04. WE DONT CHANGE, WE JUST GROW

2.7K 404 66
                                    




*

Lunar tumbuh menjadi pribadi yang tenang dan tertutup karena dibesarkan oleh keluarga yang protektif. Sekarang, dia sudah SMA kelas satu, di sekolah yang sama dengan kakak sepupunya. Lunar tidak tahu bagaimana kondisi keluarga lain, tapi pastinya jalan hidup Lunar pasti mengikuti jejak kakak atau keluarganya yang lebih tua.

Lunar tidak pernah bisa memilih.

Sekolah, kegiatan ekstra, pakaian, sampai hobi.  Kadang Lunar iri dengan Val dan Marsha yang Mama dan Papa bebaskan jalan hidupnya.

Lunar menatap tampilannya di kaca, merapikan rambutnya cepat.

Sepatu converse berwarna hitam dan putih yang sudah usang itu Lunar pakai asal - asalan, talinya terurai karena malas mengikat, dan bagian belakangnya juga ia injak sampai terlipat. Baju seragam putihnya tidak ia masukkan ke celana.

"Lunar... masa pake sepatunya kayak gitu?." Mama menghela nafas. "Dipake dulu yang bener dong. Jatuh kamu nanti kalau talinya keinjek,"

"Iya nanti.." Lunar mengabaikan Mama, mengambil mangkuk dan mengisinya dengan sereal.

Tidak lama, Val turun. Mengambil sepatu dari lemari dan memakai sepatunya asal persis seperti Lunar. Mami menatap mereka berdua dan menggelengkan kepalanya.

"Mami kok cuma gitu doang ke Abang! Kalau Lunar tadi diomelin." Anak itu tidak terima. Val menghela nafas, tradisi Lunar membuat drama di pagi hari.

"Abang kamu udah gak ketolong kebiasaan jeleknya, kamu aja yang masih kecil—"

"Lah, Lunar udah SMA Ma?!,"

"Iya maksudnya Lunar kan masih muda, pola pikirnya masih bisa disembuhkan, kalau Abang udah gak ketolong bandelnya."

Val cengengesan, melanjutkan makan roti. Sesekali menyenggol kaki Lunar di bawah meja, menggangu adiknya.

"Ma! Abangnya nih! Ganggu Lunar!"

"Katanya enggak kecil, masa gitu doang ngadu." Lunar bungkam. Mendecih pelan kemudian melanjutkan sarapan.

*

Lunar berjalan lemas menuju perpustakaan, kemarin - kemarin ia tidak masuk sekolah karena sakit, ia ketinggalan info kalau harus merangkum literatur dari buku berbahasa Inggris yang ada di perpustakaan.

Kalau bukan Kaina yang memberi tahu, mungkin sampai besok ia akan jadi orang yang tidak mengerjakan tugas tersebut. Lagian salah Lunar juga, ia kadang malas membuka chat yang menumpuk di ponselnya.

Lunar memasuki area perpustakaan, menuju rak tempat buku yang ditugaskan oleh gurunya. Hanya tersisa satu. Ia meraih buku itu sebelum mendengar suara di belakangnya.

"Gue juga butuh buku itu."

Lunar menoleh ke belakang. Ada Nathan berdiri disana.

Awalnya ia mau merelakan buku itu dan mengerjakan berdua bersama Kaina, tapi Nathan tiba - tiba berkata.

"Kerjain bareng aja lah, gue ke rumah lo hari ini. Boleh kan?."

Lunar mengangguk. "Boleh. Gue atau lo yang pegang bukunya?"

"Lo aja." Kata Nathan.

"Oke. Gue cabut ya ke kelas."

"Eh. Lo tau rumah gue kan? Gue balik pake sepeda. Lo bawa motor ya?." Lunar bertanya.

the phases of the moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang