"kapan kami bisa cerai?"
Semua orang tersentak kaget. Terdiam dalam hening, menatap serius kearah Binar. kecuali Nanda yang masih terbatuk-batuk karena tersedak akibat mendengar pertanyaan itu. Setelah meminum segelas air yang disodorkan mamanya, Nanda menatap kearah Binar yang duduk didepannya. Demi tuhan dia baru saja mengucapkan ijab kabul pagi tadi dan sekarang bahkan belum sampai dua puluh empat jam mereka menjadi suami istri binar telah menanyakan kapan mereka dapaat bercerai.
Bunda yang duduk disamping besannya itu tertawa berusaha mencairkan suasana. Sementara kakinya sibuk mencari kaki binar dibawah meja.
"Jangan becanda pas lagi makan dong, Bi. Kasian Nanda sampe tersedak." Ucap bunda diakhiri kekehan. Mirna dan ayahnya ikut tertawa ketika bunda memberi kode kearah mereka. Sementara Nanda dan mamanya masih terdiam, tahu betul kalau Binar tidak melemparkan pertanyaan itu sebagai candaan.
"Bunda, aku seri...awwww." binar menjerit kesakitan sebelum menyelesaikan perkataannya. Bunda menemukan kaki yang tepat untuk diinjak. Dengan penuh kekesalan Binar melihat kearah bundanya. Wanita yang hampir memasuki usia paruh baya tersebut mendelik kearah Binar. Memberi ancaman. Binar mendengus lalu kembali menyendokkan nasi kemulutnya.
Selanjutnya acara makan siang tersebut berjalan lancar. Alma, Mirna dan bundanya sibuk menggosipi tetangga. Setelah selesai membahas satu tetangga, lompat ke tetangga lainnya. Pembahasan bertalngsung seru. Di samping binar ayahnya hanya diam menikmati makan siang dengan hikmat berbeda dengan Binar yang melahap makan siang tersebut dengan penuh tenaga. Menimbulkan dentingan-,dentingan keras dari sendok yang bradu dengan piringnya. Lain hal pula dengan Nanda yang sejak tadi hanya diam saja. Namun matanya tidak berpindah dari perempuan di depannya. Nasi di piringnya yang baru dimakan beberapa suapan kini terlupakan. Pertanyaan yang diajukan Binar kini terus berputar di kepalanya. Pertanyaan yang Nanda sendiri buntu terhadap jawabannya.
"Mbak keknya kami harus pulang sekarang. Ayahnya Binar harus balik kekantor lagi. MakSih banget untuk makan siangnya. Kapan-kapan gantian kalian yang makan di rumah kami." Bunda bangun dari tempat duduknya. Diikuti seluruh orang yang duduk di situ.
" lah iya pasti itu, rumah kita kan dekat. Nggak nyangka aja punya besan di depan rumah." Alma berkata sambil tertawa.
"Ya mau gimana lagi. Anak-anak jodohnya dekatan." Kini giliran bunda yang tertawa. Binar sendiri hanya memutar bola matanya ketika bunda dengan sengaja menekankan kata jodoh.
Dirasa sudah cukup bercakap-cakap nya kedua keluarga itu pun akhirnya berjalan beriringan menuju pintu. Mengantar kepulangan Binar dan keluarganya. Tetapi ketika sudah tepat berada di depan pintu nyatanya bunda tidak ingin mengakhiri pembicaraan hari ini, karena dia mengeluarkan kata-kata yang membuat Binar naik pitam.
"Bi, apa kamu gak mau tinggal disini aja?" Mulai bundanya.
" ngapain?" Tanya Binar bingung tapi dalam hati dia sudah tahu kalau kata kata bunda selanjutnya akan membuatnya kesal.
" ya karena kamu bandel. Makan nggak teratur, minum susu juga jarang. Pokoknya kalau nggak diingetin kamu itu sering lupa. Bunda masih punya ayah dan Mirna yang tingkat kemanjaannya juga tak kalah dari kamu. Intinya bunda itu sibuk banget dan gak sempat jagain kamu dengan baik. Kalau di sini kan ada Nanda dan mamanya yang bisa jagain kamu dengan baik. Bisakan mbak?" Kata bunda pada mama dari menantunya itu. Sentara Binar mulai menghujat ibunya dalam hati. Mungkin nanti Binar akan menanyakan apakah bunda benar-benar ibu kandungnya. Fakta-,fakta tak masuk akal yang menamparnya akhir-akhir ini disertai sikap bunda yang niat sekali mengusirnya dari rumah di hari pertama dia menjadi istri orang sungguh membuatnya ingin bertanya. Ibu macwm apa itu?
"Ya bisalah, akunya tambah senang kalau ada yang bisa dimanjain. Bisa punya teman di rumah juga. Nanda mah, jangankan manja-manja. Berada di rumah aja jarang. Tapi tergantung anak-anak sih maunya gimana. Terserah mereka mau tinggal di rumah kamu atau tinggal disini. Atau mungkin mereka pengen punya rumah sendiri biar mandiri. Kalau sama aku gimana baiknya aja." Jawab Alma sambil sekali-kali melirik kearah Nanda dan Binar. Keduanya hanya terdiam mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Touch (Tamat)
De Todo"Buka mata kamu. Jawab sambil liat abang! Kamu hamil?" "Emangnya kenapa kalau aku hamil?" Binar mendongakkan kepala lalu membuka matanya. Mencoba menghilangkan rasa takut dan memberanikan diri menatap mata tajam Nanda. Namun sejatinya dia tidak send...