luka baru yang lebih parah dari sebelumnya. Menjadikan luka lama tidak terasa atau bahkan mati rasa.

-

Hari demi hari hidup yang Aleena kecil jalani sangat berat. Hanya beberapa yang indah, sisanya yang ia ingat hanyalah luka, luka, dan luka. Ia ingat waktu umurnya 8 tahun, papa Mahendra yang ringan tangan. Sudah beberapa kali ia melukai putri kecilnya. Aleena kecil pernah mendapatkan pukulan, dicaci maki, bahkan yang paling parah ia sempat akan melemparkan gelas kaca tepat kearah wajah. Beruntung Marina berteriak sehingga Mahendra mengarahkan lemparannya ke lantai.

-

“Mahendra!” teriak Marina dengan nada gemetar.

Niat melemparkan gelas diganti oleh sapu lidi yang dipukulkan dengan begitu kerasnya ke tangan Aleena. Sampai tangan mungilnya itu bengkak layaknya cakaran kucing bahkan lebih banyak.

“CUKUP!” teriak mama lebih keras dari sebelumnya sembari berlari dan memeluk Marina kecil yang mulai menangis.

Meski anak mereka laki-laki sekalipun, sangat tidak patut seorang ayah melakukan hal tersebut kepada anaknya.

-

Aleena yang terbilang masih kecil itu hanya bisa menangis sampai sesak dalam dadanya. Padahal kesalahan Aleena kala itu hanya bermain bersama teman-teman di salah satu rumah temannya dan pulang menjelang maghrib. Kejadian sore itu membuat Aleena masih mengingat rasa sakitnya, kejadiannya, pukulannya, bentakannya, bahkan rasa sakit karena luka di tangannya. Masih terasa momen yang membuatnya trauma hingga ia tumbuh dewasa.

-

Mama kian hari kian keras berusaha untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Papa pun sudah lama tidak ada proyek keluar kota atau pulau. Sudah bisa dibilang sebagai pengangguran yang kerjanya hanya minta uang pada mama. Tidak ada upaya untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga.

-

Biaya sekolah, uang jajan, dan keperluan lain pun mama yang berikan. Papa? Mana pernah. Pernah kala itu hanya saat ia sadar saja, selebihnya dipakai untuk berjudi.

-

Beberapa tahun berlalu, suasana sedikit membaik. Kabar gembira pun disampaikan mama pada Aleena. Ya benar sekali, mama sedang mengandung. Bahagia sekali hati Aleena mendengar itu dari mama.

-

“waaa aku jadi kakak” ucap Aleena. “tapi nanti dipanggilnya teteh aja ah hehe” lanjutnya.

“Alhamdulillah do’ain adiknya ya semoga sehat di perut mama ini” ucap mama.

“amiin ma” jawab Aleena sembari mengelus perut mama.

-

Sebulan sudah umur kandungan mama, sebulan itu juga sifat papa sedikit waras. Meski masih menganggur, setidaknya sudah jarang keluar malam. Sembilan bulan saat mama mengandung. Sifat papa penuh kelabilan. Ia terkadang menjadi baik dan bahkan tempramennya muncul kembali bak kesurupan.

-

Jumat pagi,
mama mengantar Aleena ke sekolah untuk pembagian rapor kenaikan kelas. Ia sudah mau menginjak kelas 5 sekolah dasar. Setelah pembagian rapor mama membeli beberapa jajanan untuk dibawa pulang. Setibanya dirumah, mereka menghabiskan jajanan itu diruang tamu dan sedikit berbincang.

“kayaknya adiknya keluar besok teh” bercandaan mama membuat Aleena senang.

“waaa amin ma aku udah ga sabar liat ade hehe “ jawab Aleena tersenyum menunjukkan gigi ompongnya.

-

Benar saja, sabtu subuh Aleena ditinggal papa dan mama ke bidan. Tanpa sepengetahuannya karena mereka tidak mau Aleena terbangun. Paginya Aleena terkejut karena tidak ada orang dirumah. Terdengar suara pintu rumah terbuka dan suara wanita. Aleena tampak tidak asing dengan suara wanita tersebut.

“assalamu’alaikum Al udah bangun?” ucap wanita itu.

Ternyata wanita yang sembari masuk adalah tante. Ia berencana untuk menjemput Aleena yang sendirian di rumah. Aleena pun keluar kamar untuk menemui tantenya itu.

“eh udah bangun ya, mamamu ke bidan sama papa. Ikut tante dulu ke sekolah Indri yuk” ucap tante.

“yaudah sok atuh mandi dulu, biar segeran dikit” lanjutnya.

“iyaa tante, sebentar” ucap Aleena
Setelah Aleena mandi dan bersiap. Mereka pun pergi ke sekolah dan meninggalkan rumah.

-

Indri,
Merupakan anak tantenya. Sepupunya itu telah duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sepulang dari sekolah Indri, mereka bergegas menuju bidan tempat persalinan mama. Setibanya di tempat, Aleena sangat sumringah karena adik kecilnya sudah lahir.

-

Raut wajah haru dan air mata bahagia menetes yang mereka perlihatkan. Seolah ini adalah nikmat yang benar-benar besar. Amanah yang harus mereka jaga. Tangisan indah adiknya membuat tetesan air mata Aleena jatuh sebegitu derasnya saking bahagianya. Bayi itu adalah Evan Mahendra.

-

“sayang ya sama adik” ucap papa sembari memeluk erat Aleena.

“iya pah” dengan isak tangis Aleena yang belum usai.

-

Mereka berkumpul di tempat persalinan mama. Melihat Evan yang disimpan didalam inkubator hangat dengan sesekali matanya terbuka. Membuat senyum Aleena, papa, dan mama menyatu menjadi situasi itu semakin hangat.

Sore harinya,
mereka pulang kerumah. Beberapa saat setelah itu, banyak tetangga yang datang hanya sekedar melihat Evan kecil sambil membawa hadiah. Aleena pun tak terasa menunjukkan senyum lebar karena senang dengan momen itu. Ia seperti tidak mengingat kejadian buruk yang sebenarnya telah ia rasakan.

-

Namun ingatan buruknya kembali muncul. Setelah beberapa bulan berlalu. Seperti biasa sifat papa sulit diprediksi untuk tidak menyakiti hati. Hal yang buruk lagi-lagi terjadi.

Hingga..
Mama kabur dari rumah!

-

ALEENA'S LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang