•
•
•"Dasar Anak Bodoh!"
"AAAARRRGGGHHHH!!!!" Ia berteriak kesakitan, saat orang yang ia panggil dengan sebutan 'Mama' itu menekan bekas luka tembakan di tangannya yang mana pelurunya sudah dikeluarkan dan sudah dijahit.
"Masih beruntung pelurunya tidak terlalu dalam, Kamu bisa mati sia-sia jika seperti itu, Juno!" Mendengar ucapannya, pemilik nama yang disebut menyeringai kecil.
"Bukankah Anda ingin Saya mati? Haha.. bahkan Anda tidak punya hati!" Tidak dengan nada tinggi, atau pun membentak, itu saja sudah membuat 'Mama'nya semakin marah. "Kau tidak tahu apa-apa, Bocah! Tutup mulutmu dan jangan keluar dari kamar, mengerti?!" Juno hanya diam menatap kepergiannya, ia kembali dikunci di kamar.
"Ck, percuma saja diperban!" Tangan kirinya memegangi perban yang berada di tangan kanannya tepat di atas bekas jahitan. "Perban asal-asalan, pelurunya saja dikeluarkan dengan caranya sendiri." Juno menendang-nendang pelan ranjang di kamarnya, tidak punya cukup tenaga untuk melampiaskan kekesalannya.
"Sunu, apa Juno harus tetap menyerah? Juno lelah, Juno sudah melakukan semuanya.. Tidak ada satu pun yang berhasil, ck!" Karena lemas, akhirnya ia memilih berbaring di atas kasur, memejamkan matanya dan tak lama pun tertidur.
"Jangan mencariku, Juno!"
Juno tertidur hingga jam makan malam tiba, sampai ia merasa pipinya ditepuk-tepuk pelan yang membuat tidurnya terganggu. "Ish.. SiapaㅡSUNU?!" Matanya membulat seketika, dan seperti biasa dalam satu kedipan sosok kembarannya itu kembali menghilang.
"Akh.. Kebiasaan!" Gerutunya kesal, ia perlahan-lahan mengubah posisinya menjadi duduk. Sebelum beranjak dari sana untuk mengambil jatah makan malamnya.
"Juno, cepat ambil makananmu!" Dengan segera ia mengambil jatah miliknya yang sudah disiapkan di meja, lalu.. duduk di kolong meja makan yang ukurannya cukup besar.
"Lebih baik makan sendiri di kamar, bukan?"
Keheningan menguasai yang berada di sana, hanya terdengar suara dentingan kecil dari piring dan sendok atau garpu yang beradu.
DUGH!
"Oops! Maaf, Sayang! Kaki Mama gatal!" Wajah Juno kini terasa ngilu terkena kaki Mamanya, lebih tepatnya pada hidungnya. Tapi, ia tidak terlalu peduli dan kembali melanjutkan makannya.
"JUNO!" Ia ditarik keluar secara paksa, lehernya dicengkram kencang. "Katakan.. Iya, Mama.. Juno memaafkan Mama dan tidak marah pada Mama! Cepat, katakan!"
"I-iya, M-mama.. J-juno memaafkan Mama dan t-tidak marah pada Mama!"
"Jangan meninggikan suaramu!!"
PLAK! PLAK!
"KATAKAN LAGI!"
"I-iya, M-mama.. J-juno m-memaafkan Mama dan tidak marah pada M-mama.."
"Anak pintar!" Cengkraman lehernya dilepas, tubuhnya sedikit oleng ke belakang. Maid di sana menangkap tubuhnya, membantunya kembali berdiri tegak.
"Kembali ke kamar, obati pipi dan hidungmu!" Juno mengangguk patuh, dan segera pergi ke kamar. Mengobati dirinya di depan kaca. Pipinya masih terasa panas..
"Juno, jangan sekali-kali Kamu membantah Mama. Percuma saja, yang ada Kamu akan dapat tamparan dan pukulannya lagi. Tenaga Mama kita tidak main-main, lho!"
"Hehehe.. Sunu.. Jangan tinggalkan Juno.."
"Sunu akan selalu bersama Juno!"
"Jangan menangis, Juno!"
"AARRGGGHHHH!!! AKU BENCI SUARA-SUARA ITU!!!"
"Apa.. Aku harus tetap menyerah?"
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR FANTASY [END]
Fantasy❝The Real Of Special❞ Orang yang membaca cerita ini, akan dipenuhi dengan tanda tanya. Dan sebab itulah kehidupan yang rumit banyak teka-teki. Sepasang kembar remaja laki-laki ini akan memberikan contoh untuk kalian apa yang dimaksud dengan kehidupa...