Happy Reading
Aretha saat ini berada di TPU, berjalan ke salah satu makam dengan membawa dua buket mawar putih. Ia berjongkok menatap tempat peristirahatan terakhir kekasihnya.
Aretha meletakan satu buket mawarnya di dekat nisan bertuliskan Evannio Andhika Davidson "Maaf" kata pertama yang keluar dari mulut Aretha "kangen Evan" gumamnya.
"Kami ingat dulu kamu janji gak akan ninggalin aku! kamu akan selalu lindungi aku! dan kita akan hidup bahagia selamanya tapi sekarang apa! kamu ingkar janji Van" tanpa sadar air matanya jatuh.
"Udah dua tahun lebih kamu ninggalin aku, bodohnya aku masih nunggu janji yang jelas-jelas gak akan kamu tepati, aku benci kamu Van! aku benci!!" Ucapnya berbanding terbalik dengan hatinya.
"Kamu jahat Van! Tapi kenapa aku masih gak bisa lupain kamu, haha aku bodoh Ya Van?" ucapnya tertawa renyah dan tiba-tiba berhenti "kamu tau ga ada laki-laki aneh yang deketin aku, marahin sana Van! dulu kamu bakal kasih pelajaran untuk orang yang berani deketin aku dan bilang kalau aku ini milik kamu! Milik Evannio Andhika Davidson!" Aretha masih terus berbicara seakan kekasihnya ralat mantan kekasihnya itu mendengarkan keluh kesahnya.
"Maaf! aku gak pernah dateng kesini, aku pergi buat lupain kamu tapi ternyata percuma, aku masih gak bisa lupain laki-laki brengsek yang ingkar janji ini"
"Ta" panggil seseorang yang tiba-tiba saja menepuk bahu nya.
Dengan cepat Aretha menghapus air matanya dan berbalik menatap orang yang memangilnya
"Nangis aja ta, it's ok gue ngerti perasaan Lo" Ucapnya langsung memeluk tubuh Aretha, membuat sang empu menangis sejadi jadinya.
"Gue kangen Evan Ra! gue kangen! Evan jahat Ra! Evan brengsek"
"Sutt!! tenang ta tenangin diri Lo, terkadang kita memang perlu menangis untuk meluapkan emosi tapi lo gak boleh terlalu larut dan lagi Aretha itu wanita kuat gak boleh lemah ok!" Ucapnya sembari menepuk nepuk pundak Aretha.
"Gue kuat Ra! Kenapa? Kenapa satu persatu orang terdekat gue pergi ningalin gue Ra kenapa? Apa Lo juga bakal ningalin gue Ra?"
"Sutt!! Lo itu wanita terhebat yang pernah gue kenal, gue gak akan ningali lo" katanya menenangkan seraya melepas pelukannya kedua tangannya memegang bahu Aretha menatap lurus manik mata Aretha "Lo harus balas mereka, jangan biarin mereka bahagia, ingat Nyawa dibalas Nyawa!"
Aretha mengangguk ia menghapus sisa air matanya dalam sekejap raut wajahnya berubah datar di matanya terlihat kobaran amarah "mereka harus menderita, gak akan gue biarin mereka bahagia" Aretha berjalan kearah makan yang terlihat masih baru di sebelah makan Evan.
Aretha berjongkok di samping makam itu meletakan buket mawar yang masih ia pegang sendari tadi "Lo tenang aja! gue bakal balas semua dendam Lo, gue bakal basmi sampai ke akar-akarnya" kedua tangannya mengepal kuat.
Laura! Yang berbicara dengan Aretha adalah Laura Putri Erlangga anak pengusaha sukses, sahabat masa kecil Aretha, mungkin karena besar bersama membuat sifat mereka terbilang cukup mirip, lain halnya dengan Nadia, Sheila, dan Syerlin mareka berteman saat pertama masuk sekolah menengah pertama.
Evannio Andhika Davidson meninggal karena insiden kecelakaan sehari sebelum hari kelulusannya. Sahabat masa kecil Aretha, Menjalani hubungan sepasang kekasih dengan Aretha seminggu sebelum hari kecelakaan.
Setelah kematian kekasihnya Aretha memutuskan untuk tinggal di Kota New York menjalani hidup bersama kakaknya, berharap disana ia bisa melupakan Evan! menjauh dari tempat penuh kenangan disini dan tidak akan kembali lagi tempat kelahirannya, tetapi takdir berkata lain ia harus kembali ke tempat ini untuk membalaskan dendam orang tersayangnya, lagi-lagi ia harus rela kehilangan orang yang ia sayangi di tempat ini.
"Terus Lo ngapain kesini?" Tanyanya dengan nada dingin.
"Gue cuma mau ketemu mereka sebelum pergi" Ucapnya seraya melirik dua makam yang berada di kanan kiri nya.
Aretha mengerutkan keningnya tidak mengerti maksud Laura
Laura yang melihat kebingungan di wajah datar Aretha terkekeh "gue ikut pertukaran pelajar"
"Kenapa tiba-tiba?"
"Sebenarnya gue udah di tawarin dari sebulan yang lalu, tapi masih gue pikir-pikir, dan sekarang gue putusin buat ikut"
"Lo mau ningalin gue?" Tanyanya dengan wajah melemas
"Gue pergi gak lama ta, lagian ini cuman pertukaran pelajar"
"Ck sama aja Lo mau ningalin gue"
"Kan ada Altha" Ucapnya seraya menarik turunkan alis mengoda ntah kenapa saat sedang berdua sifat mereka berubah drastis, lain halnya saat dikeramaian jangankan mengobrol berbicara saja hanya mengunakan kata-kata singkat.
"Ck kemaren-kemaren aja Lo larang gue buat gak deketin dia"
"Gue gak ngelarang Lo ta! gue cuman minta Lo untuk jangan main-main sama Altha"
"Lagian kenapa gue gak boleh mainin dia?"
"Lo itu kalau di bilangin keras kepala bange ta, Lo harus tau dia itu"
"Psychopath" potong Aretha.
"Lo tau?"
"Apa yang gue gak tau?" Tanyanya dengan nada sombong.
"Ck ck sombong nya gk pernah ilang, Lo tau dari mana kalau Altha itu Psychopath?" Tanya Laura.
"Ada deh Lo gak perlu tau! Lo sendiri?"
"Gue tau pas gak sengaja mergokin mereka lagi nyiksa korbannya di gudang belakang sekolah."
"Wait! Wait! mereka?"
"Ck tadi aja katanya 'apa yang gue gak tau" Ucapnya menurunkan perkataan Aretha tadi.
"Dih gila Lo"
Perkataan Aretha membuat Laura mendengus kesal "mau gue lanjut gak ni, kalau gak mau mending gue pergi ngapain juga lama-lama di kuburan"
"Lanjutlah, lo kan mau pergi gimana cara gue dengerin cerita Lo kalau udah pergi nanti"
Laura mengeplak kepala Aretha "gue cuman mau ikut pertukaran pelajar bukan mau mati Taa" Ucapnya dengan nada geram.
Aretha meringis memegangi kepalanya "Lo kan paling susah kalau dihubungin"
"Iya juga ya" Ucap Laura membuat Aretha berdecak" sampai dimana tadi?"
"Mereka siapa maksud Lo"
"Oh ya mereka itu Altha, Andrew, Kenan sama Bayu, tapi gue gak liat secara pasti temennya itu nyiksa orang, tapi gue liat dengan jelas Altha lagi nyiksa orang dan temen-temen nya cuman nonton. Dan Lo tau gue hampir mati karna mergokin mereka, untung aja ada si Kenan yang mohon-mohon sama Altha supaya gak bunuh gue"
"Dia suka sama Lo" potong Aretha.
"Gue tau, tapi gue kan gak suka!! Ya yang penting mereka bebasin gue walaupun mereka tetep ngancem buat gak kasih tau siapa-siapa kalau mereka psyco"
"Terus kenapa Lo malah ngomong ke gue?"
Laura mendengus kesal "Kan Lo yang suruh jelasin!"
"Penghianat Lo!! harusnya Lo gak ngomong sama gue, gue cepuin ah biar kepala Lo iang" Ucap Aretha dengan sedikit kekehan.
"Ck ngeselin Lo"
"Ya lagian Lo goblok, kalau mereka ngancem Lo tebas aja kepalanya, Lo kan sama" Ucap Aretha dengan nada santai.
"Ya kan posisinya susah ta mereka 4 gue 1 gue tebas salah satu dari mereka di tebas balik pala gue. Udah deh kali ini gue mau ngomong serius"
"Kan dari tadi kita ngomong serius Ra."
To be continued