Nanda berjalan menyusuri lantai parkiran. Kakinya melangkah tergesa. Ada urusan penting yang harus segera diurusnya tadi, akibatnya dia baru sampai di rumah sakit setelah magrib.
Drrrtt...
Nanda berhenti melangkah di depan koridor begitu merasakan ponsel bergetar di sakunya. Pria itu dengan susah payah memindahkan barang bawan dari tangan kiri ke tangan kanannya. Dia segera menyambungkan panggilan begitu melihat bahwa yang menelepon adalah Akmal.
"Kenapa?" Tanya pria itu tanpa basa-basi. Langkahnya terus menapaki lantai koridor.
"Lo di mana?"
"Aku udah di rumah sakit. Kenapa?"
"Oke cepat."
Panggilan terputus secara sepihak bahkan sebelum Nanda tahu apa alasan Akmal meneleponnya. Pria itu berlari kecil agar cepat sampai di kamar Binar. Dia khawatir jika terjadi apa-apa dengan perempuan itu.
Begitu sampai di depan kamar Binar Nanda segera meletakkan barang bawaannya di atas kursi tunggu. Pria itu mendekati pintu dan langsung bernapas lega begitu melihat Binar baik-baik saja di dalam sana.
Nanda menelepon kontak Akmal. Dia langsung memberitahu bahwa dia sudah di depan kamar rawat Binar begitu panggilan tersambung. Akmal keluar tak lama setelah panggilan ditutup.
"Lo lama banget."
"Sorry, ada urusan penting tadi. Tapi selama aku di luar, Binar gapapa kan?"
"Dia lapar."
"Ini bawa masuk." Nanda menunjuk ke arah barang bawaannya.
"Semua buat Binar?" Akmal mengernyit saat melihat barang bawaan Nanda yang cukup banyak.
"Iya." Angguk Nanda.
"Lo aja yang bawa masuk. Gue mau pergi."
"Kamu bisa pergi setelah membawa Ig ke dalam." Saran Nanda. Dia tidak mungkin masuk ke dalam. Pria itu sejak kemarin hanya bisa mengintip dari pintu. Binar menolak bertemu langsung dengannya. Jika Binar memang maunya begitu, Nanda tidak bisa membantah.
Akmal menghela napas panjang lalu membawa barang bawaan Nanda dengan susah payah. "Lo mau pindahan apa gimana sih." Protesnya.
Nanda hanya terkekeh. Dia memang membawa berbagai hal yang sekiranya dibutuhkan Binar. Pria itu membawa 1 parcel besar berisi berbagai macam buah. Dia juga membeli berbagai makanan sehat yang disukai Binar. Perempuan itu menolak memakan makanan rumah sakit dan hanya nyemil buah sejak kemarin jadi Nanda memutuskan membeli berbagai varian makanan agar perempuan itu tidak hanya memakan buah saja. Dia juga sudah konsultasi ke Siska untuk menanyakan makanan apa saja yang aman dikonsumsi oleh perempuan hamil itu.
"Mal ini selimutnya ketinggalan." Nanda langsung menghampiri Akmal dan meletakkan paper bag berisi selimut di atas barang yang sudah menumpuk di dekapan Akmal.
"Lo ngapain bawa beginian?"
"Selimut rumah sakit tipis." Nanda memang sengaja membawa selimut yang lebih nyaman untuk Binar agar perempuan itu bisa tidur nyenyak. Selimut rumah sakit yang cukup tipis itu pasti akan membuat perempuan itu kedinginan di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Touch (Tamat)
De Todo"Buka mata kamu. Jawab sambil liat abang! Kamu hamil?" "Emangnya kenapa kalau aku hamil?" Binar mendongakkan kepala lalu membuka matanya. Mencoba menghilangkan rasa takut dan memberanikan diri menatap mata tajam Nanda. Namun sejatinya dia tidak send...