USAI LEPAS

31 5 0
                                    

Yang dikuat-kuatkan pun terjadi.
Tadinya hanya bayangan mengenai perpisahan. Kini jelas seluruhnya di hadapan.

-

Peringkat Aleena belum stabil disekolahnya, itu tadi. Penyebabnya keluarga. Saling tidak memahami, saling hilang percaya, saling renggang keterikatan.

-

Hari-hari tanpa Papa, menjadi sedikit agak janggal. Sosok yang selalu bangun siang dengan usaha gebrakan, kini hilang dihadapan. Sosok tempramen sudah hilang, pukulan yang mendarat di tubuhnya juga sudah tidak ada, termasuk pemasukan jajan yang jarang.

-

Beberapa bulan sebelum pisah dan sebelum Mama mengenalkan calon barunya pada Aleena. Aleena sedang main dengan teman-temanya ke mall terdekat. Tibanya dirumah, Aleena ditarik paksa oleh Papa dengan jalan yang buru-buru menuju rumah Tante.

-

"Ikut Teh".

Langkah cepat Papa membuat Aleena tersandung.

"Liat Teh, Mama kamu ternyata gini kelakuannya di belakang Papa. Udah gatau Malu tah Mama kamu mah" sembari menunjuk-nunjuk Mama yang sedang duduk berdua dengan seorang pria.

Dirumah itu ada Tante..

Aleena shock, kaget dan bingung juga.

"Ini ada apa" dalam hatinya.
Suasana yang Aleena enggan malah terjadi di depan matanya.

-

Seketika Aleena menangis dan pergi dari tempat itu. Sifat labilnya membuatnya marah dan membenci orang-orang yang ia lihat dalam ruangan itu. Papa, Mama, Om siapalah itu, juga Tante. Kejadian itu terjadi pukul 4 sore.

Setelah Aleena kabur dari lingkup negatif itu. Aleena mengunjungi tempat-tempat bazar yang diadakan di Taman Kota saat itu, untuk menjernihkan pikiran, mata juga perutnya.

-

"Karena nangis juga butuh tenaga", gumamnya.

Ia pun membeli beberapa macam jajanan disana, perutnya sudah kenyang. Malam pun tiba.

-

Ia masih enggan bertemu orang-orang itu. Alhasil ia pulang pukul 12 malam, menggunakan Ojol (Ojek Online). Aleena tidur di rumah temannya, paginya ia baru berani kembali kerumah.

-

Mama tak marah, karena memang sudah jelas dia yang salah. Membuat kondisi makin buruk. Saat itu juga Aleena berfikir, ia benci jadi dewasa. Banyak menyakiti hati orang lain, bertindak seenaknya, memanipulasi keadaan. Dll

-

Sejenak Mama menjelaskan siapa orang yang dibawanya kerumah Tante sore kemarin. Aleena dengan muka masamnya menjawab singat dan padat.

-

"Jadi itu yang Mama pilih ?"
"Tapi serius kan ?"

"Iya" jawab Mama.

-

Setelah beberapa orang laki-laki yang Mama kenalkan pada Aleena, akhirnya Mama berencana Menikah, dengan seseorang yang umurnya dua tahun lebih tua dari Mama. Namanya Om Darmawan. Ya, dia orang yang dirumah Tante sore itu. Beda dari Papa yang terpaut 6 tahun lebih tua dari Mama.

-

Pendekatan Om Darmawan dengan Aleena sebelum pernikahan cukup rumit. Terlebih memang Aleena yang masih belum menerima sepenuhnya sosok lain yang menggantikan Papa saat itu. Berbeda dengan Evan yang cukup singkat menjalin kedekatan dengan Om Darmawan.

-

Om Darmawan adalah pria yang baik, tanggungjawab. Ia juga sudah sempat menikah sebelumya. Tapi nahas, pernikahannya hanya 25 hari. Karena ditinggal kabur istrinya.
Jiwa muda Aleena dengan kelabilannya, masih tetap dengan pendiriannya yang engga menerima calon Ayahnya itu.
Yang jadi masalah. Saat Mama dekat dengan Om, selalu lupa waktu. Pergi pagi pulang malam, main, shopping dll. Meski Evan selalu diajak, tapi Aleena kesal karna harus sendiri dirumah.
Satu waktu menjelang maghrib, Aleena demam tinggi. Tubuhnya menggigil, sedangkan Mama belum pulang saat itu. Aleena marah, kepalanya tambah pusing, sangat pusing sampai-sampai harus tetap berbaring.

-

Ya, Aleena tekanan batin. Ia belum setuju punya calon Ayah. Tapi seolah Mama tidak mendengarkan opininya.

Saat pulang, Mama terkaget dengan melihat tubuh Aleena yang berbaring pucat di kamar.

"YaAllah Teh, Teteh kenapa?" Sambil memegang kening Aleena

"(Aleena berbalik memunggungi Mama karena Marah)"

"Teteh, tinggi pisan demamnya. ke dokter ya teh". Sambung Mama dengan nada khawatir

"Gaperlu" jawab Aleena yang malah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

-

Hati Aleena hancur saat itu, melihat Mama yang makin sini makin tidak tau waktu. Anak demam tinggi dirumah, sedangkan Mamanya malah pacaran diluar.

-

Besoknya Aleena tidak masuk sekolah karena demamnya belum turun. Pergilah akhirnya ia kedokter diantar saudaranya.
Sepulang dari dokter, Mama menarik Aleena untuk duduk menghadap Mama.

"Teh, maafin Mama nya. Mama ngerti Mama jadi ga fokus ke Teteh sama Evan."

Aleena hanya mangagguk, tidak berbicara sepatah katapun. Hati dia belum terima bahwa Om Darmawan menjadi Ayah pengganti Papanya nanti. Belum lagi sifat yang entah akan seperti apa kalau sudah menjadi Ayah. Ia sekarang baik, emang nanti dijamin bakal sama ? Ungkap Aleena dalam hatinya.

-

"Udah Ma, Teteh pusing. Mau istirahat"

-

ALEENA'S LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang