Prolog

60 0 0
                                    

Seorang gadis telah mendudukan dirinya di kursi Aula sekolahnya. Seragam putih biru menjadi seragam yang wajib ia kenakan sementara waktu untuk sekolah.

Ia anak baru di suatu SMA dikotanya. Rambut di kuncir kuda serta ransel adalah gaya andalannya ketika sekolah. Rok span biru 5 centi di bawah lutut, baju putih yang kebesaran itu juga bagian dari ciri khasnya.

Gadis itu bernama Shafana Putri Burhan. Anak yang pintar dan cerdas. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Ia tinggal bersama kakak Laki - lakinya dan kakak iparnya.

Ayahnya meninggal saat dia masih duduk di kelas 4 SD. sedangkan ibunya, meninggal 3 tahun kemudian.

Meski baru di tinggal oleh ibunya selama kurang lebih 3 tahun, dia anak yang berkemauan tinggi.

"Seangkatan sama kita dong?"

Suara bisik - bisik siswa lain disampingnya membuat fokus Shafa terpecah. Ia yang asik membaca novel, harus menghentikan aktivitasnya.

"Iyaa. Dia seangkatan. Ganteng anjir." Ucap siswa perempuan tepat di sebelah kiri Shafa.

"Bule ngga si dia? Kayaknya kok wajahnya kayak bukan orang indo gitu"

"Blasteran mungkin"

Sejak tadi, Shafa mendengar seseorang yang mereka maksut itu dibicarakan oleh banyak orang. Saat ia pergi ke toilet, dia mendengar percakapan orang yang sama. Setelah melihat pengumuman pemilihan kelas, dia juga mendengar para kakak kelas wanita juga membicarakan seseorang itu.

"Itu dia, loh kok dia duduk di sini? Berati kita sekelas sama dia dong nanti? Aaaaawww. Senang bangeett" ucap siswi perempuan itu.

Shafa yang penasaran, alhasil juga melihat kearah kemana arah pandang mereka. Matanya tertuju pada pria yang berwajah kebulean. Dia memiliki tinggi 174 centi meter. Meski dia masih terhitung siswa baru SMA, tingginya melebihi anak seusianya.

"Nama dia siapa ya?" Tanya salah satu diantara mereka.

"Ga tahu, gue dari tadi papasan sama dia, namanya ketutup gitu"

Shafa akui, pria itu tampan. Pantas saja banyak yang membicarakannya.

Saat ini mereka sedang mendengarkan arahan kepala sekolah mengenai MOS yang akan mereka lalui selama 1 minggu kedepan. Setelanya, para siswa memasuki kelas yang sudah di tentukan.

"Ternyata kita sekelas ya, Shaf." Seorang siswa pria mensejajarkan Langkah Shafa.

Ketika Shafa menengok, pria jangkung berwajah bule yang dia amati tadi, yang bersuara. Shafa hanya mengangguk saja.

"Nanti lo sebangku sama gue ya shaf, males banget harus kenalan sama orang" ucapnya.

Shafa bingung, karena ia bahkan belum memiliki teman, dia juga belum memperkenalkan diri pada siapapun. Tapi pria ini seakan akrab sekali dengannya.

"Duduk sini aja shaf, enak ga depan ga belakang banget."

Pria itu meletakkan tasnya di kursi. Sedangkan Shafa mencoba mencari kursi nyaman lainnya. Akan tetapi ia datang paling akhir, sehingga hanya bangku itu saja yang belum terisi.

Ada kursi lain, namun letaknya ada dipaling belakang dan pojok. Tentu Shafa yang ambis tidak mau menempati tempat itu.

"Shaf? Shafaaa??"

Shafa mengerjapkan mata. Panggilan pria itu menyadarkannya.

Tanpa basa basi, pria itu menariknya sampai teruduk di kursi sampingnya. Beberapa kali ia mendengar siswi - siwi membicarakan Shafa. Sedikit risih, karena penyebabnya adalah pria ini.

Pria yang belum genap satu hari, sudah menjadi trending topic di sekolah. Dan kini ia harus menjadi teman sebangkunya sampai test penempatan kelas diadakan.

"Kok elo kerjaannya ngelamun terus sih shaf? Mikir apa si lo? Berat banget keknya" ucap pria itu seraya menyangga kepalanya dengan tangan kanan.

"Kok lo bisa tahu nama gw? Gw bahkan ga tahu nama lo siapa" akhirnya Shafa memiliki keberanian bertanya.

Pria itu menegakkan kepalanya, wajahnya berubah menjadi terkejut. Ia terkejut karena pernyataan dari Shafa.

"Lo lupa sama gue, Shaf?" Tanyanya mendominasi.

Pria itu menangkup pipi Shafa dengan kedua tangannya. Yang jelas saat ini mereka menjadi bahan tontonan seisi kelas. Ada yang memekik kaget, ada pula yang bertanya - tanya.

"Coba lo lihat dulu wajah gue, masa iya lo lupa?"

Shafa masih mencoba untuk mengingat siapakah dia. Nihil, Shafa tidak menemukan sosok pria itu ada pada masalalunya.

"Gue ga tahu lo siapa"

Pria itu menghembuskan nafasnya berat. "Sebentar lagi gue bakal pastikan lo ingat gw siapa"

Beberapa saat kemudian, kakak tingkat memperkenalkan diri menjadi pembina kelas ini. Dia bernama Danisa dan Satria.

Danisa memperkenalkan dirinya, sebagai anggota osis. Mereka meminta para siswa baru yang berada dikelas memperkenalkan diri secara bergantian. Agar mereka dapat saling mengenal.

Beberapa siswa yang duduk di bangku deret depan, memperkenalkan dirinya. Dan kini giliran, pria di samping Shafa.

"Perkenalkan nama saya Andrew Franciszek."

Shafa mengenali pria itu saat ini. Dia menengadahkan kepalanya sampai menatap pria itu. Mencoba lebih dalam mengenalinya dari sisa ingatan dimasa lalu.

"Biasa di panggil Andrew (baca: Endruw) rumah saya ada di perumahan Intan sari, blok B-2" lanjutnya.

Ia menengok kearah pria itu. Mendongak dan mendapatinya melirik kebawah tepat pada mata Shafa.

"Udah ingat kan siapa gue, Shaf?" Bisik Andrew setelah Shafa memperkenalkan diri.

"Hmm"

Andrew mengusap kepala Shafa setelah mendengar ucapan gadis itu yang cuek bebek.

****

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang