19. Sampai Jumpa

231 36 12
                                    

Hingga nanti di suatu pagi ...
Salah satu dari kita mati ...
Sampai jumpa di kehidupan yang lain!

- Sheila On7, Saat Aku Lanjut Usia

—⚜—

Riuh sirine ambulans menjadi alarm bagi Vino untuk sadar dari mimpi panjangnya. Ia mengerang kesakitan dengan perban yang membungkus dada, kepala, dan juga  tangannya. Pandangannya yang masih buram tak mampu memperhatikan sekitar. Seorang dokter dan dua perawat memandangi Vino dengan was-was. Mereka sudah siap jika Vino tak sadarkan diri lagi atau malah lebih parah daripada hal itu.

Aroma steril rumah sakit menyengat kala nyeri di kepalanya kambuh tak tertahan. Teriakan Vino keluar dengan keras membuat dokter dan dua perawat terkejut bukan main dan langsung mengambil tindakan secara cepat.

"Cucuku! Cucuku!" jerit seorang wanita tua dari luar ruangan. 

Vino bisa mendengarnya dengan jelas. Jeritan yang makin histeris itu membuat Vino menitikkan air matanya dalam kesakitan yang mendalam. Sakit secara fisik dan juga batin, meringis dirinya dalam kesesakkan yang tak bisa lagi dipilin. Terikat sudah napasnya dengan sendatan darah yang makin lama berhenti. Degup jantungnya melemah dan hanya satu yang ia pikirkan.

"Negeri Kelana ...," lirih Vino.

"Yang Mulia! Yang Mulia!"

Vino terperanjat. Matanya terbelalak, terkejut melihat Lanu yang sudah ada tepat di depan wajahnya. Tatapan panglimanya amat khawatir. 

"Kak Lanu?!" Vino meletakkan kedua telapak tangannya di bahu lebar milik Lanu. 

Ia tak mengerti apa yang tengah ia alami. Ingatannya merekam jelas bahwa tadi ia mendengar neneknya menjerit kala kesadarannya sudah di ambang jurang yang dalam. Kini Vino sudah ada di Revitas dengan Lanu yang gagah berani menyapu seluruh hutan menggunakan mata kucingnya.

"Yang Mulia, panglima lain tengah berusaha mengalihkan para warga dan menghancurkan rencana Diana. Yang bisa kita lakukan di sini hanyalah berharap. Jika Yang Mulia mendapat penglihatan, apapun itu, mohon beritahu hamba," tegas Lanu yang kini menggenggam lengan Vino dengan harap-harap cemas.

Revitas bergetar. Tanah gemburnya terpental ke atas, angin berhembus dengan kencang, silih berganti badai berdatangan bagai tamu tak diundang. Vino ketakutan, menyelundupkan wajah di dada Lanu, memeluk panglimanya dengan erat.

"KAK! KITA HARUS BAGAIMANA?!"

"TETAPLAH DI DEKAT HAMBA, YANG MULIA!"

Puting beliung yang begitu dashyat menghancurkan revitas. Puing-puing berjatuhan hingga gemuruh petir menyala, menandakan kuasa langit sudah meluluh lantahkan segala emosinya. Meski begitu, Vino tak merasa cemas. Ia yakin penuh pada Lanu dan panglima yang lain. Vino yakin, mereka semua pasti akan bertemu kembali, bagaimana pun caranya.

—⚜—

Sayup-sayup terdengar obrolan yang membuat alis Vino berkerut. Dari alam bawah sadarnya, semua terasa begitu nyata. Vino bisa merasakan segala magis yang telah terjadi hingga batinnya melayang tak karuan. Berpindah-pindah dari satu raga ke tubuh yang lain dengan ruang waktu di dunia yang berbeda. Vino yakin ini nyata meski tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Panglima Raja KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang