10 Romantis ala fakih

33 2 0
                                    

🍃 Happy Reading🍃



Sabil sedang menunggu pesanannya jadi. Didepan penjual pecel leleh ia berdiri sambil memegang segelas teh dingin di tangannya.

"Berapa buk?"   Tanyanya, Sabil meletakkan piring itu diatas meja didekatnya. 

" lima belas ribu, neng."

Sabil merogoh totebag yang melingkar dibahunya, hendak membayar.

"Bu, air mineralnya satu"

Dan suara itu sukses membuatnya berhenti bergerak lantas menolehkan kepalanya kesamping, dimana ada sosok lelaki jangkung  yang berdiri disebelahnya. Dan Sabil merutuki jantungnya yang berdebar keras lantaran hal sepele seperti ini.

Kenapa hanya berdiri disebelah dengan fakih saja bisa membuat jantungnya berdebar tak karuan? Lebaykah, ia Sabil rasanya jantungnya mulai lebay.

"Air dingin kih?" Tanya ibu kantin pada fakih.

Sabil yang merasa bahwa ia harus cepat-cepat pergi agar bisa bernapas lebih lega, tapi ada yang janggal sedari tadi ia menggorek totebagnya, tak ia temukan juga dompet Pingky milikinya.

Sabil meringis, sepertinya dompetnya ada didalam tas milik zaskiya. Ah, bodoh sekali. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok Kiya. Namun tak bisa ia temukan. Sepertinya sahabatnya itu masih berada di toilet. Sabil tebak pasti sedang berdandan ria.

"Eumm buk, saya lupa bawa uang."

Percayalah Zahra menahan malu saat mengatakan itu. Ditambah lagi ada fakih yang masih berdiri disebelahnya dan ia rasa baru saja meliriknya.

"La kok bisa lupa Bawak uang?"

"Sabil meringis pelan, ia dompet saya kayaknya ketinggalan." Sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Berapa Bu? "

"Oh, tiga ribu kih."

"Ini sekalian sama sabil."

Deg

Oke, Sabil harus menyudahi kelebayan jantungnya ini yang melebihi batas daya, karena ia mendengar fakih menyebut namanya.

Pedagang itu mengambil uang lima puluh ribuan yang fakih serahkan lalu memberikan sisa kembaliannya.

Setelah mengambil uang kembaliannya fakih berlalu begitu saja dari sana. Tentu Sabil tak tinggal dia. Ia berjalan mengikuti dibelakang. Sudah dua kali Sabil berada diposisi dan situasi sekarang. Sungguh Sabil tak berani berjalan disebelah fakih, ia takut akan membuat kakak seniornya ini tidak nyaman.

"Makasih ya, nanti aku ganti."

"Gak usah, gak papa."

Sabil memperhatikan bahu lebar itu, fakih berjalan tegak didepannya.entah kenapa Sabil merasa aman berjalan dibelakangnya.

"Nanti tetap aku ganti, nggak boleh bilang nggak."

Meski kurang yakin, namun sepertinya Sabil melihat dari samping wajahnya kalau fakih tersenyum. Lalu ia melihat kepala lelaki itu mengangguk sekali. Mungkin fakih menghargai keputusan Sabil untuk mengembalikan uangnya Sabilpun tersenyum.

SABILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang