Binar tersenyum kearah sosok yang berdiri tepat di depannya. "Mbak Ajeng." Sapanya pada Ajeng yang kini tepat berada didepannya.
"Hai, Bi. Apa kabar? Kamu sama dedek bayinya sehat kan?" Tanya Ajeng. Matanya melirik kearah perut Binar.
"Kami baik. Mbak sendiri gimana?" Tanya Binar balik.
"Aku baik." Jawab Ajeng.
"Bang Nanda di sana. Mbak gak mau ketemu dulu?" Tanya Binar. Kepalanya mengarah ke arah Nanda yang masih duduk di jok motornya.
"Nanti aja. Aku buru-buru." Jawab Ajeng sambil tersenyum.
"Mbak nomor WhatsApp aku,"
"Eh Bi kapan-kapan kita ngobrol lagi ya. Temanku udah nunggu di sana." Ujar Ajeng. Lalu melangkah buru-buru ke arah yang ditunjuknya tadi. Binar kembali kemotor Nanda setelah dia melihat Ajeng melompat ke boncengan seorang pria.
"Udah?" Tanya Nanda ketika Binar muncul di hadapannya.
"Udah." Jawab Binar sambil naik ke jok motor. Nanda menghidupkan mesin kendaraan beroda dua itu. Menyuruh Binar pegangan dengan erat lalu memacu motornya sedikit lebih cepat. Binar berpegangan erat pada jaket Nanda. Matanya tertutup menikmati rintik yang mengenai mukanya. Binar terlarut dalam hembusan dingin dan aroma jalanan Bandung yang mulai basah. Hujan deras langsung mengguyur tak lama setelah Nanda baru melewati pagar rumah. Nanda langsung memarkirkan motornya.
"Ayo cepat dek !" Ujar Nanda. Satu tangannya berada di atas kepala Binar. Melindungi perempuan tersebut dari butiran-butiran hujan yang semakin deras. Mereka beriringan memasuki rumah.
"Dek kamu belum minum susu kan? " Tanya Nanda. Tangannya gesit memindahkan kuah dan sate ke dalam piring.
"Belum. Lupa." Binar memang benar-benar lupa dan baru ingat kalau dia belum minum susu ketika akan tidur tadi. Binar menundukkan wajahnya ketika mendengar helaan napas berat dari Nanda. Bersiap akan diomeli namun Nanda malah bangkit dari kursi. Binar mengikuti gerak-gerik pria itu. Nanda membuka laci lalu mengambil kotak susu di sana. Membaca cara penyajian lalu mulai mempraktekkannya. Pria itu kembali ke meja makan sambil mengaduk segelas susu di tangannya.
"Maaf." Kata Nanda setelah menyodorkan susu ke depan Binar. Binar kebingungan ketika mendengar kata maaf keluar dari mulut Nanda. Sulit membedakan apakah itu sebuah bentuk permintaan maaf Nanda pada Binar atau tujuan pria itu hanya untuk menyindir Binar yang tidak minta maaf atas kesalahannya.
"Ma...maaf. Bi lupa lagi. Tapi sebenarnya tadi ingat cuma gak enak aja kalau harus nyuruh Abang buat nemenin ke rumah buat ambil susu lagi."
"Iya jangan diulangi lagi. Abang minta maaf juga karena udah marah-marah sama kamu tadi." Kata Nanda.
"Gapapa. Memang aku yang salah." Binar menyesali perbuatannya. Wajar jika Nanda memarahinya sepanjang perjalanan pulang dari klinik. Janin dalam kandungannya sangat memprihatinkan. Kekurangan gizi hingga hampir tidak ada perkembangan. Ini semua salahnya Karena tidak becus menjaga anaknya jadi Binar cukup maklum jika Nanda marah.
Keduanya menghabiskan makanan dengan tenang. Binar menawarkan diri untuk mencuci piring yang mereka gunakan. Namun Nanda melarangnya. Menyuruh Binar untuk segera istirahat. Binar menuruti lalu segera pergi dari dapur meninggalkan Nanda yang sedang membawa piring-piring tersebut ke wastafel untuk dicuci.
Walaupun Nanda menyuruhnya istirahat Binar tidak segera masuk ke kamar. Tujuannya adalah ke ruang keluarga. Membaca buku yang belum diselesaikan tadi. Setidaknya dia punya sedikit kesibukan daripada harus tidur di kamar Alma yang gelap. Halaman demi halaman selesai dibaca. Rasa mengantuk mulai menyerang Binar. Matanya memberat, beberapa kali kepalanya terangguk. Akhirnya Binar memilih merebahkan tubuhnya di sana sambil memeluk boneka sapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Touch (Tamat)
Random"Buka mata kamu. Jawab sambil liat abang! Kamu hamil?" "Emangnya kenapa kalau aku hamil?" Binar mendongakkan kepala lalu membuka matanya. Mencoba menghilangkan rasa takut dan memberanikan diri menatap mata tajam Nanda. Namun sejatinya dia tidak send...