• 4

3.8K 398 30
                                    

"Bagaimana rasanya?"

"Tidak terlalu buruk."

[name] matanya langsung berbinar senang mendapatkan jawaban dari Manjiro. Awalnya, ia sudah pesimis bahwa masakannya kali ini tidak akan enak, tapi ketika melihat suaminya memakan chicken katsu buatannya ia rasa makanan buatannya tidak seburuk itu.

Mereka makan dengan damai, Manjiro dengan ekspresi datarnya melahap makanan itu dengan rasa yang tak biasa. Entah apa yang ditambahkan oleh [name] sehingga makanannya bisa seenak ini. Jika saja ia makan masakan istrinya setiap hari, mungkin ia takkan membutuhkan obat-obatan terlarang lagi untuk hanya sekedar menenangkan diri, ada masakan [name] yang bisa merubah suasana hatinya.

-

Jam menunjukkan pukul 8.30 pagi membuat mata gadis yang masih sedikit terpejam itu kaget dan membelalak seketika, [name] baru saja terbangun terlalu siang kali ini. Istri macam apa dia? Jika saja ada mendiang ayahnya mungkin ia akan dimarahi habis-habisan karena tak bisa melayani suami sendiri dengan baik.

Ia bergegas berlari ke kamar mandi, lalu membersihkan diri. [name] merutuki dirinya sendiri mengapa setelah makan mereka malah bermain hingga pukul 3 dini hari? Hanya bermain catur, tidak lebih.

Setelah selesai, ia langsung bersiap dan memakai pakaiannya lalu berjalan keluar dengan tergesa-gesa, mengintip kamar milik Manjiro yang tepat berada disampingnya.

Tuk

Tuk

Tuk

[name] memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar milik ketua organisasi kriminal Bonten itu, berharap ia takkan mendapatkan masalah kali ini.

"Manjiro, kau didalam?" tanya [name] lembut.

"Kau mencarinya?" suara itu berasal dari belakang [name] membuat gadis itu kaget dan langsung membalikkan tubuhnya.

Ternyata hanya Sanzu.

"Ah, Sanzu ... iya aku mencari Manjiro, dimana dia?" tanya [name].

"Dia ada di markas, mau aku antar kesana? Kebetulan aku diperintahkan untuk menjemputmu kesini." ujar Sanzu.

"Ke markas?" tanya [name] penasaran.

"Bukan nyonya, ke altar pernikahan." jawaban Sanzu membuat [name] menatapnya tajam.

"Aku sudah bersuami, jangan macam-macam!" kecam [name] pada Sanzu.

Sedangkan pria bersurai pink itu hanya tertawa, meskipun tidak didasari oleh cinta namun ia rasa menikahi gadis ini bukan kesalahan bagi rajanya. Ya, walaupun Sanzu merasa iri karena rajanya bisa mendapatkan gadis yang sesuai dengan tipe pasangan dari Sanzu.

-

"Terima kasih sudah mengantarku kesini, Sanzu." ucap [name] sambil membungkuk, mendapat balasan canggung dari Sanzu yang tak terbiasa bersikap sopan.

Apalagi, dibelakang [name] kini ada suaminya yang sedang menatap tajam kearahnya, bagaimana ia tidak ketar-ketir?

"Apapun untukmu, nyonya [name]."

Manjiro yang kini berada tepat belakang hanya berdecih, entah kenapa melihat kedekatan Sanzu bersama istrinya membuat ia sedikit kesal.

"Hanya mengantar ... tidak lebih." ucap Manjiro membuat [name] berbalik.

"Manjiro?!" pekik [name] kaget.

"Maaf bos, aku hanya mengantarnya ... tidak lebih." ucap Sanzu. "Aku permisi, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan."

Sanzu ingin menghindari konflik, akhirnya ia langsung masuk ke markas meninggalkan sepasang suami-istri itu diluar.

"Tidak perlu seperti itu, Sanzu tidak akan melakukan apapun padaku ... tenang saja." ucap [name]

Tanpa menggubris ucapan istrinya, Manjiro langsung menarik lengan [name] erat sambil membawanya masuk.

Mereka tak sadar, bahwa sedari tadi ada seseorang yang mengintainya dari kejauhan.

"Kita mendapat jackpot bos, anak dari Yuto Kazaya, juga istri dari Sano Man ...."

Dor!

Satu tembakan melesat tepat dari arah belakang menembak punggung milik pengintai itu.

Dor!

Dor!

Tiga tembakan bersemayam di punggung pengintai itu.

"Eksekutif ... Bon--ten." rintih pengintai itu sebelum memejamkan matanya.

Pelakunya, Ran dan Rindou dengan kompak meniup senjata apinya yang mengepul.

"Dia ratu kami, tidak sopan sekali kau mengintipnya seperti itu ... harusnya aku menembak matamu saja." ucap Rindou sambil menendang mayat pengintai itu.

Ran berjongkok, ia melirik ponsel yang mayat itu genggam dan membawanya, lalu memeriksa bagian-bagian yang lain untuk mencari petunjuk, namun hasilnya nihil.

"Mata-mata musuh, kak?" tanya Rindou.

"Mereka mencari gara-gara lagi, Rin."

"Ayo kita bawa mayat ini."

-

"Kau kelelahan? Apa kau mau pulang?" tanya Manjiro yang sedang duduk di sofa panjang ruangan pribadinya, kebetulan pekerjaan Manjiro sudah selesai beberapa menit yang lalu.

[name] hanya menggeleng lalu menguap, "Jika masih ada pekerjaan lain, kerjakan dulu saja jika kau masih sanggup ... aku bisa tidur disini."

"Benarkah? Kalau kau mau disini dulu aku akan menemui dulu Kokonoi dan Kakucho, apa kau tidak apa-apa disini sendirian?" tanya Manjiro memastikan.

"Ti--" saat akan melanjutkan ucapannya, kepala [name] tiba-tiba pusing dan rasanya seperti melayang.

Manjiro dengan panik langsung menghampiri [name] yang langsung ambruk lalu mendekapnya. Setelah melihat botol di meja, ia yakin bahwa [name] kini berada dalam pengaruh minuman keras.

Kini gadis itu tertawa didalam dekapan Manjiro.

"Aku harusnya minum air mineral saja ... hahaha!" racau [name].

"Bagaimana kau bisa salah minum seperti ini?" tanya Manjiro.

"Karena rekomendasi minuman dari Sanzu dan Rindou." jawabnya sambil melantur.

Manjiro kesal lalu membaringkan tubuh [name], ia berniat untuk mencari Sanzu dan Rindou dan memberi mereka pelajaran.

Namun, genggaman tangan [name] menghentikan pergerakannya.

"Kau mau kemana? Aku kesepian ...." lirihnya membuat Manjiro sedikit iba kembali duduk.

"Ayah! Sialan! Kau bahkan tak membiarkanku keluar dari dunia yang gelap ini setelah kau mati sekalipun!" racaunya, sedangkan Manjiro hanya diam.

Apakah sejatinya [name] menginginkan kehidupan seperti manusia pada umumnya?

"Aku malah menikah denganmu ... ya setidaknya aku tidak sendiri sekarang, tapi kau akan sibuk kan? Haaaa?" racau [name] lagi dengan mata setengah terpejam.

"Aku tidak punya seseorang yang menemaniku lagi ... aku butuh seseorang yang berada disampingku."

"-- apa bisa seorang anak kecil yang bisa aku ajak bermain di taman belakang mansion? Kurasa takkan bisa karena kau tak mencintaiku."

"Kau mau anak kecil?" pertanyaan ini cukup ambigu yang keluar dari mulut Manjiro.

"Ya, apa kau mau memberikannya padaku?"

"Ya."

"Benarkah?!" [name] kegirangan walaupun berada di bawah kendali minuman keras yang tak sengaja ia minum.

"Apapun untukmu, aku akan memberikannya sekarang juga."

Manjiro tersenyum smirk, ia ikut meneguk minuman keras yang tersaji di meja bekas [name]. Ia masuk ke kamar pribadi yang aksesnya hanya bisa dilalui melalui ruangan pribadi milik Manjiro sendiri.

Sepertinya, ia dan istrinya takkan pulang kerumah malam ini.

𝐌𝐚𝐫𝐫𝐲 𝐌𝐞 : 𝓢𝓪𝓷𝓸 𝓜𝓪𝓷𝓳𝓲𝓻𝓸 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang