•
•
•Juno bersandar lemah di atas bankar rumah sakit. Sudah 3 hari lebih sejak Sunu menghilang dan dirinya terjatuh dari tangga.
"Apakah Tuan Muda lapar?" Tawarnya dengan hati-hati. Melihat Juno terus saja melamun, pandangan kosong.
"Aku ingin minuman bersoda, dingin.. Juga coklat manis.. dan es krim.. Bisakah Aku mendapatkannya?" Kepalanya mendongak menatap Pria suruhan Mamanya yang menjaganya.
"Tentu, Tuan Muda!" Ia mengambil ponselnya, memesan keinginan Juno lewat panggilan pribadi.
"Sudah dipesan, tinggal tunggu.."
"Kak, bisakah Aku memanggilmu dengan 'Kak'?" Tanyanya memecahkan keheningan.
"O-oh? B-boleh saja.. Saya juga masih muda.. Senyamannya saja, Tuan Muda!"
"Yeah, siapa nama Kakak?"
"Panggil saja Hajun. Saya 3 tahun di atas Anda, Tuan Muda.."
"Woah, muda sekali! Aku tidak menyangkanya, salam kenal, Kak!" Hajun hanya mengangguk kaku, sedikit takut.
"Kaku sekali, jangan takut, Aku gak makan Kakak! Gak tau kalo nanti, hehe?" Ucapannya malah membuat Hajun menggaruk lehernya canggung.
"Bercanda, hihi!" Keduanya berbincang kecil sembari menunggu pesanan datang. Kini Hajun mengambil pesanan Juno yang sudah diletakkan di meja oleh seorang pengantar.
Juno memakan es krim terlebih dahulu, kemudian coklat batang, dan terakhir minuman dingin bersoda hingga habis bersih. "Terima kasih karena telah menolongku hari itu, Kak!"
"Tiba-tiba sekali, bukan masalah, Tuan Muda!"
"Jangan panggil 'Tuan Muda', Juno saja! Selama Wanita Tua itu tidak ada!"
"B-baik, J-juno.."
"Kakak bisa jaga di luar dulu, gak? Juno mau sendiri, bentar aja.."
"Tentu, jangan aneh-aneh, ya!" Hajun keluar membawa bungkus sampah bekas pesanan tadi, menutup pintu dan duduk di kursi panjang.
Juno menghela nafas pelan. Tangannya berusaha meraih kalung di lehernyaㅡ
"Kalungnya ke mana?!?!"
Otaknya mencoba mengingat kembali di mana terakhir kali melihat kalungnya..
"S-sunu..?"
"Kalung ada, Aku ada.. Kalung tidak ada, Aku tidak ada.."
"Kemarin masih ada! T-tidak mungkin, 'kan.. Jangan seperti ini, Juno takut!" Ia menolehkan kepalanya ke sana kemari, tak lama terdengar isakan kecil.
"S-sakit.."
Ceklek!
"Juno!" Seseorang memasuki ruangannya, berlari kecil menghampirinya, memeluknya yang membuatnya membeku.
"Jangan menangis.. Perutmu keram lagi, berhenti menangis!" Juno melepaskan pelukannya, menatapnya bingung, menggelengkan kepalanya cepat.
Sepasang tangan menghentikan pergerakan kepalanya. "Kau akan pusing jika seperti itu, Juno.." 2 pasang mata mereka saling menatap satu sama lain, tatapan dalam yang tidak bisa diartikan.
"K-kau.."
"Iya, Aku Sunu.. Sunu sudah kembali untuk Juno, hm? Maaf, membuatmu menunggu begitu lama.." Juno tidak menjawab apa pun selain menatapnya tidak percaya.
"Kau bisa merasakannya.." Sunu menarik pelan sebelah tangan Juno, mengarahkannya ke atas dada kirinya tepat di mana dapat dirasakan jantungnya yang berdetak.
"J-juno.." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Juno sudah pingsan begitu saja.
"JUNO! JUNO! KAK HAJUN, TOLONG JUNO!"
"Maaf, Juno!"
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR FANTASY [END]
Fantasy❝The Real Of Special❞ Orang yang membaca cerita ini, akan dipenuhi dengan tanda tanya. Dan sebab itulah kehidupan yang rumit banyak teka-teki. Sepasang kembar remaja laki-laki ini akan memberikan contoh untuk kalian apa yang dimaksud dengan kehidupa...