Vino terbangun di kasurnya. Ah, betul, semua itu hanya mimpi. Pagi ini ia bersiap untuk mengikuti kelas khusus olimpiade. Bertemu dengan siswa-siswa high class yang baru saja ia mimpikan tadi.
"Sekali lagi Yang Mulia berbicara seperti itu, Yang Mulia akan benar-benar dipulangkan, dan kami tak akan tau kemana Yang Mulia pergi. Yang tersisa hanyalah kami, yang sudah menemui Yang Mulia, yang sudah diberikan kehidupan kembali."
Vino masih mengingat jelas kata-kata itu yang terucap dari bibir sang penguasa laut di mimpinya tadi. Mimpi macam apa itu? Panglima? Kerajaan? Penerus takhta? Tak masuk akal bagi seorang siswa dengan otak cemerlang yang telah meraih beasiswa.
Beasiswa itu yang membuat Vino ada di sini. Di asrama yang sepi. Vino berjalan agak terhuyung melewati koridor. Jam berapa ini? Vino melihat jam dinding yang berada di ruang tamu asrama. Pukul 04.00. Masih banyak waktu untuk merenungkan semuanya.
Terduduk ia di sofa ruang tamu asrama. Menukikkan kepala ke arah kiri dan mengerutkan keningnya.
"Aneh banget, sih, mimpi gue." Dino bersuara tipis-tipis, bermonolog.
"Vino, ya?" Suara dari depan Vino cukup membuat terkejut.
"Kak Harjun? Udah bangun, kak?" Vino berbasa-basi.
"Belom, masih tidur." Harjun berlagak seperti orang tidur setelah mendudukkan diri di hadapan Vino. "Ya iyalah udah bangun. By the way, panggil Jun aja. Kalo Harjun kesannya kayak belum deket."
Kita emang belom deket, kan? tanya Dino dalam hati.
"Meong ..."
Suara kucing hitam mengalihkan perhatian keduanya. Subuh hari ada kucing hitam di asrama? Lewat dari mana hewan itu?
"Halo, meng ... Mau makan, ya?" tanya Harjun.
"Meong!"
Harjun mengeluarkan makanan kucing dari saku jaket yang dipakainya. Satu dua butir perlahan diberikan.
"Kak Jun suka kucing, ya?" tanya Vino.
"Iya, suka ngobrol juga sama kucing," jawab Harjun. "Udah kenyang belom, meng?"
"Meong!"
"Ok. Mau dipangku?" Harjun kembali bertanya pada si kucing.
Si kucing langsung melompat. Terpejam sambil mengusap kumis di celana training yang dikenakan Harjun.
Lucu, ya ... Ternyata Kak Jun penyayang kucing. Vino membatin sambil tersenyum.
"Gimana belajarnya?" tanya Harjun.
"Lancar, kok, kak. Sampe sekarang masih bisa ngikutin materi-materinya." Vino menjawab Harjun.
Harjun mengangkat sebelah alisnya, menatap kucing hitam itu kemudian menatap Vino. "Gue nanya ke kucing ini, Vin, bukan ke elo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Panglima Raja Kelana
FantasyMereka hanya siswa biasa. Mengapa dikirim ke negeri antah brantah untuk melakukan hal tak terduga?! "Saya cuma mau pulang! Saya bukan pangeran! Apalagi seorang raja!" - Vino Putra Klanarez