1. "World destruction?"

107 28 40
                                    

***

Sepertinya, mimpi yang sudah kuimpikan sejak kecil akan sirna begitu saja. Menjadi seorang wanita berkarier di bidang Tata Busana.

Cita-citaku adalah menjadi Designer ternama, membuat banyak desain gaun, dan baju model terbaru yang nantinya akan mempercantik para wanita.

Namun, Cita-cita dan impian itu, harus aku pendam dengan sukarela. Saat Ayah menyuruh, untuk melanjutkan pendidikan di sebuah Akademi yang tidak pernah terpikirkan oleh otak kecilku.

Sekolah Akademi yang mengharuskanku menjadi seorang Agen hebat untuk menjalankan sebuah misi.

Aku adalah gadis yang baru saja menginjak usia 16 tahun. Tapi entah mengapa, Ayah sangat bertekad agar aku bisa masuk ke dalam Akademi yang aku saja tidak tau itu Akademi apa, dan dimana keberadaannya.

Namun kedua orangtuaku selalu mendesak, agar aku mau mengikuti perintah keduanya, untuk menjadi murid disana.

Aku selalu menolak, namun akhirnya mereka mengatakan hal yang membuatku tertawa meremehkan.

Apa katanya?

"Kehancuran dunia sudah di depan mata"

Aku hanya bisa tertawa geli saat kedua orangtuaku menjawab dengan hal konyol seperti itu.

Bagiku, itu hanyalah sebuah lelucon.

Menjadi sebuah Agen tidak pernah masuk ke dalam list impian hidupku.

Walaupun Ayah sering kali menerapkan sebuah pelajaran dunia kemiliteran dirumah, namun aku tidak percaya dengan hal yang mereka inginkan.

Namun pada akhirnya, aku menerimanya dengan lapang dada, untuk masuk ke dalam Akademi tersebut.

Perlu kalian ingatkan, jika karna desakan itu, yang membuatku mengiyakan permintaan orangtuaku.

Aku tidak pernah berfikir untuk mencari tau lebih dalam lagi, mengenai Akademi yang di maksud.

Hanya saja, aku menuruti permintaan kedua orangtuaku demi membuat keduanya senang dan berhenti memaksaku. Walaupun diam-diam, aku selalu mengasah bakatku dalam menggambar sebuah desain baju.

Namun apa jadinya jika kehancuran yang aku anggap sebuah lelucon, adalah sebuah kenyataan? dan benar adanya?

Selamat datang di hari kehancuran!

***

"Kau tetap Ayah kirim ke Fire Topia!" pernyataan Ayah memecah keheningan makan malam hari ini.

"Akademi yang bertugas melatih para muridnya, untuk menjadi seorang Agen yang hebat," jelas Ayah

"melatih"

Sepertinya Ayah sangat bertekad untuk menjadikan diriku seperti dirinya.

Ayahku adalah seorang Militer Negara, yang selalu jarang berada di rumah. Namun, tidak ada Ayah, peraturan dirumah akan tetap berjalan dan berlaku dengan semestinya.

Perlu kalian ketahui, Seorang Militer pastinya berjiwa tegas dan disiplin. Yap, Ayahku selalu memberi peraturan di dalam rumah, yang harus di jalani sesuai dengan waktunya.

Tidak jarang, saat hari libur akan di isi dengan pelatihan seperti Prajurit, yang bagiku sangat menjengkelkan.

Sedangkan Bunda, adalah seorang Dokter disalah satu Rumah Sakit besar di Kota.

Bunda adalah orang yang paling pengertian di banding Ayah.

Meskipun keduanya terlalu sibuk dengan Profesinya, tapi hanya Bunda yang selalu mengosongkan waktu liburnya dengan bersantai.

Tidak seperti Ayah yang akan mengisi masa liburannya, dalam bentuk sebuah pelatihan Militer untukku di rumah.

"Agen? huh–  cita-citaku ini menjadi designer, Ayah. Bukan Agen!" Jawabku

Aku kembali memakan makananku, tidak ingin membahas sebuah hal yang tentunya tidak aku inginkan.

Sudah seminggu setelah hari kelulusan, Ayah selalu mendesakku agar mau menuruti permintaannya.
Dan malam ini, Ayah kembali meminta diriku, agar mau pergi ke Fire Topia.

Aku tidak tau latar belakang Akademi yang di maksud oleh Ayah. Sudah berulang kali aku mencarinya di Internet, tapi tetap saja tidak ada nama Akademi seperti itu.

Fire Topia Academy? Apa itu. Nama yang sangat asing, Bagiku.

"Kau harus tetap kesana!" Suara lembut namun penuh penekanan.

Itu– itu suara Bundaku. Aku tersedak saat mataku menatap manik milik Bunda, tatapan itu menatapku dengan tajam.

Aku buru-buru mengambil gelas, lalu meminumnya. Menghilangkan rasa perih yang berada di dalam tenggorokan.

"Bunda, Bukankah Bunda mendukungku untuk menjadi Seorang Designer?" tanyaku setelah meletakkan gelas di atas meja

Aku lihat Bunda menghela napas, lalu memusatkan pandangannya kembali, tepat di depan mataku.

"Bunda mohon padamu, Kau turuti apa kata Ayahmu!"

Aku menganga, Apa yang di katakan oleh Bunda sangat tidak masuk akal.

Menjadi seorang Agen? itu tidak masuk ke dalam list tujuan hidupku.

"Kenapa harus kesana? masih ada sekolah lain!! Oh ayolah, Aku ingin sekolah di tempat normal!" Aku memohon sambil mengatupkan kedua tanganku di depan dada

"Tidak bisa! kehancuran dunia sudah di depan mata, kau harus kesana dan bersiaplah!" Ucapan Ayahku membuat aku tertawa geli.

Apa yang sedang merasuki raga Ayah, dan apa katanya?

Kehancuran dunia sudah di depan mata

"Ini lelucon apa, Ayah?" Aku bertanya sambil terkekeh pelan, menatap wajah Ayahku yang aku lihat,

Ahh... sepertinya ia akan meledakkan amarahnya.

"Mau tidak mau, kau harus pergi kesana!!" Tekan Ayah

"Baiklah baiklah, Aku terima permintaan Ayah dan Bunda," jawabku, dan kembali menghabiskan makanan di atas piring yang kini terasa hambar di lidahku

Fire Topia Academy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang