Permen

2.6K 287 12
                                        

.

.

.

|Limerence;|

   Kaki jenjang itu meloncat kecil sembari mengayunkan gandengan tangannya, Adelio dan Deon lagi jalan jalan sore ke taman.

Beruntung sebelumnya, Deon memang selalu bertanya tanya dan keluar untuk mengetahui daerah rumah barunya.

"Kakak seneng?"

Adelio mengangguk semangat, kakak nya ini memang jarang di bolehkan untuk keluar rumah, mama itu overprotektive banget sama si kakak.

Makanya Deon mengajak plus minta ijin dulu buat ngajak Adelio keliling komplek, sekalian nikmatin angin sore.

"Deon, kakak mau es krimmm~"

   Adelio bergelayut manja di lengan yang lebih besar dan lebih keras, sambil kedip kedipin matanya nunjuk salah satu stand yang paling mencolok.

"Euumm .."  Deon bingung, kakak nya itu hanya boleh makan es krim seminggu dua kali.

Sedangkan seminggu ini sudah dua kali di kasih es krim sama mama, boleh kah?

Deon tak tega melihat kakaknya mohon mohon manja gitu hanya karena sebuah es krim.

"Seminggu ini kan udah, kita udah dua kali makan eskrim."

"Eng .." mata yang tadinya berbinar terang perlahan meredup, bibirnya melengkung sedih. "Lio mauu~"

Gini gini, kalo apa yang dia pengen tapi ga di turutin, bakal sok manja plus sok imut.

"Aduh, Deon tanya mama ya?"

   Manik bulat yang awalnya redup kembali lagi binarannya, seakan kayak mendungnya sudah hilang dan hanya sementara.

Gampang banget balikin mood.

"Kakak tunggu sini, janji.--" Adelio menyodorka jari kelingkingnya tepat ke depan muka si adek.

"--kakak ga nakal."

Deon menghela nafas pasrah, beginilah kalo ga kuat ngehadepin kakak imut nya kadang dia frustasi, kenapa Adelio bisa jadi kakaknya?

Adek kan bisa, atau anak orang lain gituu entar Deon pacarin hehe.

"Tunggu sini."  Setelah mengusak kepala kakaknya dengan lembut, pemuda sekolah menengah itu langsung berlari kencang.

Secepet mungkin agar sampai rumah, tak ingin berlama lama meninggalkan kakanya

   Sedangkan Adelio yang di tinggal asik sendiri duduk di bawah pohon rindang sambil senandung kecil.

Sampe ga sadar kalo ada orang lain yang juga duduk di samping nya.

"Hai?"

"Ung?" Pipi chubby itu bersemu, mata nya membulat karena ada orang asing yang menyapa lebih dulu.

Mana ganteng lagi.

"Sama siapa?"

"Lio sama adek, tapi adek nya Lio lagi pulang."

Pemuda dengan manik tajam itu tersenyum kaku, satu tangan nya terulur dengan tangkai permen.

"Kenapa pulang?"

"Makasih~! Soalnya Lio mau eskrim, tapi minggu ini udah dua kali."

"Ohh, kenalin ... Ezra."

Dengan semangat Adelio menyodorkan lengan kanannya untuk bersalaman, kurva tipis itu tersenyum manis.

"Aku .. Adelio-!!"

   Ezra tersenyum kecil, lanjut memandangi tangannya yang tadi baru saja bersentuhan dengan tangan laki laki mungil di sampingnya.

Badannya yang tegap juga kekar membuat dirinya terlihat seperti seorang 'bapak' dengan satu anak. Tapi gapapa,

Selagi orang di samping nya imut Ezra mah teroboss.

"Lio baru pindah?"

"Iya-!!" Serunya semangat, bikin mata nya ikut sipit.

"Aku udah lama di sini."

"Oh ya? Berapa lama?"

   Ezra diam membisu, tatapan mata nya sudah tak lagi fokus dengan manik berbinar di samping nya. Rasanya tanah lebih menarik di lihat.

"Lama banget."

Adelio nunduk untuk melihat wajah pria yang baru di kenalnya, mata indah itu membulat penuh keingin tahuan. "Banget banget nya bangetttt?"

Pemuda manik elang itu terkekeh. "Iya banget."

"Li--





"Kakakk-!!"

   Ucapan Adelio terputus saat terdengar teriakan adiknya, Deon lari menghampiri kakaknya yang lagi senyum menunggu Deon mendekat.

Deon ngos ngos an. "Lama banget?"

"Enggak. Tadi Kak--

   Pemuda di samping nya sudah tidak ada, mungkin dia pergi saat melihat Deon datang?

"Permen dari siapa?"

"Kepoo."

"Jan--

"Udah, ayo pulang. Kakak udah ga mau eskrim."

Deon tersenyum miris. "Aku bangga punya saudara kayak kakak."

|Limerence;|

.

.

.

Tbc


Limerence; ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang