16. Panglima Malvosky

247 45 9
                                    

Jikalau ingin membicarakan perihal semesta, lawan bicara yang tepat bukanlah diriku, Yang Mulia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jikalau ingin membicarakan perihal semesta, lawan bicara yang tepat bukanlah diriku, Yang Mulia.

Vino masih ingat apa yang dikatakan oleh Panglima Kiel saat itu. Saat kepalanya berlumuran darah dan disembuhkan oleh panglima peramu itu. 

Suka tidak suka, Vino merasa bahwa alam sadarnya meyakini kalau semua ini adalah nyata dan bukan mimpi. Akan tetapi, semuanya tak dapat dicerna oleh logika murni. 

Seorang raja, panglima, penyihir, negeri, dan semesta? Apa maksudnya? Ia keturunan raja? Tak mungkin demikian. Akal sehat Vino meyakini bahwa ia adalah cucu dari seorang nenek yang sudah merawatnya sedari kecil. Vino yang yatim piatu mendapat kasih sayang penuh dari seorang wanita tua yang panjang umur.

Vino rindu neneknya.

Vino yang terpeleset dan bergulat dengan air sungai yang tenang membiarkan dirinya tenggelam. Makin lama tubuhnya tertarik ke dasar. Matanya terpejam. Jikalau ini mimpi, maka dia akan bangun, jikalau ini nyata, maka dia akan mati dengan rasa syukur.

Mengingat betapa berkuasanya Tuhan hingga semua yang mustahil bisa saja terjadi. Vino yakin bahwa takdirnya adalah yang terbaik yang Tuhan sudah beri karena semesta pun memiliki rahasianya sendiri.

"Maka kau harus menjelajahi semesta bersama hamba, Yang Mulia."

DEG! Jantung Vino berhenti berdegup sesaat setelah mendengar suara yang lembut itu. 

Vino berada di ...

"Ruang hampa, Yang Mulia," ungkap suara lembut itu. 

"Kak Joel?!" 

—⚜—

Tubuh Vino bergetar. Bukankan beberapa menit yang lalu dia berada di dalam sungai, menyerah dengan segalanya dan membiarkan air melahap habis dirinya? Sekarang dia ada di sebuah ruangan tak berujung berwarna biru gelap nan pekat bagai ruang angkasa tak berbintang.

Vino melihat Joel tengah menatapnya dengan sangat serius. Bagai menembus sanubari dengan rangkaian cerita yang harus dirampungkan, tatapan itu kian menelusuri batinnya.

 Bagai menembus sanubari dengan rangkaian cerita yang harus dirampungkan, tatapan itu kian menelusuri batinnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Panglima Raja KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang