04. Lelaki Tua Itu

653 144 4
                                    

Vino terus berjalan tanpa arah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vino terus berjalan tanpa arah. Mau ini mimpi atau bukan, yang penting Vino sudah berusaha. Kuda milik wanita bernama Diana itu ditinggalkannya. Apa boleh buat? Vino kan tidak bisa naik kuda. Bisanya naik motor, itupun SIM belum punya.

"Ya Tuhan... Gue harus kemana lagi?!" seru Vino di tengah hutan.

Vino terduduk dan bersandar di suatu pohon rindang. Kira-kira sudah berumur ratusan tahun karena akarnya yang kuat dan menjalar panjang. Dirinya menatap nyalang ke depan sampai matanya terpaku pada seorang kakek bertongkat yang tengah mengamatinya.

"Apakah engkau tengah tersesat, tuan? Atau engkau sekadar ingin beristirahat?" tanya kakek bertongkat itu sambil tersenyum dan mengusap janggut putihnya yang panjang.

Vino malas bicara. Siapa lagi orang ini? Memakai jubah dengan penutup kepala bagaikan dumbledore di film Harry Potter. Lidah Vino kelu.

Vino pun berdiri, merapikan pakaiannya dan berkata, "Saya... lagi nyari panglima."

Sang kakek bertongkat memiringkan kepalanya, bagai bingung apa yang tengah Vino katakan. Ah, ya, Vino lupa memakai bahasa yang baik dan benar, seperti yang diperingatkan Diana.

"Maaf. Maksud saya... Saya sedang mencari panglima," ucap Vino. Kedengarannya konyol, tapi, Vino ingin mengikuti sandiwara ini saja. Entah kapan selesainya.

"Panglima Raja Kelana?" tanya sang kakek.

"Iya, benar, kek," jawab Vino dengan sopan.

Kakek bertongkat itu mendekat ke arah Vino. Matanya yang Vino duga sudah sedikit katarak terbuka perlahan. 

Sang kakek berkata, "Tuan, magisnya Sang Revitas telah menggugurkan panglima negeri ini sejak ribuan tahun yang lalu. Itu cerita nenek moyang saya secara turun-temurun." Kakek bertongkat itu tersenyum. "Magisnya Sang Revitas selalu ditakuti oleh siapapun yang hidup di negeri ini. Tapi, tekad dan keberanian tuan membuat saya takjub tak henti. Membuat saya yakin bahwa keajaiban pasti akan terjadi."

Vino mengerutkan alisnya. Dalam hati ia berkata, "Si kakek abis minum amer apa gimana? Ngomongnya ngelantur gini."

"Tuan, engkaulah pemuda yang dibutuhkan negeri ini," kata sang kakek yang merubah tongkatnya menjadi pedang bagaikan sihir. "Terimalah kiranya tongkat ini, tuan. Saya sudah tidak butuh tongkat. Saya hanya butuh istirahat."

Sang kakek tersungkur di kaki Vino yang tengah memegang pedang. Dipegangnya nadi di leher sang kake oleh Vino. Sang kakek benar-benar butuh istirahat. Ya. Istirahat selamanya.

Tanpa tergesa, Vino menggali tanah untuk dijadikan kuburan sang kakek. Setelah mengkubur jasad sang kakek, Vino pun berdoa kemudian melanjutkan perjalanannya. Dirinya terus berjalan tanpa kenal lelah. Seharusnya dia sudah berhenti dari tadi, namun, ada hasrat tersembunyi yang membopong kakinya sampai tiba di sungai yang sunyi.

Panglima Raja KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang