"Kau sudah siap Rala?" Firin memperhatikanku yang sedang mematut diri di depan cermin. Kini kami berdua sudah memakai seragam masing-masing, Firin tampak cantik dengan seragam ungunya yang sepanjang lutut dan jubah kuning yang terpasang rapi di bahunya. Aku hanya bisa terdiam melihat tubuhku yang terbalut seragam abu-abu. Aku masih kecewa karena harus menjadi seorang murid uji coba di akademi. Firin menghela nafas panjang lalu memegang bahuku dan berkata,
"Rala... kau jangan terus-terusan bersikap seperti itu, jangan menyesali apa yang terjadi pada dirimu. Aku yakin kau tidak cacat, kau pasti juga memiliki sihir sama seperti yang lain. Tapi, mungkin kau tidak mendapatkannya sekarang. Aku harap saat ini kau berpikir ini semua hanya keterlambatan oleh Sang Psyche." Firin kembali menggunakan sihirnya untuk menenangkan diriku. Sekali lagi aku bersyukur karena memiliki sahabat sepertinya.
***
"Jadi, kau masuk kelas Aranelo?" Aldrich melipat tangan di depan dada sambil memperhatikan Blaze yang berkutat dengan jubahnya. Blaze mendecih pelan dan kembali memperbaiki simpul tali pada bahunya.
"Hei Blaze, kau sudah siap?" seru Blu yang berlari masuk ke dalam kamar dengan seragam Ryion nya, disusul oleh Gio yang masuk ke kamar dengan senyum lebar. Dia juga sudah siap dengan seragam Lighnome miliknya.
"Kau lama sekali kawan, sudah satu abad aku menunggumu di luar tapi kau masih belum selesai. Dasar..." Blu menggerutu saat melihat Blaze kembali membuka jubahnya. Gio tertawa mendengar ocehan Blu, mereka hanya berjalan-jalan menyusuri koridor dua puluh menit. Lelaki berambut donker itu merebahkan dirinya di ranjang Aldrich yang tampak rapi dan bersih. Berbanding terbalik dengan ranjang Blaze yang tampak kosong, bantalnya ada di atas kasur tapi selimutnya entah terbang kemana.
"Hei Calder, dimana selimutmu?" tanya Gio yang duduk di atas kasur Blaze.
"Sudah kubakar," jawab Blaze dingin, Gio dan Blu hanya saling tatap dan mengangkat bahu. Serentak mereka menoleh ke arah Aldrich yang mengangguk pelan, membenarkan ucapan Blaze.
"Apakah kau tidak berinisiatif untuk memakaikan jubah pangeran ini Al?" Blu mengangkat kedua tangannya ke arah Blaze. Aldrich menggeleng sambil menepuk-nepuk kedua telapak tangannya.
"Baiklah, akan kutunggu setengah jam lagi. Kalau kau masih belum siap aku yang akan memakaikan jubahmu," ujar Blu sambil memainkan sihir apinya. Blaze bergidik pelan dan melanjutkan mengikat simpul talinya.
***
"Selamat pagi para Rizarth, bagaimana kabar kalian pagi ini. Aku harap kalian dalam keadaan sehat karena hari ini adalah hari pertama kalian bersekolah di Akademi Ravane," sambutan Rabeer Bee dibalas dengan tepuk tangan oleh seluruh siswa.
"Aku tidak suka memberi kata sambutan yang begitu panjang, jadi langsung saja silahkan kalian masuk ke kelas masing-masing." Seluruh siswa di lapangan tampak berlari masuk ke dalam gedung, sementara itu Rala hanya bisa termenung di tengah lapangan. Dia tidak tau ingin pergi kemana, saat dia melangkah masuk ke dalam gedung tiba-tiba Rabeer Bee berteriak memanggil Rala.
"Nona Rayala..." Rala menoleh dan langsung mendapati Rabeer berdiri di hadapannya.
"Hari ini kau akan masuk ke kelas Lighnome, aku hanya ingin memberitahu itu. Karena aku sedang ada banyak kerjaan, aku terburu-buru. Semoga beruntung," Rabeer Bee langsung menghilang setelah menepuk pundak Rala. Dengan langkah ragu Rala pergi menuju kelas Lighnome yang ada di lantai tiga. Berdampingan dengan kelas Tytheral dan Zaggar, sementara itu terdapat empat kelas lain yang merupakan kelas senior mereka.
"Permisi." Seluruh siswa yang ada di kelas itu serentak menoleh ke arah pintu yang membuat Rala menjadi gugup. Sementara guru yang mengajar di kelas itu langsung tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIZARTH : TOGETHERNESS
FantasyRayala Nohari. Menjadi seorang makhluk Rizarth yang berbeda dibandingkan yang lain. Tidak memiliki kesaktian meskipun berasal dari keluarga berkesaktian hebat. Meskipun sudah menginjak usia 10 tahun, Rala masih belum mendapatkan kesaktian sebagaiman...