09

1.3K 110 16
                                    

Bunyi rinai hujan menyapa gendang telinganya. Seseorang mulai terusik, berulangkali ia menutupi telinganya menggunakan tangan, namun suara hujan dari luar sana begitu mengganggu tidurnya.
Ia menyerah untuk melanjutkan tidurnya dan memilih membuka mata, mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan.

Gelap!

Ia tidak bisa melihat apa-apa selain cahaya bulan yang terpancar melalui jendela yang terbuka tirainya.
Matanya begitu berat. Fiat beranjak, mendudukkan tubuhnya barang sejenak pada sofa. Lalu berjalan menuju tembok disampingnya.

Satu tangannya ia angkat meraba saklar lampu. Sedetik kemudian ruangan menjadi terang. Dilangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Menyalakan shower, membiarkan air mengguyur tubuhnya yang masih terbalut pakaian.
Dingin, itu yang ia rasakan sekarang.
Ia tidak mengingat jika kakinya dirantai, Saat hendak membuka baju serta celananya, ia baru ingat.
Ia meraih gunting yang terletak di wastafel dan mulai menggunting celananya.

Fiat kembali keluar dengan handuk yang melingkar di pinggang. Membuka lemari besar bewarna putih lalu mengambil sweater bewarna navy, untuk ia pakai. Sweater kebesaran itu menutupi badannya sampai paha. Selanjutnya Fiat akan memakai celana, tapi bagaimana caranya? Toh kakinya saja dirantai.

Fiat berdecak kesal "Sial"

Fiat menatap ke luar jendela, hujan malam ini cukup deras. Untung saja tidak ada sambaran petir yang menjadi phobianya. Jam menunjukkan pukul 19.05 itu artinya Fiat hanya tertidur seharian ini. Kepalanya menjadi pening "Ssstt..kepalaku"

"Leo!!" Teriaknya sambil memegangi kepalanya yang berat

Tidak ada jawaban.

"Leo buka pintunya...kepalaku sakit..."

BRUK

Tubuhnya ambruk kelantai. Tidak, Fiat tidak pingsan. Dia hanya lemas, tidak kuat untuk berdiri.

"Leo..." Lirihnya

Kaki jenjangnya ia gunakan untuk menendang-nendang pintu kamar, berharap Leo segera membukanya.
.
.
.
.
.
"Bagaimana dok?" Tanya seorang perempuan berpakaian maid

"Nyonya Nam dan kandungannya baik-baik saja. Untung dia langsung dibawa kesini. Tapi aku peringatkan untuk lebih berhati-hati, jangan sampai kejadian ini terjadi lagi karena kandungan nyonya Nam ini lemah. Bisa berakibat fatal nanti" jelas sang dokter

Seorang perempuan yang tengah berbaring pada kasur itu mengelus lembut Perut besarnya "Maaf sayang"

Sang dokter lalu memberikan beberapa obat kepada maid.

"Mari ku bantu" Dokter kandungan itu meraih pundak Nam, membantunya untuk bangun

"Terimakasih dok"

"Hati-hati ya nyonya"

Kedua perempuan beda status itu keluar dari ruang periksa. Maid tersebut menuntun majikannya.

"Sebaiknya kita beritahu tuan Leo, nyonya" usul Clara

"Tidak perlu, aku tidak ingin mengganggu" tolak Nam halus

Mereka sampai di mansion megah milik Leonardo Thuntanukul. Nam memasuki kamarnya, lalu duduk di tepian kasur.

Sementara pembantunya, Clara. Sangat cemas akan keadaan perempuan yang sedang berbadan dua itu. Dia nampak gelisah "Aku harus memberitahu tuan"

Clara mengambil benda pipih di saku rok nya, menekan nama 'Tuan Leo' untuk dihubungi.

Tersambung

"Halo tuan?" Sapa Clara

"Ada apa?"

"Maaf mengganggu malam-malam"

Obsession JaFirst/LeoFiat (End)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang