Bab 8

1 1 0
                                    

Aldrich, Gio, dan Blu juga ikut bersama para peri patroli lainnya untuk mencari kemana Rafan dan Rafin membawa Frea. Mereka ditugaskan oleh para peri penjaga untuk menghentikan pertarungan itu.

Buuugh....

Terdengar suara sesuatu menghantam pohon dengan kuat. Disertai dengan kepulan debu.

"Di lapangan akademi!" Gio, Blu, dan Aldrich langsung berlari menuju lapangan.

Saat mereka tiba di lapangan, kondisi lapangan sudah hancur dan berantakan. Frea sudah terbaring lemah di dekat pohon, sedangkan seorang gadis bersurai hitam dan merah tampak sedang di dekati oleh Rafan. Sementara siswa Rizarth yang lain hanya menonton dari tepi lapangan, mereka tidak berniat untuk melerai.

"Itu Hari kan," ujar Gio sambil menunjuk gadis yang didekati Rafan. Saat mendengar nama Rala, tiba-tiba saja Aldrich langsung berlari mendekati gadis itu saat melihat tangan Rafan kembali terangkat. Gadis itu tidak berkutik saat Rafan kembali bersiap untuk melepaskan serangan.

Wuuush....

Tubuh Rafan terpelanting jauh saat angin Aldrich mengenai tubuhnya. Aldrich langsung berdiri di hadapan Rala untuk melindungi gadis itu dari Rafan. Tangannya ia masukkan ke dalam saku jaket, tatapan dinginnya tidak lepas dari Rafan yang tampak berusaha untuk berdiri.

"Kau sebaiknya jangan mencari masalah di sini, kau hanya akan membuat mereka membencimu," bisik Aldrich yang membuat Rala langsung membuang muka kesal. Aldrich kembali menoleh ke arah Rafan yang berusaha bangkit karena terhempas oleh angin Aldrich.

"Jangan ikut campur Tuan Angin, kau tidak punya urusan di sini. Sebaiknya kau pergi!" Rafan mengusap bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah.

"Aku punya urusan di sini, aku diperintahkan untuk menghentikan pertarungan ini dan membawa kalian ke ruangan Rabeer Bee." Aldrich memasang wajah dingin ke arah si kembar.

"Aku tidak bersalah! Dia yang memulainya." Rafan menunjuk ke arah Frea yang setengah sadar.

"Kau juga bersalah karena kau menghina temannya, selain itu kau sengaja memancing emosi gadis itu." Aldrich melirik ke arah Rala yang matanya tampak berkaca-kaca, entah karena terkena cahaya bulan atau karena menahan tangis tapi Aldrich sedikit kagum melihat netra ungu itu.

"Aku tidak mau ikut denganmu." Rafan menolak mentah-mentah ajakan Aldrich, bahkan dia kembali mengepalkan tangannya. Aldrich memutar bola mata malas, dia benci dengan orang-orang yang tidak menuruti perintah.

"Aku tidak ingin bertarung denganmu, aku hanya ingin menjalankan perintah Rabeer Bee untuk membawa kalian." Aldrich berusaha menahan amarahnya. Tapi Rafan tetap menggeleng sedangkan Rafin sudah berjalan kearah Aldrich pertanda dia mau ikut dengan Aldrich.

"Sudahlah Fan, tidak ada gunanya kita membantah, lebih baik kau ikut sebelum para peri penjaga yang membawamu." Rafin mulai kesal dengan kembarannya yang keras kepala. Rafan tetap menggeleng dan secara tiba-tiba Rafan melayangkan pukulan jarak jauhnya ke arah Aldrich. Sedangkan cowok bernetra hazel itu hanya tersenyum tipis ketika Rafan akan melepaskan serangannya.

Bugh....

Dalam sekedip mata Rafan sudah roboh ditanah dengan kondisi kaki dan tangan terikat oleh tali-tali emas. Seluruh sisi lapangan langsung heboh saat Rabeer Bee dan para peri penjaga datang mendekati Rafan dan Aldrich.

"Astaga, sepertinya ada sedikit masalah yang memperlambat tugasmu, Tuan Aldrich," Rabeer Bee geleng-geleng kepala saat melihat ke arah Rafan.

RIZARTH : TOGETHERNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang