PERGI!

1.1K 49 0
                                    

Suasana cafe dengan nuansa industrial itu terkesan ramai namun tak mengganggu pembicaraan diantara dua pemuda yang sedang bingung akan perasaannya itu.

"Jadi bagaimana pendapat mu?" Mark menatap serius wajah pria didepannya.

Haechan yang masih sibuk mengunyah sepotong cheese cake yang sengaja mark pesan itu akhirnya bersuara "Oko to pohom moksod mo ma-"

"Kunyah dulu, baru kau bicara" Mark mengambil tisu yang disediakan oleh pemilik cafe kemudian dengan cekatan ia membersihkan sudut bibir Haechan yang kotor terkena sisa remahan cheese cake.

Haechan sudah menelan makanannya, jujur jika membahas topik sesensitif ini Haechan benar benar gugup belum lagi dia tidak pernah didekati seorang pria sebelumnya.

"A-aku A-ku itu sangatt AGHHH" Haechan benar benar gusrah menjawabnnya.

Mark yang paham akan situasi ini memegang kedua tangan Haechan agar dia dapat merasa lebih tenang.

"Hei, tenang lah. Aku tidak memaksa mu untuk menyukai ku, mungkin kesan pertama kita bertemu terlalu buruk untuk dikenang, tapi semenjak malam itu, ciuman kita, tidak pernah bisa ku lupakan" Mark menatap Haechan dengan penuh ketulusan.

"Mungkin bisa dibilang aku terobsesi dengan mu, bahkan semenjak hari itu aku ingin tau mengenai dirimu Haechan, makanan kesukaan mu, kebiasaan mu bahkan tipe pria mu, aku berusaha mencoba menjadi orang yang bisa membuat mu nyaman" Mark mengelus lembut tangan haechan dengan ibu jarinya.

"Mark, kau tau jika aku pria normal bukan? Aku masih belum bisa menerima jika sekarang seorang pria eum..... menembak ku? bahkan kita baru saja bertemu" Haechan nampak gelagapan.

Mark mengehembuskan nafasnya berat "Jadi kau menolak ku?" tanya Mark serius.

Disinilah letak kebingungan Haechan, dalam hatinya dia tidak ingin menolak Mark lee entah karena apa dan juga jantungnya selalu berdegub kencang disaat mereka berdua bertemu, tapi Haechan perlu waktu.

"Beri aku waktu, aku perlu memikirkannya" Haechan menarik tangannya dari genggaman Mark.

Mark terlihat kecewa namun dia bisa apa? Mark tidak akan menyerah hingga beruang coklat itu jatuh pada pelukannya. "Terima kasih Haechan atas kejujuranmu, lebih baik sekarang kita pulang, apa kau perlu ku antar?" Tanya Mark dengan suara melemah.

Haechan hanya menggelengkan kepalannya.

"Baik lah, habiskan makanan mu bayi beruang, aku izin untuk pulang dulu" setelah Mark mengucapkan kata perpisahan, dirinya mulai pergi meninggalkan Haechan sendirian disana.

Tiba tiba hati Haechan merasakan rasa yang aneh, entah mengapa hatinya berdesir tidak ingin Mark meninggalkan nya nya "MARK!" Haechan berlari menyusul Mark yang sudah berada diluar pintu Cafe.

"Apa lag-"

Cup

Sebuah kecupan dengan berani Haechan beri pada bibir Mark, Mark mengecap bibirnya, rasanya manis seperti Cheese cake yang barusaja Haechan makan. seketika wajah Mark lee tersenyum manis.

"Mark, tunggu aku hingga bisa menerima mu" Ucap Haechan sebari tersenyum.



Jisung merogoh saku celananya berusaha mencari kunci untuk membuka pintu rumahnya.

Namun hal aneh ia lihat, kenop pintu rumahnya telah rusak, Jisung begitu kaget lalu dengan cepat dia masuk kedalam rumahnya, dia khawatir jika maling telah masuk kedalam.

"Siapa kau?!" Jisung menyentak seorang pria dengan hoodie hitam sedang duduk pada kursi sofa miliknya.

"Jisung... Jisung.... Jisungg hahaha nama yang bagus" Pria itu tertawa miris.

Jisung sepertinya familiar dengan suara tadi, namun Jisung tidak ingin gegabah.

"Apa yang kau inginkan!" Jisung berusaha mendekat kepada tubuh Pria itu.

"Tidak kah kau takut pada ku jika aku mengetahui identitas mu tuan Park Jisung?" Chenle membalikan badannya menghadap Jisung, lalu membuka tudung hoodie memperlihatkan wajahnya yang seketika membuat Jisung terjatuh karena terkejut.

"Chenle?" Suara jisung lemah.

Chenle berjalan menghampiri Jisung yang sedang duduk diatas lantai, kedua tangan Chenle menggenggam bahu milik Jisung "Mengapa Jisung? Mengapa kau membohongi ku?"

Jisung tak menyangka dengan apa yang ia lihat sekarang, dengan reflek Jisung menepis tangan Chenle yang berada pada bahunya. Jisung nampak ketakutan.

"Kenapa Jisung? Kenapa kau nampak sangat ketakutan? Dimana Jisung yang selalu memeluk ku disaat aku lemah? dimana Jisung yang selalu mengucapkan kata kata manisnya?" Chenle tidak bisa lagi membendung air matanya.

"PERGI LAH CHENLE AKU TAK INGIN MELIHAT WAJAH MU!" Jisung menyentak Chenle dengan suara lantang membuat Chenle terkejut.

"Hei, hei, apa kau takut dengan ku?" Chenle berusaha mendekat pada Jisung.

"AKU BILANG PERGI PRIA JALANG!!" suara dan tubuh Jisung begetar, Jisung benar benar ketakutan dia takut jika Chenle akan memasukannya kedalam penjara karena dia sudah mengetahui identitasnya.

Sementara disana Chenle menangkap ucapan Jisung salah paham, Hatinya benar benar tergores dia tak sanggup lagi menahan rasa sakit ini, bagaimana tidak? Seorang kekasih yang sangat ia cintai dengan lantang memakinya?

"Aku membenci mu Jisung, aku sangat membencimu" Chenle dengan air mata yang mengalir deras pergi meninggalkan Jisung yang masih terduduk seraya menangkup wajahnnya sendiri.

Chenle melajukan mobilnya dengan cepat, rasannya dia sudah kehilangan arah dan harapan, kini tidak ada lagi orang yang dapat Chenle percaya, tak ada lagi orang yang bisa membuat nya hangat, haruskah Chenle mengakhiri hidupnya?

Halo semua nya, terima kasih aku ucapkan untuk temen temen yang udah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, Apa yang akan dilakukan Chenle setelah ini?

Eroticx || JiChen || 21+|| BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang