*
Suasana koridor menuju lantai bawah cukup ramai karena bubaran sekolah. Lunar melangkahkan kakinya santai, asik sendiri dengan ponselnya sampai ketika melewati kantin seseorang memanggilnya. Lunar berbalik, kemudian melihat Nathan melambaikan tangan ke arahnya di bangku kantin yang paling dekat dengan koridor.
"Lunar! Sini!."
Di sebelah kanan dan kiri Nathan ada dua orang yang sibuk pacaran. Lunar melihat mereka sekilas, kemudian menggeleng. Dari SMP, Nathan memang cukup populer.
"Gue mau langsung balik, duluan ya!,"
Ia melanjutkan perjalanannya menuju gerbang sambil sesekali menoleh ke arah kelas - kelas yang dilalui setengah melamun karena sambil memesan gojek untuk pulang. Sialan memang, disaat yang lain sudah diizinkan bawa mobil dan motor Lunar hanya boleh memakai sepeda atau dijemput Kakak - kakaknya agar lebih aman, orangtuanya tidak tahu saja naik mobil dengan Kakak Marsha atau Val itu lebih bar - bar dari turbulensi pesawat, malah mereka sengaja menyetir seperti itu untuk menakut - nakuti Lunar agar tidak minta dijemput.
"Marv! Adek kelas favorit lu noh!," Abin menunjuk - nunjuk ke arah Lunar.
"Eh si bocah ingusan. Mau kemana?,"
Mau pulang lah, masih nanya. Ujar Lunar dalam hati. Ia tidak menjawab, memilih untuk menjauh dari Marv karena tukang gojeknya sudah ada di depan gerbang. Marv malah merangkul leher sepupu jauhnya itu dan membawa Lunar duduk di kursi panjang bawah tangga.
"Nongkrong dulu lah, Luna.. masa langsung pulang. Mau apa sih buru - buru amat?,"
"Lunar." Katanya ketus mengoreksi.
Semua keluarga besarnya tahu dulu waktu kecil mereka mengira Mami akan memiliki anak perempuan, sehingga menyiapkan nama Luna, tapi ternyata yang lahir adalah anak laki - laki, sehingga mereka menambahkan huruf R di belakang nama yang sudah mereka siapkan. Sangat tidak ada effort sekali kan?
Marv sibuk mengganggu Lunar sampai gerombolan anak basket lain datang.
"Eh Marv, Lunar sodara lu kan? Kita kurang pemain cadangan buat DBL* nih, pinjem nama si Lunar aja gimana? Bisa main basket kan? Kakak lu jago basket kan?,"
"Ah si bau kencur mah mana bisa main basket, dia mah hobinya diem di kamar nonton mukbang."
Lunar hanya diam, sebenarnya dia bisa sih main basket. Dia suka main basket menemani Abang Val dan teman - temannya latihan. Iseng saja, kalau ia bosan. Tapi ia terlalu malas untuk ikut - ikutan kejuaraan seperti ini astaga, dia mending rebahan daripada harus repot - repot latihan tiap hari sabtu atau minggu.
Ponsel Lunar bergetar, tukang ojek online nya menelepon karena sudah menunggu terlalu lama, Lunar dibentak - bentak sampai suaranya terdengar keluar dari ponsel. Ini semua gara - gara Marven sialan. Ia shock sekali dan mematikan ponselnya.
Ia takut sekali keluar dari sekolah. Tukang ojek itu pasti masih di depan, ia takut tiba tiba disergap karena membatalkan orderan seenaknya. Tidak ada cara lain. Lebih baik ia nebeng agar lebih aman.
"Abang.."
"Tumben manggil gua pake Abang - abang?!"
"Anter ke rumah plis, plis banget tadi Lunar ga sengaja cancel orderan gojek anjir, takut dimarahin.. tukang ojeknya nelfonin nunggu di depan."