Iringan Belantara

44 16 4
                                    

Mentari telah memancarkan sinarnya membuat retina cantik yang semula memejamkan matanya itu mulai terbuka sayup sayup.

Merasa bahwa sang surya telah menampakan dirinya Serina segera beranjak dari tidur beralas tanah dengan selimut daun pisang dan atap ranting serta daun yang dibuatnya

"Hei, apa bapak tidak tidur??" kaget Serina melihat Kapten Dirga tengah terduduk di depan api unggun yang hanya tersisa bara.

"Jika saya tidur saya yakin kau akan digeret bersama babi hutan malam tadi"

Penjelasan Kapten Dirga mengenai babi hutan yang menghampiri bivak Serina dan sempat akan menggigit kaki Serina jika Kapten Dirga tidak langsung menyadari itu lantas saja membuat Serina bernafas lega

"Benarkah? kalo begitu terimakasih pak"

"Sama-sama"

"Eumm, tunggu apakah bapak membawa kain panjang ?" tanya Serina lagi

"Tidak memangnya untuk apa?"

"Eumm itu anu apa itu"

"Anu itu apa? bicara yang jelas jangan seperti anak sd dan membuat saya ambigu" lirih Kapten Dirga yang sepertinya kesal

"Itu saya mau shalat subuh tapi mukena saya berada dicerier yang entah ada dimana sekarang" jelas Serina yang sebenarnya malu mengatakan ini takut-takut dibilang caper atau apa, tapi jika dia tidak bilang dia juga tak mau meninggalkan kewajibannya itu cukup kemarin dia tidak melakukan kewajibannya itu

Sementara itu sebaliknya Kapten Dirga diam-diam tersenyum samar dengan tingkah gadis ini, merasa jarang melihat seseorang yang masih ingat dengan kewajibannya dalam kondisi seperti ini

"Saya tidak membawa kain panjang" lirih Kapten Dirga Sontak membuat Serina merengutkan wajahnya.

Melihat kekecewaan diwajah Serina akhirnya Kapten Dirga mendekati Serina lalu memberikan sarung tangan militernya

"Saya memang tidak mempunyai kain panjang tapi saya mempunyai ini untuk menutupi telapak tanganmu. Namun, saya tetap tak yakin kamu bisa melaksanakan ibadah dengan kepalamu yang tak tertutupi jilbab itu"

Netra tajam Kapten Dirga melihat Serina hanya memakai kemeja panjang tanpa penutup dikepalanya

"Bapak tenang saja lihat ini saya membawa slayer merah ini, sepertinya cukup untuk dijadikan kerudung hingga menutupi leher walau tidak sebatas dada" jelas Serina

"Syukurlah yang penting untuk sekarang kepalamu tertutupi dulu, Yasudah cepat laksanakan kewajibanmu sebelum matahari itu mengeluarkan sinarnya"

"Puitis sekali bapak ini"

Akhirnya Serina langsung berlari kearah pohon besar dengan lumut yang menyelimutinya. Melakukan tayamum dengan sari-sari air yang menempel di pohon tersebut.

"Bapak sendiri tidak shalat?" tanya Serina saat melihat laki laki didepannya hanya berdiri menatapnya saja

"Saya sudah lebih dulu, ketika kamu masih bergelung dengan bivak itu"

Mendengar itu Serina hanya mengangguk memasuki bivak untuk melaksanakan kewajibannya

"Sudah?" tanya Kapten Dirga ketika Serina keluar dari bivak tersebut.

Serina yang mendengar itu hanya menganggukkan kepala.

"Makan mangga ini untuk mengganjal perutmu" lirih Kapten Dirga memberikan dua buah mangga ketangan Serina

"Bapak menemukan mangga ini dimana? kemarin sepertinya saya tak menemukan ada pohon mangga disini" tanya Serina penasaran pasalnya dari kemarin dirinya tidak menemukan pohon mangga, selain pohon besar dengan akar liana.

Paralayang Love You (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang