Tiga

503 26 0
                                    

^-^

Laras terkekeh saat ia melihat Kayra berjalan sambil mengaduh disetiap langkahnya. Sedari tadi, Kay bersikeras untuk tidak dijemput oleh Kyo menggunakan mobil lelaki itu dan lebih memilih untuk menggunakan kendaraan umum dari rumah sakit menuju rumah Laras yang tentunya harus ditambahi jalan kaki karena Laras tidak tinggal di pinggir kota yang dilalui kendaraan umum.

Sambil melihat Kay yang kesulitan menapakkan kakinya, Laras hanya mampu terkekeh karena kekeras kepalaan si gadis tomboy "Kan sudah kubilang, minta jemput Mas Kyo. Pasti kamu nggak bakal kesakitan seperti ini kalau kita dijemput" ujar Laras kesekian kalinya.

Sambil meringis, Kay menengok pelan pada Laras yang sedari tadi menertawakannya "Aku nggak mau ngerepotin calon menantu Ibumu" balas Kay sedikit menyindir.

Saat melihat pandangan Laras berubah menjadi dingin, Kay akhirnya membuang muka "Kamu tidak suka terhadapnya?"

"Sudah jelas kan?" jawab Laras dengan nada pasti seolah informasi itu sudah tertera jelas di keningnya.

Kay terkekeh seraya menunjuk belokan karena ia lupa arah menuju rumah Laras, dan gadis cantik itu menganggukinya dengan segera "Apa kamu berhubungan dengannya karena Ibumu yang meminta?"

"Kenapa kamu kepo sekali?"

Kay melirik "Hanya ingin tahu"

Sambil meringis saat melewati tanjakan terakhir menuju rumah Laras, Kay melirik pada gadis cantik berpipi tembam di sampingnya. Ia tidak menampilkan ekspresi terganggu atau ekspresi apapun dan hal itu membuat Kay berpikir bahwa Laras memang tak apa jika ditanyai olehnya.

"Kamu dijodohkan?" ujar Kay dengan nada hati-hati.

Tanpa disangka, Laras mengangguk "Bisa dibilang begitu. Lebih tepatnya, Ibuku berusaha membuat aku menyukainya karena dia anak temannya yang sudah terhitung mapan dan dewasa"

Benar apa yang dipikirkan oleh Kayra. Laras memang tidak terganggu dengan pertanyaannya. Ia hanya sedikit ragu untuk berbagi.

"Sudah berapa lama?"

"Hampir tiga bulan" jawabnya singkat sebelum terkekeh "Mau kemana? Ini rumahku" lanjut gadis itu sambil menunjuk halaman rumah miliknya yang sudah terlewat oleh Kayra.

Si gadis tomboy hanya memberikan kekehan kecil seraya mengikuti langkah kecil Laras menuju rumahnya. Gadis tomboy itu kemudian meringis melihat motornya yang ternyata tampak hancur di bagian depan.

"Gimana? Mau minta tanggungjawab?" Kay terkekeh saat mendengar pertanyaan dari Laras yang seolah bisa membaca isi pikirannya dan Kayra akhirnya mengangguk juga.

Bukannya apa-apa. Kerusakan motornya bukan hanya lecet belaka. Spion dan kaca lampu sudah hancur, stang yang menjadi sedikit belok, belum lagi body yang tampak hancur di sana-sini.

"Yasudah. Nanti kusampaikan ke Mas Kyo"

"Mas" ulang Kay dengan sedikit kekehan.

"Kenapa?"

Masih dengan kekehan yang serupa, Kay terduduk di atas ubin halaman rumah Laras sambil lalu menyenderkan punggungnya pada dinding "Tak apa. Mendengarmu memanggil Kyo dengan Mas terdengar sangat berlebihan menurutku"

"Berlebihan?" alis milik si gadis cantik berpipi tembam itu terkait saat mengulang perkataan Kayra.

"Iya. Bukannya dia seumuran denganmu?"

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

Lagi, Kay terkekeh "Kelihatan" jawabnya singkat.

"Meskipun kita seumuran, apa salah kalau aku memanggilnya memakai sebutan 'Mas'?"

Kay menggeleng "Tidak" jawab Kay singkat sebelum akhirnya melanjutkan dengan nada hati-hati "Tapi dengan memanggilnya menggunakan panggilan sopan sudah menunjukkan kalau kamu sedikit menghargainya. Dan bisa saja kamu menyukainya setelah itu"





--Dee Laras by Riska Pramita Tobing--





Laras terdiam sambil memperhatikan Kay yang tengah berusaha melepas perbannya sendirian. Karena merasa bersalah atas kelakuan Kyo yang tak bisa mengantar gadis tomboy itu untuk kembali ke rumahnya, akhirnya Laras pula yang terpaksa melakukan itu untuk si lelaki yang 'dikenalkan' oleh Ibunya kepada dirinya beberapa saat lalu.

Di rumahnya, Kayra tinggal sendirian. Ia memiliki rumah sederhana dengan hiasan semi modern percampuran warna gelap. Dinding berwarna merah marun, ubin berwarna hitam, serta kusen yang dicat dengan warna emas yang menambah kesan gelap serta cantik.

Tidak banyak perabotan, hanya ada televisi yang tertempel di dinding, play station yang konsolnya berserakan, sofa abu-abu berukuran sedang, meja keramik berwarna silver, serta lemari kaca yang serupa warnanya dengan warna kusen rumah.

Cukup unik. Tapi gelap.

Lihat saja gorden yang juga berlapis dua dengan warna hitam di luar dan putih di dalam. Laras jadi heran, keseharian macam apa yang dilakukan gadis tomboy itu sampai-sampai ia menutup jendela lebarnya dengan dua gorden. Aneh.

"Maaf. Rumahku berantakan. Jarang ada tamu berkunjung, jadi aku jarang membersihkannya" ujar Kay sehingga membuat Laras yang sedari tadi menjalajahi ruang keluarga dengan matanya itu jadi harus menatap padanya.

Dengan sedikit kekehan, Laras mengambil air mineral yang tadi disodorkan Kayra kepadanya "Tak masalah. Rumahku juga berantakan"

Setelah meminum sedikit dari air mineral yang ada di dalam gelas berwarna hitam itu, Laras melirik pada Kay yang masih saja kesulitan membersihkan lukanya "Apa susahnya meminta tolong?" ujar Laras sembari mendekat dan mengambil gunting kecil dari tangan milik si tomboy yang gemetaran.

Sambil terfokus pada perban yang sudah penuh oleh darah dan nanah, Laras mempersiapkan alkohol, kassa, serta perban yang baru untuk menggantinya "Sakit?"

Laras bisa melihat dengan jelas bahwa kaki milik si tomboy bergetar secara refleks setiap saat Laras menempelkan kapas yang basah oleh alkohol, belum lagi ia meringis secara tertahan "Lumayan" jawabnya sambil terpejam kesakitan saat si cantik kembali menempelkan kapas pada kakinya.

"Sakit. Aku tahu" ujar Laras yang kemudian ditertawai oleh Kay sambil tetap meringis kesakitan.

"Sebentar lagi selesai" Kay mengangguki ujaran Laras yang terdengar meyakinkan. Tapi tangan terampil milik Laras nyatanya baru saja mengambil kapas baru dan menumpahkan alkohol lagi untuk membersihkan lukanya sehingga membuat si tomboy jadi ragu bahwa penderitaannya kali ini akan segera berakhir.

Benar saja, Laras kembali membersihkan lukanya dan Kay kembali meringis karenanya "Pelan-pelan" ujar Kay di antara gigi-giginya yang mengatup rapat serta geraman di kerongkongan.

Dengan pelan, Laras memijit luka di lutut Kayra untuk mengeluarkan nanah yang terhalang oleh daging. Karenanya, gadis tomboy itu berteriak kesakitan di antara gerahamnya yang sama sekali tidak terbuka.

"ARRRRGHHHH! SHIT!" umpat si tomboy saat Laras akhirnya selesai membersihkan lukanya "Apa-apaan itu tadi?" masih dengan nada kesal yang serupa, Kay melirik tidak suka terhadap Laras yang sudah berhasil menutup lukanya dengan perban serapi mungkin.

"Aku membantumu membersihkan lukanya" jawab Laras enteng sambil disertai senyum kecil yang tercetak manis di bibir tipisnya yang berwarna kemerahan.

Kay menggeleng tidak percaya "Kamu seperti punya dendam pribadi terhadapku" di antara kekehan yang ia ciptakan untuk menutupi rasa sakitnya, Kay mendekat pada senyum Laras yang sedari tadi sedikit mengganggunya.

"Karena kamu sudah membuatku kesakitan, maka sekarang kamu harus menyembuhkannya" secara perlahan namun pasti, Kay mendekat sambil lalu mengamit pipi tembam milik Laras sebelum akhirnya menyatukan bibir mereka berdua secara perlahan.

^-^
Riska Pramita Tobing.

Dee Laras | COMPLETED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang