"Apa yang kau lakukan Blaze Calder?" Blaze langsung terlonjak kaget saat seseorang menegurnya dari belakang. Seorang cowok berambut silver tengah menatapnya tajam sambil melipat tangannya di depan dada. Blaze buru-buru menutup kotak coklat itu dan mendorongnya dengan kaki ke bawah kasurnya.
"Itu bukan urusanmu Aldrich Maxwell," balas Blaze sambil menatap Aldrich dengan sinis. Aldrich hanya tertawa kecil lalu mengangkat kedua bahunya.
"Ya... mungkin kau tidak ingin mengakuinya sekarang. Tapi... aku akan mengetahuinya suatu saat." Aldrich tersenyum tipis. Dia langsung naik ke atas tempat tidurnya sambil membuka buku-buku yang tadi dipinjamnya di perpustakaan. Blaze masih menatap Aldrich sinis hingga akhirnya dia memutuskan untuk tidur.
"Oh ya, omong-omong kau mengenali gadis tadi?" tanya Aldrich sebelum Blaze menutup matanya.
"Tidak, kami hanya berpapasan beberapa kali," jawab Blaze dengan alis tertekuk karena merasa sedikit kesal mengingat gadis berambut hitam itu. Dia yakin orang yang memperhatikannya di depan gerbang tadi pagi adalah gadis itu.
***
"Haha.... Lihatlah dia tidak memiliki sihir, bahkan dia tidak bisa berubah bentuk. Sangat memalukan."
"Kalau aku jadi dia mungkin aku tidak akan masuk ke sini, tapi aku rasa aku tidak mungkin menjadi seperti dia. Kan aku normal sedangkan dia sangat jauh dari kata normal."
"Ooouh... sangat disayangkan, meskipun dia berasal dari Pulau yang melahirkan Rizarth Multae Artes dan tapi dia tidak memiliki kesaktian. Kasihannya..."
"Hei kau, sebaiknya kau pergi dari sini. Tidak akan ada yang bisa kau lakukan di sini, kemungkinan terbesar kau hanya akan dianggap sampah di sini."
"Tolong jangan bicara seperti itu." Rala menutup telinga rapat.
"Oh sayang... jangan seperti itu. Kau harus menerima kenyataan kalau kau memang dilahirkan sebagai seorang yang cacat ha..ha...ha..."
"Tidak...jangan." air mata berlinang di netra ungunya itu.
"Sebaiknya kau PERGI dari sini."
"Ibu harap, kau tidak mengecewakan ibu."
"Ibu.... aku takut...." Rala berjongkok sambil memeluk tubuhnya.
"Ibu...." setetes air mata mengalir di pipinya.
"Rala..." tiba-tiba tubuh Rala serasa digerak-gerakkan.
"Rala...kau kenapa?" terdengar suara seseorang yang cemas.
"Ibu..." panggil Rala lirih.
"IBU..." tiba-tiba Rala berteriak memanggil ibunya dan langsung terduduk dari posisinya sekarang. Rala melihat sekeliling, dia masih berada di kamarnya. Dan seorang gadis berambut pirang yang duduk di sebelahnya memperhatikannya dengan raut wajah cemas.
"Rala kau kenapa? Kau bermimpi buruk?" Firin bertanya panik sambil memegang tangan dan punggung gadis itu. Rala mengusap wajahnya yang basah oleh keringat, bahkan rambutnya sampai berantakan.
"Bodoh, kenapa bisa sampai terbawa mimpi."
Rala langsung merutuki dirinya yang terlalu memikirkan tentang tes sihir hari ini.
"Rala kau tidak apa-apa kan?" Firin masih memperhatikan Rala dengan wajah cemas.
"Tidak apa-apa, aku tidak apa-apa. Se.... sebaiknya sekarang aku mandi." Rala melompat turun dari kasurnya dan langsung berlari menuju kamar mandi. Dia tidak ingin membahas tentang mimpi tadi, itu terasa sangat memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIZARTH : TOGETHERNESS
FantasyRayala Nohari. Menjadi seorang makhluk Rizarth yang berbeda dibandingkan yang lain. Tidak memiliki kesaktian meskipun berasal dari keluarga berkesaktian hebat. Meskipun sudah menginjak usia 10 tahun, Rala masih belum mendapatkan kesaktian sebagaiman...