Cemburu

13 0 0
                                    

"Heh, lo!" Teriak Andrew menunjuk Dylan.

"Jangan Dekat - dekat Shafa!!!"

"Apaan sih ndrew, bikin malu aja!"  Gerutu Shafa yang hanya bisa di dengar kanan dan kiri.

"Shafa Geser!" Teriaknya lagi.

"Tenang aja bro! Biar gue yang geser!" Teriak Dylan tertawa geli atas perilaku Andrew.

Dylan sudah merasa cukup, karena telah mendapatkan IG Shafa. Dia akan mencoba mendekati gadis itu lain hari. Yang jelas disaat tidak bersama dengan Andrew.

Mata Dylan mencoba mencari tahu, siapakah pria yang sensitif itu terhadap Shafa. Dia mencari tahu melalui akun instagram Shafa. Apakah benar bahwa mereka tidak memiliki hubungan yang spesial.

Namun Dylan tidak menemukan hal apapun dari sana. Postingan yang Shafa unggah hanyalah tentang dirinya. Sehingga spekulasi Dylan adalah Shafa masih sendiri.

"Siapa cowok tadi?" Tanya Andrew menuntut.

Pertandingan akhirnya selesai pukul 8.30 malam. Shafa mendatangi pria itu bersama Gia yang sudah bermanja manjaan dengan pacarnya.

"Oh, dia kak Dylan." Ucap Shafa singkat.

"Siapa kamu?"

"Bukan siapa - siapa. Tadi dia minta kenalan doang."

"Kenalan? Terus kamu mau kenalan sama dia?"

"Ya iyalah, kalo mau nolak, gimana ngomongnya coba?"

"Lo bisa bilang kalo lo punya pacar, simple kan?"

"Kenyataannya gue ngga punya pacar Ndrew. Pusing gue debat sama Elo"

"Kok gitu sih, biar gue antar pulang"

"Ngga usah, gue bisa naik ojol"

Malam itu Shafa pulang menggunakan ojek online, meski begitu, Andrew tetap mengikutinya dibelakang. Memastikan bahwa Shafa selamat sampai tujuan. Hal itu tidak di sadari olehnya. Karena badannya benar - benar lelah kala itu.

****

Andrew menggertakkan giginya. Matanya menunjukkan nyalang marah. Pada layar ponselnya, tertera gadis yang selalu muncul di pikirannya belakangan ini.

Gia membuat instastory yang menunjukkan wajah Shafa beserta pria yang berada di pertandingan malam itu. Mereka bertemu kembali.

"Lo tahu cewek lo lagi nongkrong sama cowok ini?"

Tanya Andrew pada Bian. Mereka saat ini juga tengah nongkrong bersama beberapa teman kelasnya.

"Tahu lah, makanya gue ikut nongrong disini" jawab Bian.

"Lo bolehin? Lo ngga takut cewek lo di embat sama dia?"

"Lah, orang tuh cowok lagi berusaha ngedeketin Shafa kok. Haha"

"WAH NGGA BISA GUE BIARIN TUH ANAK!"

Andrew berdiri dari duduknya. Ia mengambil paksa kunci di mejanya. Namun sebelum benar - benar pergi, Bian mencegahnya.

"Lo marah kaya gini, tahu ngga elo siapanya Shafa?"

Tanyanya.

Pertanyaan itu seperti mencekik leher Andrew.

"Gue tahu lo udah lama kenal sama Shafa, di tambah lagi rasa bersalah elo yang baru tahu ternyata Shafa udah yatim piatu, jadi buat elo over protecktiv sama dia, tapi seenggaknya lo punya dasar yang jelas" lanjutnya.

"Maksut elo?"

"Maksut gue, kalo elo cuma sebatas mau jaga dia karena dia teman masa kecil elo, ya lo berlaku aja sebagaimana mestinya. Tapi kalau elo suka lebih dari teman, ya lo sampaikan ke Shafa. Jadi Shafa tuh ga menduga - duga perasaan elo!"

Andrew mendudukan dirinya lagi. Ia merasakan ada getaran aneh dalam hatinya setiap kali bersama Shafa. Amarahnya seakan bertambah, jika Shafa dekat dengan pria lain. Namun ia tidak pernah mengatakan jika dia mencintai gadis itu.

Andrew meminum kopi dinginnya lagi.

****

Suara riuh para siswa bergemuruh. Bel istirahat baru saja berbunyi, pertanda keramaian itu hadir dari para siswa yang mencari makan siang untuk memenuhi perutnya yang sudah lapar.

Shafa bersama dengan Gia, saat ini telah menduduki kursi bersama siswa lain yang mereka tidak kenal. Dari bet yang terpasang, mereka adalah kelas 12. 4 diantara mereka adalah wanita. 2 diantaranya laki - laki. Hanya Shafa dan Gia yang kelas 10.

Shafa mengaduk Bakso kesukaanya. Sedangkan Gia setia dengan Nasi goreng pak Iman. Serta minumannya adalah esteh. Murah meriah dan berasa manis.

"Ga kerasa ya, minggu depan udah mau UAS. Otak gue isinya cuma Bian Bian terus." Gia memulai perbincangan.

"Dih." Shafa menyeruput kuah Baksonya.

"Gue pikir - pikir, Bian tuh penyemangat hidup gue tahu, dia setia banget ngingetin gue supaya jaga kesehatan. Sweet banget deh pokoknya. Hehe"

"Yang penting lo jangan lupa sama pendidikan kalo udah kenal cowok!"

"Iya jelas dong. Makanya ajarin gue Fisikaaa. Sumpah gue kek ngan gong ngang ngong doang anjir"

"Lo kerumah gue aja, nanti gue ajarin"

"SHAF! ADA KABAR GEMBIRAAAAAA!"

Andrew berlari dari ujung pintu masuk kantin ketika bertemu dengan Shafa. Setelah jarak mereka sangat dekat, ia mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya.

"apa?" Jawab Shafa singkat.

"Gue beneran suka sama Elo!"

Shafa yang menengok kearah Sumber suara, mendapati pernyataan itu hanya dapat menngerjapkan mata berkali - kali.

Ia mengabaikan Andrew yang masih memasang wajah tampannya itu. Bakso di depan Shafa masih penuh. Ia melanjutkan aksi makannya.

Sedangkan para kakak kelas yang berada disana melongo tak percaya. Seorang Shafa mengabaikan Andrew yang sudah menjadi idola pawa wanita di sekolah.

"Shaf? Lo mau ngga jadi pacar gue?"

Tanyanya lagi karena tak mendapatkan balasan.

"Aw!" Gia menendang kaki Shafa. Gadis itu benar - benar kaku. Ia sangat sulit untuk didapatkan hatinya. Entahlah sudah berapa kali Gia mendapati kenyataan bahwa Wanita itu menolak banyak pria selama pertemanan ini.

"Itu denger ga Andrew bilang apa?"

Mata Gia melotot. Dia seakan jengah sudah dengan kawannya ini.

Kakak kelas yang berada diantara mereka masih setia mengamati kelanjutan drama spesial ini. Yang nantinya akan menjadi trending topik kedepannya.

"Gimana Shaf?" Tanya lagi, harap - harap cemas.

"Gue ngga suka sama elo Ndrew. Kan elo cuma teman gue"

Gia menepuk jidatnya. Sedangkan kakak kelas yang menonton, memekik tak percaya.

Andrew menutup matanya. Sial sudah, Shafa menolaknya. Namun bukan Andrew jika tidak memiliki kegigihan. Ia akan menyusun rencana sampai wanita ini jatuh cinta kepadanya.

"Oke! Gue akan buat elo suka balik ke gue!"

Andrew mencubit pipi Shafa sebelum meninggalkannya. Meski ada rasa sesak di hatinya, Andrew tetap bersikukuh untuk mendekati wanita itu.

****

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang