03. Sang Raja Tanpa Takhta

767 164 0
                                    

Sejauh mata memandang tetap saja sanubarinya tak menyangka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejauh mata memandang tetap saja sanubarinya tak menyangka. Banyak orang berdagang di sebuah pasar dengan pakaian kuno yang pernah Vino lihat di salah satu film era kerajaan.

Disusul dua gadis yang menatapnya. Salah satu dari mereka tadi memanggil Vino dengan nama belakang, membuat orang-orang yang tengah beraktivitas berhenti sejenak.

"Hei! Apa yang kau katakan, nona?! Berhenti berbuat kegaduhan dan pergilah dari sini!" seru seorang pedagang yang sedang mencincang daging dagangannya.

"Kau ini! Jangan buat diriku malu di hadapan orang banyak!" kata gadis di sebelah wanita yang menyerukan nama belakang Vino tadi.

"Kau lihat kan?! Buku ramalan yang ku baca ternyata benar! Dia kan tadi masuk ke sini lewat hutan terlarang!"

"Diam! Jangan membuatku tambah malu."

Vino melihat dua gadis itu berlalu pergi dan orang-orang di pemukiman yang berdagang maupun tidak kembali beraktivitas lagi. Rasa takut tetap menyelimuti. Vino masuk kembali ke hutan. Berlari walau sekujur tubuhnya kesakitan.

Gue pasti mimpi.

Hutan yang tadi Vino kenali jadi tampak berbeda. Bagai hutan liar tempat binatang buas bersarang.

Bangun, Vino, bangun!

Di saat berlari, ia melihat Revitas tepat di depan. Vino tersenyum bahagia. Setidaknya dia bisa mencoba mencari jalan menuju sekolahnya lagi. Bisa saja tadi dia salah jalur atau berhalusinasi karena panik.

DUK!

"Ah!"

Kaki Vino tersandung akar pohon. Kepalanya terbentur batu, menambah cucuran darah di kepalanya.

Gue udah gak kuat.

Itulah kalimat terakhir yang Vino ucapkan sebelum ia benar-benar beristirahat dalam pingsanya.

Dalam sekejap, ia merasa tubuhnya sudah sehat lagi. Sudah tak sakit. Perlahan ia membuka mata, dilihatnya sosok wanita yang terasa familiar baginya.

"Bu... Bu Dian?" ucap Vino.

"Syukurlah Yang Mulia sudah sadar."

"Bu Dian! Bu, tolong!"

"Yang Mulia, mohon maaf jikalau hamba lancang, namun, izinkan hamba untuk memperkenalkan diri. Nama hamba Diana Rasevati. Sebuah kehormatan dapat membantu Yang Mulia untuk sembuh kembali," kata wanita yang Vino sangka Bu Dian.

"Bu Dian! Bu Dian kenapa sih?! Kok ngomongnya gitu?! Saya butuh bantuan ibu! Kak Aksa sama yang lainnya ketimpa bangunan di Revitas, bu!"

Vino melihat wanita yang ia sangka Bu Dian malah tersenyum tenang.

"Ibu harusnya bantuin saya nyelamatin mereka sekarang!" seru Vino, pertanda ia sudah marah dan kesal.

"Sudah tiga puluh tahun lebih saya percaya akan ramalan itu."

Panglima Raja KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang