• 3

3.1K 346 36
                                    

"Aku tahu, mungkin ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan ini, tetapi tolong berikan aku kesempatan untuk berbakti kepada ayahku untuk yang terakhir ...."

".... ayo menikah, Sano Manjiro."

.
.
.
.
.

Sano Manjiro, pria itu hanya memandang lurus ke arah foto sosok rekan bisnis kriminalnya yang sudah berpulang. Sanzu, pria yang berada tak jauh dibelakang mereka pun sontak kaget, namun tak menampakannya.

"Kalau tidak menikah, bunuh saja aku disini ... aku tak mempunyai tujuan hidup sekarang. Dengan begitu juga, kau tak perlu menjagaku dari siapapun."

"Itu akan memudahkanmu, jangan repot-repot menikahiku jika kau tak mau. Buatlah keputusan sesuai dengan hati dan keinginanmu, aku siap dengan apapun yang akan kau lakukan."

Gadis itu [name] terlihat putus asa, ia sudah menyerah dengan semuanya. Kehilangan sosok orangtua yang selalu memberikam kasih sayang dan perhatian, lalu perlindungan itu telah pergi meninggalkannya begitu saja.

"Ya."

Eh?

[name] sontak menoleh ke arah Manjiro yang sedang menatapnya, mencari penjelasan atas kata yang ia ucapkan barusan.

"Apa?" tanya [name] sekali lagi.

"Ayo kita menikah." ucapan Manjiro membuat gadis itu mematung tak percaya.

Ia harus bagaimana sekarang?

"K-kapan?"

"Hari ini."

"Tunggu, apa?!"

"Sanzu, siapkan pernikahan hari ini."

.
.
.
.
.

Pria bersurai putih itu menyematkan cincin di jari manis [name], begitu pula gadis itu yang melakukan hal sebaliknya, memasangkan cincin di jari manis pria yang baru saja berstatus sebagai suaminya.

Suasana gereja saat itu sepi, hanya ada pendeta dan beberapa orang disana sebagai saksi pernikahan ketua organisasi kriminal Bonten, Sano Manjiro dengan [fullname] anak dari seorang kriminal juga. Ini berdasarkan keinginan [name] sendiri yang mau pernikahannya sederhana saja, sangat sederhana.

Kali ini, Manjiro takkan membiarkan gadis ini berjuang demi keselamatannya sendiri, karena kini tanggung jawab itu berada di tangannya. Ia harus menjaga [name] dengan baik, meskipun ia tak mencintainya sama sekali.

Dan takkan pernah mencintainya, mungkin.

[name] yang sudah resmi menjadi istrinya kini ia bawa ke sebuah rumah—tepatnya mansion yang berada jauh dari hingar bingar perkotaan dan cukup terisolasi. Rumah bagi para petinggi Bonten menetap dan beristirahat selain markas Bonten tentunya.

Mulai saat ini, mansion mewah ini akan menjadi rumahnya.

"Ano ... Manjiro, apakah kita akan satu kamar?" tanya [name] kikuk, ia mengerahkan banyak keberanian untuk bertanya tentang hal ini ditengah jalan mereka saat masuk kedalam mansion yang luas itu.

𝐌𝐚𝐫𝐫𝐲 𝐌𝐞 : 𝓢𝓪𝓷𝓸 𝓜𝓪𝓷𝓳𝓲𝓻𝓸 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang