Don't put your expectations too high on me, because I write what runs through my imagination.
***
Sudah seminggu levon bersekolah dipaud milik granddanya, tak banyak yang berubah hanya saja semakin hari pria kecil bernama yong yang ia ceritakan pada orang tuanya seminggu yang lalu itu semakin membuat levon merasa kesal
"Kamu kenapa?" Tanya seorang gadis kecil pada levon yang sedang mengepal tangannya
"Tida apa-apa" levon menjawab dengan senyumnya guna menutupi rasa amarahnya saat ini
"Ini pewalna punya kamu" gadis itu menyodorkan kotak pewarna milik levon yang baru saja ia ambilkan dari loker kelas mereka
"Telimatatih minju" levon hendak mengambil pewarnanya namun seseorang membuat kotak itu terjatuh dan pewarnanya berserakkan dilantai kelas
"Oh? Maaf sengaja" ia tertawa puas dan tentu saja membuat levon lagi-lagi harus menahan dirinya agar tidak kelepasan namun sayang kali ini gadis kecil didepan levon tak lagi bisa bersabar
"Yaa!!! Yong kenapa kamu jahat sekali!" Minju berteriak kesal lalu ia membantu levon memberesi pewarna levon yang berserakkan dilantai
"Kenapa kamu membela anak yang tidak punya olang tua ini?" Levon mendengar itu langsung berdiri tegak menatap tajam pada yongin "kenapa? Aku salahkah? Atau sebenalna kamu memiliki olang tua tapi olang tua kamu tidak pelna ingin mengantalkan kamu kesekolah?" Ia terus memancing anak tiga tahun tujuh bulan itu
"Diamlah!" Teriak marah levon, tangannya mengepal, rahangnya mengeras
"Ck! Dasal olang tua tidak menyayangi anaknya" yongin kembali tertawa "kamu pasti ili padaku yang selalu diantalkan eommaku kan? Tidak sepelti eommamu yang tidak mengagapmu anaknya" levon benar-benar sudah berada dipuncaknya, selama ini ia selalu menahan dirinya untuk tidak melukai yongin sipria yang sangat menyebalkan dikelas mereka
Dan tak lama setelah ucapan yongin terlontarkan, terdengarlah suara tangisan yang sangat keras
"Huwaaa dalaaaaah... Kepala yong beldalah huwaaa dasal anak halam! Olang tua tida ada! Huwaaaa" levon semakin dibuat marah oleh yongin dan ia sekali lagi memukul wajah yongin yang membuat seluruh anak kelasnya berteriak histeris
"Astaga!!! Ada apa ini?! Omo lee yongin!!!" Sang guru panik kala melihat yongin yang menangis memegangi kepalanya dengan darah yang menyucur. Guru itu menoleh pada levon yang berdiri dengan santainya didepan yongin tak lupa tangannya yang masih mengepal erat
"Kim levon ayo ikut sseam sayang" levon hanya memberi ekspresi datarnya dan mengikuti sseamnya yang sudah berjalan keluar kelas dengan yongin berada digendongan sang guru
"Apa kita halus membeli tau sseam jika yong selama ini selalu mengganggu levon minju?"
Minju sedikit menggelengi kepalanya "Bialkan saja nji. Kalo sseam beltanya balu kita celitakan yang sebenalnya" balas minju gadis yang berumur empat setengah tahun sedangkan hyenji lebih tua sebulan dari minju
Levon terus mengikuti langkah kaki sang guru hingga mereka mencapai ruang kepala sekolah setelah mengantarkan yongin keruang kesehatan
"Levon sayang apa kamu yang memukul lee yongin hingga berdarah?" Tanya kepala sekolahnya dengan nada lembut, levon tak menjawab dia hanya diam dengan raut wajah tanpa ekspresi
"Kim levon, benar apa tidak sayang? Karna saat sseam masuk, hanya kamu yang berdiri tepat didepan lee yongin" kali ini sang guru yang bertanya. Merasa tak akan pernah ada respon dari levon, sang kepala sekolah menghubungi seseorang dari telfon sekolah yang ada dimejanya