HARU

14 0 0
                                    

Luka itu lagi-lagi menyeruak
Datangnya tidak terencana, hilangnya tanpa aba-aba. Ingin rasanya mengangkat tangan untuk mengatakan "aku menyerah"

-

Aku menyerah jika harus terus menahan sesak yang ada.
Aku menyerah jika suasana semakin porak-poranda.
Aku menyerah dari diriku, yang masih belum bisa menyeka air mata dari helaan nafas yang tak seiras. (Gumam Aleena dihatinya)

-

Kejadian demi kejadian diluar nalar pikiran, mengacak susunan pola kebahagiaan. Menggangkat kisah yang tak hanya harus dijalani, namun juga diterima dengan sepenuh hati.

-

Seperti kehamilan Mama yang telah menginjak 9 bulan, hanya menghitung hari untuk Mereka menunggu kehadiran adik barunya. Sisa-sisa sesak masih ada. Goresan luka masih terpampang jelas di lubuk hati paling dalam. Terlebih hati Aleena, yang kian hari, kian menepi dari arus keramaian. Mengingat peristiwa yang sebenarnya ia enggan menjadi pengisi kisah hidupnya. Tapi apa boleh buat, hal-hal yang tidak terpikirkan. Nyatanya jelas dihadapan.

-

Mama sehat, adiknya pun demikian.
Keluarga seluruhnya juga sehat.

-

Kondisi yang hampir aman dengan berhentinya tetangga mengadu mulut, tak seperti biasanya. Aleena bukan tidak paham, ia hanya tidak mau menambah bebah pikiran. Bukan juga ia hiraukan, hanya tidak mau kepalanya riuh berantakan.

-

Keseharian mereka sedikit lebih berbeda, Mama mulai sulit jongkok untuk mengambil benda yang tepat dibawahnya karena terhalang kehamilannya. Evan masih sama, masih mengandalkan Aleena untuk mengerjakan tugas, juga mempersiapan perlengkapan semuanya. Sedangkan Aleena, dengan keseharian yang lebih padat dari sebelumnya. Bukan hanya tugas sekolah, ia dituntut untuk bisa mengambil alih semua. Tak heran jadinya, jika Aleena disebut si pemikiran dewasa. Meski sifatnya kadang tidak sinkron dengan pengalaman yang telah ia lewati.

-

Jika bertanya, Ayah dimana ?
Ayah ada, sehat wal'afiat. Tapi ya begitu. Jarang kerumah karena membagi waktu dengan ibunya (Nenek)
Datang hanya 2-3 kali seminggu.

-

Satu waktu di sore hari, dengan cuaca sehabis hujan. Meninggalkan secercah tetesan gerimis di atap rumah. Aleena yang selalu sibuk membantu Mama, kini sedang menyiapkan perlengkapan persalinan untuk jaga-jaga takutnya Mama mendadak kontraksi. Kalau tasnya sudah siap kan bisa langsung di jinjing.

-

"Ma, ini teh apa aja yang mau disiapin"

-

"Itu tuh, samping, baju, popok, bedongan, tasnya yang agak gede aja teh. Biar muat banyak"

-

"Iya mah siap"

-

Tidak terasa, Aleena mempersiapkan itu sampai jam 9 malam.
Selesai packing, Aleena bersiap untuk tidur mengajak Evan.

-

"Ma, beressss" ucap Aleena sambil mengacungkan 2 jempol.

"Makasi ya teh"

"Sama sama, ma. Teteh sama Evan siap-siap tidur ya".

Tak lama, Aleena melihat Evan pulas seketika. Entah mungkin cape karena siangnya aktif main kesana kesini. Herannya, mata Aleena sulit dipejamkan. Pikiran itu lagi-lagi datang, bergemuruh di pikiran Aleena.

"Kenapa harus aku ?"
"Kenapa ga yang lain aja ?"
"Kenapa sesak ya"
"Kenapa cape banget".

Raut dan matanya sangat sendu, ia menarik nafas dan membuangnya perlahan sambil memejamkan matanya sampai benar-benar tidur terlelap sangat pulas.

ALEENA'S LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang