07. FIRST QUARTER

2.1K 379 76
                                    



***

Matahari bersinar terik, menusuk menembus hoodie putih Lunar yang sudah berganti warna menjadi kuning karena terlalu sering dipakai, lengan hoodie itu sudah melebar karena terlalu sering ia paksa naikkan sampai lengan atas. Lunar bukan tipe orang yang memperhatikan penampilan sih, ia berpakaian semaunya saja, kecuali kalau pergi dengan Kakak Marsha dan Mami soalnya takut bikin malu.

Atau kalau kepepet ia akan meminjam baju Val. Seperti hari ini, di balik hoodie dia memakai baju hitam polos punya Abangnya, karena miliknya kotor, waktu itu dia asal melemparkannya di kamar dan ketika butuh dia baru ingat kalau kausnya belum dicuci.

"Panas banget..." Lunar mengeluh, kemudian membuka hoodie, menyisakan tubuhnya hanya dengan kaus hitam polos dan celana pendek. Sepatunya dia pakai asal - asalan, seperti biasa. Dia injak belakangnya karena buru - buru. Kalau bukan karena perutnya yang lapar, dia tidak mau berdiri di tengah terik matahari begini. Lunar menendang batu - batu disekitarnya karena tidak sabar. Matanya menatap sekeliling dan terdistraksi dengan banyak hal karena ramai. Dia berusaha memusatkan perhatiannya.

"Lah? Lunar?! Lo kok ga siap - siap?!," Suara itu membuat Lunar yang sedang berdiri memperhatikan sosis bakar menoleh.

"Laper." Katanya singkat. Melihat Kaina yang jalan berdua dengan Nathan. Kaina terlihat sibuk dengan totebag berukuran besar di tangan kiri dan tas kamera di lengan kanan.

"Lah bukannya lo jadi cadangan?."

Lunar menangguk. "Iya cadangan mati tapi, ga akan kepake sih soalnya gue sering bolos latihan juga."

Karena sering membuat dia kelelahan dan jadi tidak konsen belajar, akhirnya Lunar mengorbankan basket.

"Yaudah cepet beli sosisnya, kita kedalem bareng." Kaina menghela nafas, Lunar hanya nyengir, kembali memasukkan tangan ke saku.

"Gausah kalian duluan aja, gue masih mau nyari minum." Kata Lunar, melirik Nathan. Kemudian melirik Kaina, bergantian. Seperti memberi kode. Membuat Nathan sedikit bingung.

"Gak apa - apa santai, gue tungguin juga lo beli sosis bakar." Kata Nathan.

Bukan itu maksud Lunar.

Lunar mengulurkan tangannya, meraih totebag besar Kaina dan menaruhnya di lengan sendiri. Karena sering bersama dengan Marsha dan Mami, dia jadi selalu inisiatif membantu perempuan meskipun mereka tidak minta tolong.

"Repot lu bawaannya banyak kayak Ibu - Ibu." Omel Lunar.

***

Suasana pertandingan berlangsung ketat, Lunar yang tidak terlalu tertarik juga menjadi antusias. Skor sekolah mereka dan lawan terus berkejaran, dia sedikit kesal sih karena tim lawan main kasar, Nathan sudah terlihat meminta time out karena sepertinya kaki kanan dia cedera ketika bertubrukan dengan pemain lain.

"Lunar masuk!"

"Cepet Lunar! Ganti! Abis ini kamu masuk, ganti Nathan!"

Lunar sedikit terkejut karena dibentak seperti itu, dan tidak mengira kalau hari ini dia akan benar - benar turun ke lapangan. Dia takut sih tapi ketika melihat jalannya permainan sejak tadi dia pikir bisa lah mengimbangi, Lunar cuma perlu hati - hati saja karena dia tidak mau pulang dalam keadaan cedera. Tadi dia bilang ke Mami kalau mau kerja kelompok. Kalau bilang ada tanding seperti ini, keluarganya akan datang serombongan.

the phases of the moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang