Delapan

295 22 0
                                    

^-^

          Jam istirahat makan siang akhirnya datang. Laras merasa pegal sekali karena seharian ini ia terus mengetik tanpa henti. Banyak orang yang memerlukan surat tugas, dokumen pembayaran, dokumen bukti pelunasan dan dokumen-dokumen memusingkan lainnya.

Gadis cantik berpipi tembam itu akhirnya bisa meluruskan punggung serta kakinya di atas ranjang yang ada di ruang khusus pegawai untuk istirahat siang atau jika ada pegawai yang tiba-tiba sakit. Ia memejamkan matanya dengan disertai lenguhan kecil pertanda lelah dan gadis itu juga sedikit mendengus kesal karena harinya menjadi sesibuk ini.

Biasanya, hari sibuk seperti ini hanya akan terjadi di akhir bulan. Tapi sekarang? Baru juga pertengahan bulan sudah banyak yang memerlukan surat tugas darinya. Bagaimana nanti di akhir bulan? Huft, Laras tak mampu jika harus membayangkannya.

Saat baru saja akan memejamkan mata, Laras mendengar pintu ruangan terbuka sebelum akhirnya ditutup kembali. Ada suara langkah mendekat yang terdengar lembut dan ia kemudian disuguhkan dengan sosok Bleskyo yang tiba-tiba saja ada di hadapannya.

Lelaki itu tampak rapi dan tampan. Ia masih mengenakan seragam kerjanya dah ia bahkan menyerahkan senyum selebar perahu terhadap Laras yang masih kebingungan dengan tujuan pemuda itu berkunjung ke tempatnya bekerja. "Ada perlu apa?" ujar Laras to the point sambil terduduk di sisi ranjang.

Tangan Kyo terulur untuk menyerahkan bingkisan berukuran sedang "Hanya ingin berkunjung. Kamu sulit dihubungi akhir-akhir ini" ujar si lelaki masih dengan senyum ramahnya.

Meski sedikit malas karena jam istirahat yang sangat berharga bagi Laras diganggu oleh pemuda yang masih menyodorkan bingkisan, ia tetap saja memberikan seulas senyum sebagai tanda terimakasih atas pemberian bingkisan darinya "Akhir-akhir ini aku sibuk, Kyo"

Laras yakin sekali kalau Kyo mengerutkan kening meski sesaat "Kyo?" ulang si pemuda seolah gendang telinganya tidak berfungsi dengan baik.

Dan pertanyaan dari lelaki berwajah tampan itu hanya dibalas gidigan bahu dari Laras "Kenapa?"

"Tidak" jawab Kyo dengan kekehan "Mas-nya jadi hilang. Agak aneh rasanya" lanjut lelaki itu seraya menggaruk belakang tengkuknya.

Laras acuh saja saat diberitahu demikian "Cuma mau memberikan bingkisan kan? Yasudah. Aku mau tidur siang. Istirahatku hanya sebentar"

Kyo menaikkan lengan kemejanya sebelum akhirnya ia menyilangkan tangan di dadanya yang bidang "Darimana etika ini berasal, eh?"

Laras mengerutkan kening saat ia mendengar nada bicara pemuda yang jaraknya hanya beberapa senti dari dirinya tiba-tiba naik entah karena apa "Kenapa?" tanya gadis cantik itu heran.

Dengan ekspresi keras yang sama, Kyo mendekat dan menempatkan kedua lengannya di antara Laras yang bergeming karena terkejut serta takut "Kamu tidak pernah di ajarkan untuk menjadi seseorang yang kasar seperti ini, Dee. Siapa yang mengajarkannya padamu?"

Geraham milik Kyo tidak terbuka selama ia berbicara. Terdapat banyak penekanan di setiap kata yang lelaki itu ucapkan dengan nada mengancam pada Laras dan gadis cantik itu tidak menyukainya. Ia ingin segera menjauh dari lelaki itu.

"Tolong menjauh dariku, Kyo. Kamu tidak punya hak untuk sedekat ini denganku" ujar Laras berusaha mendorong bahu lebar milik Kyo untuk menjauhkannya dari kukungan badan jangkung berisi milik si lelaki.

Meskipun sempat melawan dorongan tangan Laras, pada akhirnya lelaki itu menjauh dan memberikan jarak pada si cantik dan kembali lagi menyilangkan kedua lengannya di dada "Apa semua etika ini datang dari Kayra?"


--Dee Laras by Riska Pramita Tobing--



          Jemari panjang dan berisi milik Laras menutup bibirnya dengan kasar disertai tangisan. Jempol gadis itu kemudian mengusap kasar apa yang masih terasa di bibir tipisnya seolah ingin menghapus apa yang baru saja mendarat di sana.

Bajingan! Umpat Laras di dalam kepala dengan tangan yang masih mengusapi bibirnya. Bleskyo bajingan!

"Maaf Dee, mas khilaf" kata-kata bodoh itu masih saja mengiang di kepala milik Laras saat ia mendorong bahu kuat milik Kyo ketika lelaki itu menciumnya secara paksa.

Telapak tangan milik Laras juga masih terasa panas karena ia menampar pipi pemuda itu dengan kerasnya. Sialan! Umpat Laras lagi seraya mengusap air mata di pipinya.

Kemana sih Kayra disaat ia membutuhkannya?

Tangan Laras bergetar kala ia meraba dadanya. Kyo sudah memegangnya dengan paksa. Lagi, usapan air mata di pipi Laras justru membuat air itu semakin deras keluar dan ia membenci dirinya sendiri karena ia tidak bisa menjaga tubuhnya.

Harusnya Kayra yang pertama untuknya. Ia ingin Kayra menjadi yang pertama. Ia tidak ingin disentuh oleh orang lain selain gadis tomboy yang entah sejak kapan diinginkan olehnya.

Meski dengan tangan gemetar dan air mata yang masih mengalir di pipinya, Laras menyalakan keran dan membasuh wajah cantiknya dengan air. Matanya sedikit sembab karena ia menangis ditambah lagi dengan hidungnya yang memerah karena ia mengusapnya sedari tadi.

Ada perubahan tekstur dari bibir Laras sekarang. Bibirnya berubah menjadi sedikit berisi dan merah merona karena ciuman kasar Kyo terhadapnya. Rasanya sakit dan berdenyut. Lelaki itu terlalu terburu-buru.

Laras menatap bayangannya di cermin. Ia tampak berantakan dan sebentar lagi jam istirahat berakhir. Ia tidak bisa jika harus tampil seperti ini di hadapan banyak orang. Pasti akan terjadi banyak pertanyaan jika ia kembali dalam keadaan seperti ini.

Gadis cantik berpipi tembam itu menarik napas panjang sambil memejamkan mata seolah menghitung dari satu sampai sepuluh sebelum akhirnya mengeluarkan ponsel dari dompetnya.

Jemari lentik milik Laras kemudian bergerak secara cepat pada layar datar di tangannya untuk mencari nama Kayra lantas segera menghubunginya.

Terdengar nada tunggu sebentar sebelum akhirnya Laras bisa mendengar suara Kayra dari seberang telepon "Kenapa, Laa?"

Mendengar suara se lembut dan se teguh itu, hati Laras berdebar karenanya. Ia terenyuh secara seketika dan tangisnya kembali keluar karenanya "Tolong, Kay" ujar Laras dengan lirih di antara tangisan.

"Laa? Kamu dimana? Di kantor?" Laras tak bisa menjawab saat itu, ia tersungkur karena tiba-tiba saja merasa lemah "Laa?!" suara Kayra terdengar panik saat gadis tomboy itu memanggil namanya dari jauh, tapi Laras justru tak sanggup menjawabnya untuk membuktikan bahwa dia baik-baik saja.

"LARAS?!! Kamu mendengarku kan?!!"

Iya! Aku dengar kamu Kay!! Aku takut!! Tolong aku!! Jerit Laras di dalam hati sambil terus menangis sesenggukan

"Laa?!"

Aku di sini! Cepalah!!

"Larasati Adnan?!" terdengar derum motor dari seberang telepon "Aku ke sana. Jangan matikan teleponnya. Teriak saja kalau ada apa-apa" ujar Kayra dari sebrang telepon sebelum akhirnya Laras hanya mampu mendengar kebisingan jalanan.

Cepatlah! Aku ketakutan, Kayra. Aku membutuhkanmu.

^-^

Riska Pramita Tobing.

Uhuk! Ada drama dikit gapapa lah ya wkwk

Dee Laras | COMPLETED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang