1

1.3K 97 55
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁 Sifat shoto dan shori

Aku memperhatikan shoto yang sedang berlatih sangat keras di tempat biasa, dan aku hanya menonton saja lalu ada yang menepuk pundakku.

"Ada apa?" Tanyaku tanpa menoleh.

"Kenapa kau tidak berlatih?" Tanya Endevor.

"Bosan." Ucapku.

Aku bangun dan berlalu pergi dari hadapan endevor begitu saja karena malas berdebat dengannya.

Aku berjalan menuju ke kamarku dan tanpa sengaja melihat ke kamar natsuo yang sedikit terbuka, lalu aku masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.

"Niisan!" Panggilku.

"Astaga!" Kaget Natsuo.

"Hehehe gomen." Tawaku.

"Kau ini!" Kesal Natsuo.

"Niisan kenapa sedih?" Tanyaku.

"Hanya mengingat soal touya saja." Ucap Natsuo.

"Aniki masih hidup tahu di hati kita dia tidak akan pernah mati." Ucapku.

Natsuo tersenyum dan mengelus surai rambutku membuat aku tertawa senang akan hal itu.

"Shoto dimana?" Tanya Natsuo.

"Shoto berlatih di tempat biasa." Ucapku.

"Kau ini adik atau kakak sih?" Tanya Natsuo.

"Maksud niisan?" Bingungku.

"Tingkahmu sangat dewasa walaupun anak bungsu di keluarga ini bahkan mengerti segalanya dengan cepat." Ucap Natsuo.

"Aku didewasakan oleh keadaan niisan." Ucapku.

Natsuo terdiam akan ucapanku dan aku pergi dari kamar natsuo sambil menepuk pundak natsuo sebelum pergi.

Di kamar aku hanya diam saja lalu melirik kearah samping dimana ada fotoku dan touya saat kecil.

"Kupikir aniki masih hidup." Monologku.

"Shori!" Panggil Shoto.

Aku bangun dan melihat shoto tersenyum kepadaku membuat aku tersenyum lebar, lalu shoto malah langsung memelukku sangat erat.

"Niichan kenapa?" Tanyaku.

"Aku rindu kaachan." Ucap Shoto.

"Akhir pekan ini kita jenguk kaachan saja." Ucapku.

✔️ Todoroki Shoto Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang