3

498 65 10
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁 Shori sebenarnya

Aku tiba di rumah sakit dimana rei dirawat akibat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Aku membuka ruangan rei disana kulihat rei menatap jendela kamar rawat dengan tenang.

"Shori kau datang nak." Ucap Rei.

"Iya kaachan seperti biasanya." Ucapku.

Aku duduk di samping rei dan menceritakan banyak hal selama seminggu ini.

"Ngomong-ngomong shoto dimana?" Tanya Rei.

"Itu shoto biasa latihan dia keras kepala banget padahal sudah kuajak kesini." Ucapku.

"Iya shoto keras kepala sekali persis seperti kaachan saat muda." Ucap Rei.

Aku tidak pernah menyinggung soal endevor sama sekali menurut dokter jangan membahas itu semua demi kesehatan rei.

"Kaachan aku pamit dulu ya daritadi niisan telepon terus." Ucapku.

"Ya baiklah hati-hati di jalan." Ucap Rei.

Aku tersenyum dan berlalu pergi dari kamar rei saat perjalanan pulang aku sengaja melewati gang sepi.

"Aniki!" Panggilku.

Pria berambut hitam yang kupanggil kakak membalikkan badannya dan menatapku datar tapi aku malah tersenyum kearahnya.

"Kau siapa bocah?" Tanyanya.

"Kau touya kan kakak sulungku?" Tanyaku.

"Aku bahkan tidak kenal denganmu sama sekali." Ucapnya.

Aku mengeluarkan sedikit kekuatan esku dan dia malah mengaktifkan kekuatan api biru miliknya membuat aku tersenyum.

"Hanya aniki yang memiliki api biru setahu aku." Ucapku.

"Kau salah orang." Ucapnya.

"Lalu kenapa mematikan kekuatan esku?" Tanyaku.

"Hanya refleks saja." Ucapnya.

"Bahkan ada tatapan khawatir dari matamu." Ucapku.

Orang tersebut langsung pergi begitu saja tapi aku berlari kearahnya dan memeluk tubuh tingginya membuat dia menegang akan perlakuanku.

"Aniki jangan benci shoto kan dia tidak salah." Ucapku.

"Ck!" Kesalnya.

Dia mendorongku dan melanjutkan perjalanan begitu saja menjauh dariku tapi aku hanya tersenyum saja.

✔️ Todoroki Shoto Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang