18. Indahnya Revitas

176 31 16
                                    

Putaran waktu menjerumuskan Vino dalam khayal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Putaran waktu menjerumuskan Vino dalam khayal. Apa yang sudah dilihatnya membuat Vino menyadari bahwa semua yang ia alami ada tujuannya. Vino tak menganggap bahwa semua ini adalah mimpi lagi. Ia menganggap bahwa semua ini adalah takdir yang sudah diukir.

Vino berjalan dengan tenang. Langkahnya damai dalam kehampaan. Ruangan tak berujung tanpa cahaya membuatnya tak putus asa. Ia ingin memanggil Joel, namun lidahnya bagai kelu dan bibirnya remuk redam. Vino tak punya kekuatan. 

"Yang Mulia!" 

Gendang telinganya bergetar mendengar suara itu. Suara Aksa, Panglima Akradewa, bagai memanggil dari kejauhan dengan tegas kala darah Vino mengucur dari dahi. Darah yang selama ini membuat Vino melihat beberapa kejadian di masa lampau.

"Apa Yang Mulia masih di sana?!"

Suara itu bagai terpaan angin yang menelisik telinganya. Semilir dentum dalam kehalusan yang hanya dimiliki seorang Yohan, Panglima Salvador, terdengar khawatir pada dirinya.

"Yang Mulia, sadarlah!"

"MEOW!"

Panggilan itu melesat bagai anak panah yang  dibidik oleh Harjun, Panglima Kumbara. Ditemani dengan teman kucing hitamnya itu, Lanu, Panglima Ararki.

"Yang Mulia, tanpamu kami tak bisa apa-apa!"

"Benar, Yang Mulia!"

Pijakan kaki Vino bergetar layaknya tanah akan digemburkan ke atas oleh Nyongki, Panglima Mahapati, disertai dengan suara yang terdengar seperti gemercik air dari Kenzi, Panglima Mahespati. Menyembur pendengarannya dan membasuh pikiran buruknya.

"Yang Mulia, apa di sana gelap? Mohon maaf, senyum hamba tak dapat membuat sinar mentari menembus ke sana."

"Bahkan api kecil hamba tak dapat dikobarkan lagi, Yang Mulia. Pimal sedikit lagi akan tiada dan tinggal nama."

Dixa—Panglima Pratama dan Panglima Kimal sudah kehilangan energinya. Vino harap-harap cemas. Awalnya dia optimis, tapi jadi takut untuk melangkah lagi.

"Apa yang harus kulakukan?" bisik Vino, bertanya pada dirinya sendiri.

"LAWAN RASA TAKUTMU, YANG MULIA! HAMBA MENDENGAR PERTANYAANMU! JANGAN TAKUT KARENA KAMI SELALU BERSAMAMU!" seru Boodi—Panglima Samudra, entah dari mana.

"Apa aku bisa melewati semua ini?" bisik Vino lagi.

"BISA! ASAL KITA BERSAMA!" seru Boodi.

Secercah cahaya muncul di depan Vino. Makin membesar hingga muncul bayangan yang membuat mata Vino menyipit.

"KAK JOEL!" teriak Vino sambil berlari untuk memeluk Joel.

Joel terpaku dan tak membalas pelukan Vino. Ia merasa aneh karena yang sedang bersamanya ialah penerus takhta, bukan orang sembarang yang tengah memeluknya.

Panglima Raja KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang