•
•
•Saat ini, keduanya sedang duduk menyilang di hadapan seseorang. Terlihat asap abu-abu yang bahkan hampir menghitam mengelilingi sekitaran mereka. Mulut dari seorang yang tidak diketahui itu tampak mengucapkan sesuatu yang sekiranya asing bagi orang-orang.
"Akan sangat sulit membuat mereka saling membenci, seseorang sudah mengunci ikatan mereka. Satu-satunya jalan hanyalah memusnahkan mereka dengan tangan kalian, Nyonya-Nyonya.."
"Sungguh, tidak ada cara lain? Kami tidak sanggup menemukan dan melawan mereka jika sudah bersama!"
"Ada satu.. namun, resikonya sangat besar.."
"Apa itu, katakan!"
"Resikonya jika gagal, maka kalian yang akan terbunuh."
•
•
•"Perketat penjagaan dan jangan ada yang keluar-masuk gerbang, hal-hal ghaib bisa saja datang kemari lagi. Kuharap, kalian bisa bekerja sama!"
"Siap, Tuan Muda!" Mereka bubar ke aktifitas masing-masing setelah dikumpulkan Sunu dan diberi perintah.
Ia beralih menuju kamar Adiknya, sesampai di sana, dapat terlihat Hajun yang tengah merapihkan kamar Juno. "Kebetulan sekali, Juno baru saja selesai memakai pakaiannya!"
Sunu menyilang tangannya di depan dada dengan alis yang naik sebelah. "Dia pakai sendiri, atau Kak Hajun yang makein?"
"S-saya yang makein.."
"Ung? Ada Sunu, Juno udah mandi!" Juno berlari kecil menghampirinya, memeluknya erat dan sedikit mendusel kecil.
"Good Boy, sarapan dulu, yuk? Nanti Sunu suapin!" Ia mendongak dan mengangguk-ngangguk cepat. "Ayo!" Keduanya pergi ke ruang makan, tak lama disusul oleh Hajun.
"Juno, jangan coba-coba keluar-masuk gerbang, ya? Jangan bertanya dan menurut, Kak Hajun juga sama."
"Yeah, dimengerti~" Jawabnya sambil melahap suapan pertama dari Sunu.
Selesai sarapan, mereka pergi ke tempat khusus untuk latihan tembak-menembak. Sunu mengajari Juno dengan perlahan dan ekstra hati-hati, ditambah Juno kalau terkejut mendengar sesuatu yang tidak biasa, akan menangis.
"Fokus pada titik itu, anggap Dia lawanmu.. Dan, tembak!"
DOR!
"Juno hebat! Latihannya dilanjut sama Kak Hajun, ya.. Sunu harus nyelesain sesuatu di kamar!" Juno menoleh dengan bibir yang sedikit mengerucut.
"Kenapa~"
"Jangan merepotkan Kak Hajun, okay!" Ia mengusak pelan kepala Juno dan pergi.
Hajun melatih Juno sekitar 1 jam, setelah itu keduanya beralih bermain game di ruangan khusus. Sampai di tengah permainan, ponsel Hajun berdering.
"Kak Hajun! Kunci pintu ruangan dan tumpuk beberapa barang berat agar menguatkan pintu! Tetap di ruangan, jangan ke mana-mana! Kalau bisa, jangan berisik dan pakaikan Juno headset agar tetap diam, tidak panik!"
"B-baik!"
"Kenapa, Kak?" Bingungnya melihat Hajun beranjak terburu-buru setelah panggilan terputus, mengunci pintu, melakukan apa yang diperintahkan Sunu.
Tanpa mengatakan apa pun, Juno mematikan permainannya dan beralih membantu Hajun yang mendorong beberapa barang berat seperti lemari ke arah pintu. "Apa terjadi sesuatu di luar?"
"Sepertinya, kita akan tetap di sini sesuai perintahnya. Juno, pakai headset dan tontonlah sesuatu untuk mengalihkan perhatianmu. Tapi, jangan berisik, okay?"
Ia menurut dan melakukan sesuai arahan Hajun, sedangkan Hajun berdiri beberapa meter dari pintu. Tangannya kembali mengeluar ponselnya dari saku celananya dan melihat siaran langsung cctv rumah Sunu ini.
"God, Dia melakukannya.."
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR FANTASY [END]
Fantasi❝The Real Of Special❞ Orang yang membaca cerita ini, akan dipenuhi dengan tanda tanya. Dan sebab itulah kehidupan yang rumit banyak teka-teki. Sepasang kembar remaja laki-laki ini akan memberikan contoh untuk kalian apa yang dimaksud dengan kehidupa...