*
Lunar memeluk kucing kesayangannya dengan gemas. Sesekali menggaruk perut gendut kucingnya dan mengajak mereka berbicara. "Dasar gendut! Udah kenyang ya makannya manja, kalau belum pasti nyakar," Rutinitas dirinya tiap pagi seperti itu, memberi makan kucing dan main main di teras sebelum mulai sekolah.
"Adeeeek!"
Suara Mami terdengar sampai ke teras.
"Bentar ya nyamperin Mami dulu."
Kalau bisa dihitung per kata, Lunar lebih banyak berkomunikasi dengan kucingnya daripada dengan keluarga."Tunggu Mi, Lunar kesana!"
Lunar menghampiri Mami kemudian melihat keluarganya sudah sibuk sarapan di meja makan. "Hey bocil," Papi menyapanya. Lunar membuang muka karena ia tidak suka dipanggil bocil. "Lunar bukan bocil sorry ya."
Abangnya tertawa diujung meja makan. "Jiakh dijudesin."
"Sarapan dulu sana, tuh mau nugget kan? Mami udah gorengin 3 tuh, jangan lupa makan sayurannya juga adek"
"Kok cuma 3?!" Protes Lunar.
"Yee masih untung dibikinin lu bocil, liat yang lain sarapannya apa!" Marsha mengingatkan Lunar menunjukan piringnya sendiri.
Mami memang sengaja membatasi konsumsi junkfood untuk anak - anak mereka, tidak cuma Lunar. Val, Marsha, dan Papi lebih parah karena Mami tau mereka itu suka jajan sembarangan diluar ia berusaha menyediakan makanan bergizi di rumah. Bahkan sampai memaksa Val makan sayur.
Kalau Lunar, dia masih diizinkan makan junkfood di dalam rumah karena Mami tahu sekolahnya menyediakan makan siang dan snack 4 sehat 5 sempurna.
"Tapi Lunar nemenin Mami belanja waktu itu, sama bawain barang, kata Mami Lunar boleh minta apa aja, Lunar minta nugget!"
"Marsha, gorengin lagi adeknya nugget sana" Papi membela karena yang namanya perjanjian, itu harus ditepati. Imbalan juga untuk Lunar yang menemani Maminya.
"Sudah - sudah, jangan sedih Lunar ya, ditunggu ya nugget tambahannya,"
"Gak mau ah Pa, rambut Marsha nanti bau minyak kalau goreng - goreng, udah rapi gini." Masha menoleh ke arah Val yang masih mengunyah sarapan.
"Sorry banget, terakhir pake kompor kelas 3, udah lupa caranya." Abang Val menolak sebelum disuruh.
"Ya udah gausah..." Lunar mengalah.
"Nanti delivery aja sama kakak ya? Papi kasih uangnya."
Lunar diam, memakan nugget nya dengan kesal. Dunia ini selalu tidak adil kepadanya.
*
"Adek!"
"Adeeeeek!"
Marsha mengintip keluar, kamar adik bungsunya tertutup rapat. Ia berdecih pelan. Kemudian mendengar suara langkah rusuh menaiki tangga. Dari suara langkah kakinya saja Marsha sudah hapal, kalau lelet dan santai itu Lunar. Kalau rusuh dan berisik, itu adik pertamanya, Val.