07. Bimbang

50 6 0
                                    

Zahra baru pulang tepat jam delapan malam, selama ditempat kursus ia lebih banyak diam, atau lebih parahnya lagi melamun, bahkan Miss Anita, guru pembimbing diapun beberapa kali menegurnya. Dia tidak bisa fokus seharian. Dan apa yang dia takutkan terjadi. Hanya perihal cowok bukan?

Zahra berdecak tak percaya.

Beberapa kali ia kembali mengingatkan diri bahwa apa yang dipikirannya itu hanya sekedar sampah yang harus segera dibuang. Karena kalau tidak, sampahnya akan menimbulkan bau yang menyengat hingga membuat kepala manusia pusing.

Seperti sekarang.

Tangannya masih memijat pelan keningnya yang sejak tadi tidak berhenti berdenyut nyeri. Tubuhnya juga terasa lebih lelah dari biasanya. Pikirannya tak bisa berhenti memikirkan Nizam yang tidak terlihat batang hidungnya seharian.

Alih-alih mandi dan solat, dia justru kembali mengambil ponsel dan mengeceknya lagi. Seharian ini, dia melakukan hal bodoh itu berulang-ulang. Berharap, Nizam mengajak bertemu dan mereka bicara. Padahal jika di ingat, mereka berdua belum bertukar nomor.

Miaww...

Zahra menghela nafas. "Pussy, aku capek," keluhnya karena pussy tiba-tiba naik di pangkuannya.

Miaww..

Zahra mengelus pussy dengan sayang, dia juga rindu. Sudah beberapa hari ini tidak bisa bermain dengan pussy karena kesibukannya diluar. "Aku mau mandi sama sholat dulu, nanti baru kita makan." Dia menaruh pussy di kasur, lalu beranjak menuju kamar mandi.

Zahra membersihkan tubuh hingga akhirnya keluar dengan tubuh yang lebih segar, kini dia menunaikan sholat isya terlebih dahulu, pussy masih tenang menunggunya di kasur, dan setelah Zahra selesai sholat, pussy langsung beranjak dari kasur dan kembali rebahan di sajadah yang masih terbentang. Zahra sudah menduga Pussy akan menghampirinya.

Jadi saat melihat pussy ada dihadapannya, Zahra menggeleng dengan tangan mengelus pussy, sedangkan bibir dia masih menggumamkan doa setelah sholat. Tak lama kemudian, dia mengangkat dua tangan, mengadah pada sang Rabb untuk meminta ampunan.

Zahra menghembuskan nafas sejenak sebelum menatap satu titik didepan dengan pandangan teduh. "Ya Allah, ampunilah dosa ku, ampunilah dosa orangtua ku, lindungi mereka dimana pun mereka berada ya allah," ucapnya dengan suara yang sangat lirih.

"Ya Allah, jika Nizam memang jodoh ku. Maka dekatkanlah ia, dan jika Nizam hanya bagian dari manusia sekedar singgah, untuk membuat iman ku turun, maka jauhkan lah kami, dan kuatkan lah imanku. Aamiin." Zahra mengusap wajahnya. Kemudian dia tersenyum lega.

"Ayok pussy!"

Pussy terjengkang, terkejut tiba-tiba Zahra berdiri, sedangkan pussy tengah tertidur di atas sajadah dan mukena bawah.

"Maaf-maaf, kaget ya?" Zahra nyengir seraya melepaskan mukenanya, setelah itu dia membereskan alat sholatnya sebelum mengangkat pussy dan berjalan keluar.

"Capek pussy, kalau aja mamah sama papah tinggal disini. Mungkin Zahra nggak secapek ini."

Zahra menghela nafas berat.

"Beresin rumah, masak, nyuci-nyuci, buat jurnal belajar." Dia terkekeh. "Main sama pussy waktunya jadi sedikit ya? Padahal, waktu ada papah kita sering main setiap saat."

"Nanti kalo aku libur, semua waktu aku buat pussy." Zahra mencium kucing kesayangannya yang sejak tadi diam. Pussy diletakan di pantry, lalu Zahra mulai mencari makanan untuknya dan pussy.

Membuka kulkas, melihat berbagai makanan yang masih mentah, Zahra memutuskan untuk membuat sayur kangkung, ada tiga ikan yang masih utuh di atas meja. Dan Zahra mengambilnya untuk di panaskan kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

True Princess. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang