Tujuh Belas

265 17 0
                                    

^-^

          Laras terbangun dengan senyum terukir di bibirnya. Ada jejak napas yang hangat diantara kedua payudaranya yang tidak terbungkus kain. Kayra tengah menyender di sana, terlelap bagaikan anak kecil yang kekenyangan setelah menyusu dari ibunya. Well, itu tak sepenuhnya salah karena Kayra memang benar-benar sudah 'menyusu' pada Laras.

Jemari lentik yang berisi milik Laras mengusap lembut rambut Kayra yang semalam ia jambak saat gadis tomboy itu turun ke daerah sensitifnya. Tak disangka, gadis tomboy itu handal dalam mencumbu. Sialan! Pikiran Laras jadi kotor pagi ini karena membayangkan adegan panas semalam.

Kayra masih terlelap dalam mimpinya. Sepertinya ia masih ingin tertidur dan itu membuat Laras enggan mengganggunya. Dengan perlahan namun pasti, gadis cantik berpipi tembam itu melepaskan diri dari pelukan Kayra dan pergi menuju kamar mandi dengan langkah yang mengendap.

Saat Laras sampai di kamar mandi, ia bisa melihat bercak kemerahan di seluruh tubuhnya dari pantulan cermin. Bekas ciuman, gigitan dan hisapan si gadis tomboy dari mulai di belakang telinganya, lehernya, bahunya, payudaranya, rusuknya, perutnya, pubisnya, bahkan sampai pahanya memiliki bercak kemerahan bukti perbuatan Kayra semalam.

Laras masih ingat saat Kayra pertama kali menundukkan kepala menuju payudaranya yang putih, kencang dan terawat. Begitu perlahan, begitu lembut namun begitu memabukkan bahkan sampai membuat Laras melenguh tak henti disaat ia menghisapnya dengan ahli.

Ah! Sudahlah! Ia tak ingin memikirkannya! Ini masih pagi!

Dengan lembut, Laras mengusap bibirnya. Tekstur lembutnya terasa berbeda, ia rajin sekali mengurus bagian paling lembut dari wajahnya itu, tapi pagi ini bibirnya terasa lebih berisi dan lebih membentuk kokoh. "Kay" ujar Laras diantara uasapannya yang lembut sambil tersenyum. "Ini ulah kamu" lanjutnya masih disertai lengkungan indah di bibirnya.

Air hangat dari shower menyala, membasahi seluruh tubuh milik Laras yang semalam ia serahkan kepada Kayra dengan suka rela. Tak disangka, Laras benar-benar memberikan keperawanannya pada Kayra.

Semalam Kayra bersikukuh untuk tidak turun ke daerah sensitif milik Laras, tapi Laras benar-benar ingin mencoba bahkan sampai membuat ia berani memohon pada Kayra sehingga membuat gadis tomboy itu tak memiliki pilihan lain selain mengabulkannya.

Kayra tidak memasuki dirinya, ia hanya berani menciumi, menjilati dan memainkan daerah sensitifnya sampai Laras menuju puncak. Laras masih penasaran dengan bagaimana rasanya jika jari si tomboy masuk kedalam dirinya. Astaga! Berhentilah berpikiran kotor!

Laras bisa melihat pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Kayra yang setengah telanjang dengan wajah mengantuknya. "Kok nggak bangunin aku?" seru si tomboy sebelum akhirnya ikut ke bawah guyuran air hangat meskipun ia tampak enggan untuk melakukannya.

Gadis itu berdiri di belakang Laras dan memeluknya dari belakang. Secara otomatis, keduanya jadi basah sekarang "Kamu terlihat ngantuk sekali, Kay. Makanya aku nggak mau bangunin" ujar Laras memberikan sedikit senyum saat merasakan kecupan singkat di lehernya.

"Hari ini mau kemana lagi?" tanya Laras.

"Pulang" jawab Kayra singkat "Kita lanjutkan perayaannya di rumah" lanjut si tomboy dengan senyum menungging yang mencurigakan.

Dengan heran, Laras membalik badan "Kenapa pulang?"

"Kamu masih ingin di sini?"

Laras menggeleng "Enggak juga. Tapi mau jalan-jalan dulu. Cari oleh-oleh buat Ibu" permintaan itu hanya di angguki saja oleh Kayra sebelum akhirnya ia mengambil shampoo dan menumpahkannya pada rambut Laras yang sudah basah sedari tadi.

--Dee Laras by Riska Pramita Tobing--


          Kedua tangan milik Kayra sudah dipenuhi dengan kantong keresek berukuran besar berisikan oleh-oleh. Gadis tomboy itu heran dengan alasan apa yang sekiranya dipikirkan si cantik saat membeli oleh-oleh sebanyak ini. Tapi ia tak bermasalah dengan semuanya, melihat senyum dari bibir Laras saja kelelahannya sirna dengan seketika.

"Ada lagi?" ujar Kay saat menerima sodoran keresek berisi baju pantai berukuran kecil yang entah untuk siapa nantinya. Gadis cantik berpipi tembam itu mengangguk "Mau beli baju couple yang random sama kamu"

Kayra menekukkan alis "Eh? Baju couple?" ulang si tomboy terhadap perkataan kekasihnya dengan nada yang terdengar tidak yakin.

Gadis cantik itu mengangguk dua kali sebagai balasan yang pasti "Iya. Aku mau couplean sama kamu" dengan seketika, Kayra ngeri. Dirinya? Memakai baju couple? No. BIG NO.

"Kenapa?" terdengar rengekan dari Laras yang langsung membuat Kayra merasa bersalah karenanya. "Kamu yakin mau beli baju couple?"

"Iyaaa. Memangnya nggak boleh couplean sama pacar sendiri?" Kayra bergidig mendengarnya. "Bukankah kita sudah cukup tua untuk setuju kalau baju couple itu kekanakan?"

Senyum yang sedari tadi tercetak begitu jelas di bibir Laras yang selalu tampak merah dan basah hilang seketika. "Kukira bakal lucu kalau kita pakai baju couple" imbuhnya dengan cemberut.

Kayra mendesis terjebak keadaan. Ia ingin membahagiakan Laras, tapi kalau jalannya seperti ini, bukankah terlalu berlebihan? *baca* kekanakan.

"Ukuran cincinmu berapa, Laa?" gadis cantik yang sedari tadi menunduk dan cemberut tiba-tiba merubah ekspresi menjadi keheranan yang tepat.

"Ukuran cincin?" ulang si cantik.

Kayra mengangguk mengiyakan "Jangan-jangan kamu nggak tahu ukuran cincinmu?"

Laras menggeleng pelan "Aku bahkan nggak tahu kalau cincin itu ada ukurannya" imbuhnya dengan tampang polos yang membuat Kayra jadi gemas seketika.

"Yaampun, Laa" kekeh Kayra "Kamu nggak pernah ke toko perhiasan?"

"Pernah iiih" baru kali ini si cantik bermain tangan bahkan sampai mencubit bagian perut milik Kayra yang keras.

Kayra tertawa seketika "Terus kenapa nggak tahu ukuran cincin sendiri hmm?"

"Aku kalau ke toko perhiasan dan beli cincin nggak di ukur. Langsung coba dan beli"

Lagi, Kayra terkekeh "Pantas" imbuhnya diantara kekehan "Kamu nggak pernah pesan cincin rupanya" lanjut si tomboy.

"Daripada baju couple, mending cincin couple. Seenggaknya kita akan terlihat dewasa dan kamu juga mendapatkan keinginan buat kita couplean. Gimana?"

Laras mengangguk heboh "Mau! Mau! Mau!" dan Kayra merengkuh gadis itu kedalam pelukan.

"Kita beli di toko perhiasan langgananku ya. Biar kamu tahu cara pengukuran cincin itu bagaimana" bisik Kayra sebelum akhirnya mengaduh karena Laras baru saja mencubitnya kembali.

^-^

Riska Pramita Tobing.

Author note: Nggak mau panjang-panjang partnya. Lagi mentok otak. (Ngeles padahal lagi males)

Dee Laras | COMPLETED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang