•
•
•"Tina, Dia masih hidup?"
"Dia masih hidup, Jiya.. Dan anehnya, tidak ada satu pun dari kita yang bisa menemukannya!"
•
•
•
"Setiap langkahmu, nafasmu, tangisanmu, sakitmu, juga suasana hatimu yang selalu berubah-rubah adalah milikku juga, Sunu.. Kau di mana.."
"Juno masih bernafas, berarti Sunu juga masih bernafas.. Kalau Sunu tidak menyerah, maka Juno juga tidak akan menyerah.."
"Kita selalu berjuang bersama, Juno.. Di tempat yang berbeda, di waktu yang bersamaan!"
"Kau mengatakan hal itu setelah memasangkanku kalung, bukan? Seolah-olah itu akhir dari kisah kita.."
BRAK!
"JUNO!" Ia melihat beberapa Pria berbadan besar dan kekar membuatnya reflek menjauh dari ranjang.
"Bawa Dia!"
"M-ma.. Mau ngapain?!" Juno berusaha melarikan diri, namun percuma saja karena ia dengan cepat diangkat seperti karung beras oleh salah satu Pria suruhan Mamanya.
Tangan kirinya memukul-mukul punggung Si Pria tersebut yang bagi pemilik punggung bukanlah apa-apa. "Diamlah, Juno! Itu tidak sopan!" Tegur Mamanya dengan tatapan tajam.
"Anda yang lebih tidak sopan!"
PLAK!
"Jaga bicaramu, Bocah!" Ia tidak bisa melakukan apa pun selain berdo'a dan pasrah, tangan kanannya saja masih sakit jika digerakan sedikit. Sampai ia dimasukkan ke sebuah ruangan yang asing di pandangannya, dijatuhkan ke lantai begitu saja, dan diikat seluruh tubuhnya dengan rantai besi.
"AKH! SAKIT, BODOH!" Teriaknya tepat di depan wajah orang yang mengikatnya, rantainya mengenai bekas jahitan di tangan kanannya.
"Hey, yang benar saja? Jangan mengenai bekas jahitannya!" Orang itu hanya mengangguk patuh dan membetulkan posisi rantai besinya.
"Tugas kalian sudah selesai, kembalilah ke tempat masing-masing!" Semuanya keluar dari ruangan sesuai perintahnya, tersisa ia, Juno, dan..
"Bantu Aku, Tina!" Pintanya pada Wanita yang tengah duduk di atas meja tidak jauh dari mereka.
"Halo.. Juno? Anak manis yang malang.. hm? Bagaimana kabarmu, baik? Di mana kembaran kesayanganmu, Juno?" Wanita itu, Tina, menghampirinya. Mencengkram dagunya, memaksa kepalanya mendongak menatapnya.
Juno menyeringai kecil sebelum menjawab. "Anda pikir Saya peduli? Bukankah kalian yang menyembunyikan kembaranku?"
PLAK! PLAK!
"JAWAB YANG BENAR, JUNO!"
"Shh.. Tenang, Jiya! Aku bisa menanganinya, Kau tunggu di luar saja."
"Ingat, jangan sampai Kau membunuhnya!" Peringatnya tegas, lalu pergi keluar meninggalkan keduanya.
"Katakan, di mana kembaranmu? Saya pikir.. Dia masih hidup?" Tina melepas cengkramannya, berjalan menjauh untuk kembali duduk di atas meja satu-satunya yang berada di sana.
"Hey, Wanita Tua! Mengapa Anda bodoh sekali? Anda pikir Saya punya kekuatan Teleportasi macam Ochobot di Boboyboy, bisa berpindah ke mana-mana sesuai keinginan Saya untuk pergi bersama Sunu? Akh, atau.. pintu ke mana saja milik Doraemon? Yang benar saja, hey?"
"Wanita Tua? Hey, Saya tidak setua itu! Apa Saya terlihat tua di matamu?"
"Anda seumuran Mama Saya, 'kan? Jelas Anda sudah tua. Bahkan, make-up mahal milik Anda saja masih bisa memperlihatkan kerutan menua di wajah Anda!" Tina mengambil cermin kecilnya dari saku kemejanya, memeriksa apakah benar apa yang dikatakan Anak Temannya ini.
"Enyah saja Kau, sialan!" Juno tertawa kecil mendengar umpatannya, sebelum Tina kembali menghampirinya dan menendang kencang tangannya yang terluka.
"AKH!"
"Cepat atau lambat, kisah kalian akan segera berakhir.. Juno, Sunu!"
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR FANTASY [END]
Fantasy❝The Real Of Special❞ Orang yang membaca cerita ini, akan dipenuhi dengan tanda tanya. Dan sebab itulah kehidupan yang rumit banyak teka-teki. Sepasang kembar remaja laki-laki ini akan memberikan contoh untuk kalian apa yang dimaksud dengan kehidupa...