Empat

435 27 7
                                    

^-^

          Laras tidak ingat kenapa ia memejamkan mata dan justru merengkuh belakang leher Kay saat gadis tomboy itu menciumnya. Ia hanya merasa bahwa ini benar, ia menyukainya, tidak ada paksaan, dan Laras menikmatinya.

Ada berjuta kupu-kupu berterbangan di antara perut dan dadanya. Darahnya bergejolak, jantungnya berdebar cepat, kulitnya memanas, dan ia semakin menarik Kayra lebih dekat menuju keinginannya.

Laras menarik napas sambil tersenyum pada si gadis tomboy sebelum memberikan satu kecupan terakhir di bibirnya yang sedikit berisi "Hukuman macam apa ini, Kay?" bisik Laras dengan suara yang hampir hilang tertelan napasnya yang masih berderu.

Kayra masih terpejam, bibir merah dan basahnya masih terbuka sedikit, dan keningnya masih saja betah menempel pada kening milik Laras "Hukuman yang selama ini aku tahan terhadapmu, Laa. Kamu sudah menggodaku semenjak pertama kali kita bertemu, dan aku sudah menahannya sejak saat itu"

Suara rendah milik Kayra terputus karena napasnya yang sedikit tidak terkontrol, sepertinya gadis itu memang sudah melepaskan keinginan terberatnya terhadap Laras dari dulu "Kamu berhak merasakan kehausan yang selama ini aku tahan" lanjut Kay sebelum akhirnya menjauh dan memasang senyum kecil kepada Laras yang menunduk malu.

"Sepertinya kamu tak keberatan" ujar Kayra saat ia melihat Laras masih saja tersenyum karena kejadian barusan.

Laras melirik lambat disertai senyuman yang masih tercetak jelas di bibir tipisnya yang merah "Sedikit terkejut, tapi tak apa" jawab gadis itu masih dengan senyumannya.

Jemari milik Kayra yang ramping dan panjang mengamit pipi tembam milik Laras dan menarik iris mata miliknya jadi menatap pada Kay "Semoga kamu tak keberatan untuk menjadi milikku, karena aku sangat tidak keberatan untuk dimiliki olehmu"



--Dee Laras by Riska Pramita Tobing--


         Hari senin tiba secara tiba-tiba. Laras harus kembali lagi bekerja, padahal rasanya baru tadi hari minggu bermula. Gadis cantik berpipi tembam itu mendengus kecil saat ia menatap sepatunya yang sedikit kotor dibagian bawah. Kemarin ia lupa mencucinya.

Dengan langkah kesal, Laras kembali ke dalam rumah untuk mengambil beberapa lembar tisu dan segera saja membersihkan alas kakinya. Saat sedang menunduk, suara klakson tidak dikenal oleh Laras berbunyi dari kejauhan sehingga membuat gadis itu jadi melirik ke kejauhan sambil menyipitkan matanya.

Ada Kayra di sana. Di atas motor besar yang sepertinya bukan motor miliknya "Ayo! Nanti kesiangan!" seru si tomboy dengan nada antusias.

Laras menggeleng kecil sebelum akhirnya segera berlari menghampiri Kayra "Ngapain?" tanya Laras dengan nada menggoda.

Dengan enteng, si gadis yang menaiki motor besar berwarna hitam itu mengedigkan bahu "Antar kamu kerja" jawabnya singkat dan to the point.

Laras terkekeh "Aku punya motor, Kay"

Alis milik Kay naik "Berarti nggak mau aku antar?" ujarnya dengan nada menggoda.

Lagi, si gadis cantik berpipi tembam hanya tersenyum kecil "Memang mau ngantar aku?"

"Iya" jawabnya singkat.

"Memang kamu nggak kerja?"

"Mulai jam 9. Masih lama"

"Beneran ini? Nggak ngerepotin?"

Kay memutar bola matanya dengan sebal "Kalau mau naik. Kalau nggak mau ya gapapa" ujarnya dengan nada final.

"Iya. Aku mau" akhirnya, Laras memegang pundak Kayra untuk menaiki motor besarnya.

Dengan senyuman, Kayra menghidupkan mesin motornya. Suara bising knalpot segera saja memenuhi indra pendengaran Laras, dan hangatnya tangan Kayra yang memasukkan jemari milik Laras ke jaketnya membuat si cantik jadi tersipu malu karenanya.

"Helmnya menggantung di sebelah kanan. Kamu bisa pakai itu sendiri kan?" ujar si tomboy seraya melepaskan kembali pegangannya di pergelangan tangan Laras.

Seolah tertampar oleh perkataannya, Laras mengeluarkan tangan dari saku jaket milik Kay dan segera memakai helm fullface yang menggantung di samping kanan badan motor.

"Pegangan" ujar si tomboy sambil lalu menginjak gigi dan melepaskan kopling.

Meskipun ragu, Laras akhirnya mengaitkan kedua lengannya ke depan perut Kay yang rata dan sedikit keras. Kepala milik gadis tomboy itu sedikit miring ke bagian kiri seolah memberi tanda bahwa Laras boleh meletakkan kepalanya di sana.

Sambil tersenyum sedikit, Laras meletakkan dagunya di bahu lebar milik Kay dan terpejam sedikit saat merasakan sensasi debaran hangat di dalam dadanya di antara usapan tangan Kay yang sesekali mencapai lengannya.

Laras tak tahu apa yang ia rasakan. Tapi ini terasa sangat menyenangkan. Bersama dengan Kay meskipun ia baru saja mengenalnya beberapa saat lalu, ia merasa nyaman dengannya.

Mungkin saja Laras gila, tidak waras, hilang akal atau sebagainya. Mana mungkin kan ia merasa nyaman kepada seseorang yang baru saja ia temui? Tak apa. Biar saja. Laras memang sedang dimabuk Kayra.

Dengan setiap angin yang menerpa wajah Laras dengan perlahan, degup jantungnya justru semakin kencang, darahnya semakin hangat, senyumnya semakin tercetak jelas, pipinya semakin memerah, dan hatinya semakin merasa nyaman.

Entah apa yang dilakukan Kayra kepadanya sehingga ia bisa merasa seperti sedang dimabuk asmara. Gila! Laras pikir. Bagaimana mungkin ia bisa jatuh cinta pada seorang perempuan yang baru saja dikenalnya?

Helm milik Laras terpentuk dengan helm milik Kayra sehingga membuat gadis cantik berpipi tembam itu jadi mengaduh karenanya "Sorry" ujar Kay sambil lalu mengusap helm yang dikenakan oleh Laras, tak ada gunanya tapi hati Laras hangat saat Kay melakukan itu padanya.

"Hampir terlewat" lanjut Kay sambil mematikan mesin motor.

Laras menegapkan badan, memisahkan antara dadanya dengan punggung Kayra yang sedari tadi berdempetan "Terimakasih tumpangannya" ujar Laras seraya menuruni motor tinggi si tomboy dengan hati-hati.

Saat tangan Laras berusaha untuk melepaskan helm yang dikenakannya, jemari panjang milik Kay lebih dulu sampai ke sana dan membukanya secara perlahan. Gadis tomboy itu sedikit terkekeh saat melihat rambut panjang milik Laras sedikit berantakan karena helmnya. "Ke toilet dulu. Rapihin rambutnya" dan Laras hanya bisa mengangguki saja titahan Kayra kepadanya.

"Yasudah. Aku pergi" dengan cekatan, Kay memasang helmnya kembali "Nanti sore kujemput. Have a nice day Laa" dan dengan itu, Kayra menyalakan kembali mesin motornya lantas segera berlalu begitu saja dari hadapan Laras.

Jika saja Laras boleh jujur, hatinya sedang berbunga-bunga sekarang. Ia sedang bahagia, tapi ada sedikit pemikiran janggal yang masuk ke dalam pikirannya saat ia melangkah masuk ke dalam kantor dan ditatap aneh oleh banyak orang.

Laras tahu mereka pasti sedang menghakimi dirinya dan Laras yakin ada beberapa di antara mereka yang berpikir negatif terhadap dirinya. Laras mendengus kecil saat ia memasuki toilet dan mengeluarkan sisir kecil dari dalam tasnya.

Kenapa orang-orang sangat peduli terhadap kehidupannya? Memang ia siapa? Artis? Selebritis? Presiden? Dia kan bukan siapa-siapa. Tapi kenapa mereka sangat memperdulikan kehidupannya sejauh ini?

Laras tidak suka jadi bahan pembicaraan. Ia tidak ingin hidupnya dibicarakan banyak orang. Tapi, hubungannya dengan Kay pasti akan menjadi pusat pembicaraan banyak orang.

Apakah Laras membuat kesalahan dengan mencintai Kayra?

^-^
Riska Pramita Tobing.

Dee Laras | COMPLETED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang